Label

MEMANUSIAKAN MANUSIA: INILAH JATIDIRI MANUSIA YANG SESUNGGUHNYA (79) SETAN HARUS JADI PECUNDANG: DIRI PEMENANG (68) SEBUAH PENGALAMAN PRIBADI MENGAJAR KETAUHIDAN DI LAPAS CIPINANG (65) INILAH ALQURAN YANG SESUNGGUHNYA (60) ROUTE TO 1.6.799 JALAN MENUJU MAKRIFATULLAH (59) MUTIARA-MUTIARA KEHIDUPAN: JALAN MENUJU KERIDHAAN ALLAH SWT (54) PUASA SEBAGAI KEBUTUHAN ORANG BERIMAN (50) ENERGI UNTUK MEMOTIVASI DIRI & MENJAGA KEFITRAHAN JIWA (44) RUMUS KEHIDUPAN: TAHU DIRI TAHU ATURAN MAIN DAN TAHU TUJUAN AKHIR (38) TAUHID ILMU YANG WAJIB KITA MILIKI (36) THE ART OF DYING: DATANG FITRAH KEMBALI FITRAH (33) JIWA YANG TENANG LAGI BAHAGIA (27) BUKU PANDUAN UMROH (26) SHALAT ADALAH KEBUTUHAN DIRI (25) HAJI DAN UMROH : JADIKAN DIRI TAMU YANG SUDAH DINANTIKAN KEDATANGANNYA OLEH TUAN RUMAH (24) IKHSAN: INILAH CERMINAN DIRI KITA (24) RUKUN IMAN ADALAH PONDASI DASAR DIINUL ISLAM (23) ZAKAT ADALAH HAK ALLAH SWT YANG HARUS DITUNAIKAN (20) KUMPULAN NASEHAT UNTUK KEHIDUPAN YANG LEBIH BAIK (19) MUTIARA HIKMAH DARI GENERASI TABI'IN DAN TABI'UT TABIIN (18) INSPRIRASI KESEHATAN DIRI (15) SYAHADAT SEBAGAI SEBUAH PERNYATAAN SIKAP (14) DIINUL ISLAM ADALAH AGAMA FITRAH (13) KUMPULAN DOA-DOA (10) BEBERAPA MUKJIZAT RASULULLAH SAW (5) DOSA DAN JUGA KEJAHATAN (5) DZIKIR UNTUK KEBAIKAN DIRI (4) INSPIRASI DARI PARA SAHABAT NABI (4) INILAH IBADAH YANG DISUKAI NABI MUHAMMAD SAW (3) PEMIMPIN DA KEPEMIMPINAN (3) TAHU NABI MUHAMMAD SAW (3) DIALOQ TOKOH ISLAM (2) SABAR ILMU TINGKAT TINGGI (2) SURAT TERBUKA UNTUK PEROKOK dan KORUPTOR (2) IKHLAS DAN SYUKUR (1)

Kamis, 16 Mei 2024

HATI SANG PENGENDALI DIRI (PART 7 of 8)

 

G.    HUBUNGAN ALQURAN DENGAN HATI.

 

AlQuran adalah wahyu Allah SWT. AlQuran adalah kalam Allah SWT yang telah dikalamkan yang disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW melalui perantaraan Malaikat Jibril as,. AlQuran adalah ilmu Allah SWT yang telah diilmukan.  AlQuran adalah kumpulan dari ketentuan, hukum, peraturan Allah SWT yang berlaku di langit dan di bumi. AlQuran adalah sarana bagi Allah SWT untuk memperkenalkan Allah SWT itu sendiri kepada makhluknya.AlQuran adalah kitab suci umat Islam yang merupakan penyempurna bagi kitab-kitab Allah SWT yang terdahulu seperti kitab Zabur, kitab Taurat dan kitab Injil.  Itulah kondisi dasar dari AlQuran yang ada pada saat ini sampai akhir jaman.

 

Selain daripada itu, isi, makna serta kandungan yang terdapat di dalam AlQuran tiada terhingga, tidak dapat dihitung secara matematis, sangat logis, penuh pelajaran, sangat ilmiah, sangat indah, yang kesemuanya mencerminkan kebesaran dan kemahaan Allah SWT. Dan di lain sisi, Allah SWT adalah pemberi Af’idah (perasaan) kepada setiap manusia yang diletakkan di dalam hati nurani. Timbul pertanyaan apakah ada hubungan antara wahyu Allah SWT dengan Af’idah (perasaan) yang diletakkan di dalam hati nurani? Jawabannya ada di dalam pembahasan berikut ini.      

 

1.    Masuk  ke dalam Hati. AlQuran diturunkan oleh Allah SWT bukan hanya sebagai kitab suci bagi diri kita, akan tetapi juga sebagai petunjuk dari Allah SWT, sebagai pengobat, sebagai penentram, sebagai penyelamat, sebagai peringatan, sebagai kabar gembira kepada seluruh umat, serta sebagai pembeda bagi orang yang beriman dengan orang kafir, sebagaimana Allah SWT berikut ini: Katakanlah: Barangsiapa yang menjadi musuh Jibril, maka Jibril itu telah menurunkannya (AlQuran) ke dalam hatimu dengan seizing Allah; membenarkan apa (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjadi petunjuk serta berita gembira bagi orang-orang yang beriman. (surat Al Baqarah (2) ayat 97).” Hati nurani selain tempat diletakkannya Af’idah (perasaan) oleh Allah SWT. Hati nurani juga berfungsi sebagai penerima petunjuk, sebagai penerima pemahaman, sebagai penerima ketentraman, sebagai alat bantu bagi manusia untuk bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk melalui akal yang ditempatkan dalam hati.

 

Berdasarkan apa-apa yang kami kemukakan diatas, maka antara AlQuran dengan hati nurani mempunyai hubungan yang sangat erat. Apa buktinya? Allah SWT berfirman: “ke dalam hatimu (Muhammad) agar kamu menjadi salah seorang di antara orang-orang yang memberi peringatan,dengan bahasa Arab yang jelas. Dan sesungguhnya AlQuran itu benar-benar (tersebut) dalam Kitab-kitab orang yang dahulu. (surat Asy Syu’araa (26) ayat 194-195-196). Hati nurani merupakan tempat diletakkannya atau wadah penerima petunjuk Allah SWT sedangkan salah satu petunjuk Allah SWT adalah AlQuran. Demikian pula jika saat kita sedang mengalami masalah dan kemudian kita membaca AlQuran dengan “Tartil dan Tajwid” yang baik dan benar maka yang akan terasa keseju-kan di dalam hati, akan terasa ketentraman dan ketenangan di dalam hati, hati akan terasa terobati dari rasa gelisah.

 

Adanya kondisi ini berarti bahwa apa-apa yang terkandung di dalam AlQuran akan masuk atau akan diterima oleh hati nurani sepanjang hati nurani kita baik, tidak cacat dan tidak penuh titik-titik hitam. Selanjutnya pernahkah kita merasakan dan menikmati petunjuk Allah SWT yang termaktub di dalam AlQuran saat menjadi abd’ (hamba)Nya yang juga khalifahNya di muka bumi melalui hati nurani? Jika tidak pernah, berarti ada sesuatu yang salah di dalam hati nurani kita, segera perbaiki lalu jadikan hati nurani menjadi hati nurani orang mukmin. 

 

2.   Yang Menolak AlQuran atau yang Munafik AlQuran. Untuk mendapatkan isi dan kandungan yang terdapat di dalam AlQuran, apakah itu petunjuk, apakah itu penyejuk, apakah itu pengobat, apakah itu penentram, apakah itu penyelamat, apakah itu pembeda, syaratnya adalah hati nurani harus bersih dari noda dan dosa. Tanpa itu semua apa yang terkandung, apa yang termaktub di dalam AlQuran tidak akan didapatkan. Hal ini berdasarkan firman Allah SWT berikut ini: “mereka Itulah orang-orang yang dila’nati Allah dan ditulikan-Nya telinga mereka dan dibutakan-Nya penglihatan mereka. Maka Apakah mereka tidak memperhatikan AlQuran ataukah hati mereka terkunci? Sesungguhnya orang-orang yang kembali ke belakang (kepada kekafiran) sesudah petunjuk itu jelas bagi mereka, syaitan telah menjadikan mereka mudah (berbuat dosa) dan memanjangkan angan-angan mereka. (surat Muhammad (47) ayat 24-23-25).”

 

Adanya kondisi ini berarti hanya hati nurani  yang bersih dan sucilah yang dapat menerima pesan dari wahyu Allah SWT, yang dapat menerima petunjuk, pengobat, penentram, pembeda, penyelamat. Sekarang bagaimana jika hati ruhani kita sudah  tercemar oleh noda dan dosa? Hati nurani yang telah tercemar dan penuh dengan noda dan dosa tidak akan dapat menerima petunjuk, tidak akan dapat menjadi pengobat, tidak akan dapat menjadi penyelamat, tidak akan dapat menjadi penentram, tidak akan dapat menjadi penyejuk serta tidak akan memperoleh pemahaman AlQuran dari Allah SWT, sebagaimana dikemukakan dalam firmanNya berikut ini: Dan adapun orang-orang yang di dalam hati mereka ada penyakit, maka dengan surat itu bertambah kekafiran mereka, disamping kekafirannya (yang telah ada) dan mereka mati dalam keadaan kafir.Dan apabila diturunkan satu surat, sebagian mereka memandang kepada sebagian yang lain (sambil berkata): “Adakah seorang dari (orang-orang muslimin) yang melihat kamu?” Sesudah itu merekapun pergi. Allah telah memalingkan hati mereka disebabkan mereka adalah kaum yang tidak mengerti. (surat At Taubah (9) ayat 125-127). Ayat di atas mengemukakan bahwa hati nurani manusia dapat menerima isi dan kandungan AlQuran dan dapat pula menolak isi dan kandungan AlQuran dan jika kita ingin menolak isi dan kandungan AlQuran kotorilah hati nurani dengan noda dan dosa dan jika kita ingin menerima maka selalu jaga kebersihan dan kesucian hati nurani dari penyakit penyakit hati.

 

3.     Yang Tunduk Selamat. Untuk dapat memperoleh manfaat yang terdapat di dalam AlQuran, apakah itu petunjuk, apakah itu penentram, apakah itu pengobat, atau penyejuk, dibutuhkan tempat yang bersih dan suci sesuai yang dengan perbuatan (af’al) Allah SWT yaitu Al-Quddus. Sebagaimana Allah SWT berfirman berikut ini: dan agar orang-orang yang telah diberi ilmu, meyakini bahwasanya AlQuran itulah yang hak dari Tuhanmu lalu mereka beriman dan tunduk hati mereka kepadanya dan sesungguhnya Allah adalah Pemberi Petunjuk bagi orang-orang yang beriman kepada jalan yang lurus. (surat Al Hajj (22) ayat 54).” Adanya kesesuaian tempat atau kesesuaian antara hati nurani yang suci dan bersih dengan Al-Quddus yang dimiliki oleh Allah SWT, maka apa yang terdapat dan termaktub di dalam  AlQuran dapat diperoleh atau dapat dinikmati oleh setiap manusia. Selanjutnya jika petunjuk, jika penyejuk, jika penentram, jika pengobat, sudah dapat kita peroleh dan sudah pula kita nikmati, maka keselamatan akan diberikan oleh Allah SWT sehingga kita akan berbeda atau dapat dibedakan dengan orang kafir. Hasilnya adalah sukses menjadi abd’ (hamba)Nya yang juga khalifahNya di muka bumi yang sesuai dengan kehendak Allah.

 

H.   HATI YANG BERIMAN.

 

Hati sangat memegang peranan penting di dalam diri manusia, tanpa hati jasmani kesehatan dan kesinambungan organ tubuh manusia menjadi terganggu sedangkan tanpa hati nurani (hati ruhani) manusia tidak akan dapat merasakan kesedihan dan kegembiraan, tidak akan dapat merasakan petunjuk, ketentraman, pemahaman yang berasal dari Allah SWT. Untuk dapat memperoleh manfaat dari hati jasmani dan juga hati nurani maka kita diwajibkan untuk selalu menjaga, merawat serta mempergunakan hati sesuai dengan ketentuan ilmu kesehatan atau syariat yang berlaku. Dan jika kita dapat menjaga, merawat dan mempergu-nakan hati jasmani dengan baik dan benar maka kesehatan tubuh kita akan prima. Sedangkan jika hati nurani dapat kita rawat, kita jaga dan kita pergunakan dengan baik dan benar sesuai kehendak Allah SWT maka kita akan memperoleh petunjuk, kita akan memperoleh ketentraman, kita akan memperoleh pemahaman yang berasal dari Allah SWT serta selamat dari gangguan dan godaan syaitan yang terkutuk.

 

Selanjutnya jika diri kita sudah memperoleh apa-apa yang telah Allah SWT janjikan, maka seperti apakah kondisi dari hati ruhani yang telah beriman kepada Allah SWT itu?  

 

1.  Paling Setia. Salah satu ciri hati orang yang telah beriman ialah selalu setia terhadap apa apa yang telah diperjanjikan kepadanya, baik janji kepada Allah SWT maupun janji kepada sesama manusia. Hal ini sebagaimana dikemukakan dalam firman Allah SWT berikut ini: “Sesungguhnya Allah telah ridha terhadap orang-orang mu’min ketika mereka berjanji setia kepadamu di bawah pohon, maka Allah mengetahui apa yang ada dalam hati mereka lalu menurunkan ketenangan atas mereka dan memberi balasan kepada mereka dengan kemenangan yang dekat (waktunya). (surat Al Fath (48) ayat 18).  Apalagi setiap diri manusia telah terikat dengan janjinya kepada Allah SWT yaitu pada waktu ruh memberikan pernyataan atau setelah ruh memberikan janji setia kepada Allah SWT dengan menyatakan bahwa Allah SWT adalah Tuhannya, sewaktu masih di dalam rahim seorang ibu. Adanya kondisi ini berarti bahwa ruh termasuk di dalamnya hati nurani telah menyatakan kesetiaan atau telah menyatakan janji setia bahwa Allah SWT adalah Tuhannya. Adanya pengakuan beriman kepada Allah SWT dari ruh berarti hati nurani sudah mengakui dan menerima bahwa Allah SWT adalah Tuhannya. 

 

Dan jika saat ini kita masih hidup di dunia dan juga sudah beriman kepada Allah SWT maka pernyataan atas pengakuan bertuhankan hanya kepada Allah SWT masih tetap berlaku dan kondisi akan tercermin di dalam hati nurani yang tetap selalu setia dengan pernyataan yang telah kita nyatakan tersebut. Sehingga ciri dari hati nurani yang telah beriman kepada Allah SWT akan selalu setia dengan pernyataannya sendiri sehingga menghasilkan ketenangan dalam diri manusia. Yang menjadi persoalan saat ini adalah masih tetap setiakah pernyataan hati nurani kita atau masih utuhkah kualitas dari pernyataan dan pengakuan beriman hanya Allah SWT? Utuh dan masih tetap berkualitasnya pernyataan beriman hanya kepada Allah SWT akan memberikan indikasi tingkat keimanan seseorang yang pada akhirnya akan mempengaruhi hasil dari kenikmatan dari bertuhankan kepada Allah SWT.

 

2.     Diuji Hati Tenang. Salah satu hasil dari terpeliharanya kebersihan hati nurani atau masih terjaganya pernyataan hanya beriman kepada Allah SWT oleh hati nurani akan menghasilkan sebuah ketenangan di dalam diri, sebagaimana firman Allah SWT berikut ini: “(Yaitu) ketika mereka datang kepadamu dari atas dan dari bawahmu, dan ketika tidak tetap lagi penglihatan (mu) dan hatimu naik menyesak sampai ketenggorokan  dan kamu menyangka terhadap Allah dengan bermacam-macam purbasangka. Di situlah diuji orang-orang mukmin dan digoncangkan (hatinya) dengan goncangan yang sangat. Dan (ingatlah) ketika orang-orang munafik dan orang-orang yang berpenyakit dalam hatinya berkata: “Allah dan RasulNya tidak menjanjikan kepada kami melainkan tipu daya”.(surat Al Ahzab (33) ayat 10-11-12). Adanya ketenangan dalam diri akan mempengaruhi sikap manusia di waktu mendapat cobaan ataupun mendapat ujian yang diberikan oleh Allah SWT.

 

Timbulnya ketenangan di dalam hati akan memudahkan manusia untuk melakukan evaluasi, melakukan analisa, melakukan perbandingan terhadap apa yang dialaminya sehingga memudahkan manusia mencari jalan keluar dari persoalan yang dihadapinya. Bandingkan jika saat kita mengalami suatu persoalan dan dihadapi dengan pikiran yang kalut, maka hasil dari atau jalan keluar yang kita lakukan biasanya akan sembrono, tidak maksimal serta tidak memuaskan atau bahkan melanggar ketentuan yang berlaku atau jalan keluar yang kita tempuh berada di dalam koridor nilai-nilai keburukan, sesuatu yang paling disenangi oleh syaitan. Adanya kondisi ini menunjukkan kepada diri kita bahwa keberhasilan diri kita di dalam menghadapi masalah, persoalan, dan juga problem, baik yang menyangkut diri dan keluarga, sangat tergantung bagaimana kita menyikapi masalah, persoalan dan problem tersebut.

 

Untuk itu diperlukan sikap yang tenang atau adanya ketenangan dalam diri yang berasal dari hati nurani di dalam menghadapi persoalan dimaksud. Adanya ketenangan merupakan cermin dari kebersihan dari hati nurani. Semakin bersih hati nurani semakin tenang diri manusia dan semakin dekat dengan Allah SWT. Adanya kedekatan dengan Allah SWT akan memberikan dampak positif bagi manusia sebab pertolongan, bimbingan, pemeliharaan Allah SWT semakin mudah di dapat yang pada akhirnya akan memudahkan manusia mencari jalan keluar dari semua persoalan hidup dan kehidupan. Akan tetapi jika kita tidak dapat menjaga kebersihan hati nurani bukan ketenangan yang didapat oleh manusia melainkan goncangan di dalam hati atau timbulnya keruwetan di dalam hati yang mengakibatkan manusia hanya bertindak dan berfikir untuk kepentingan sesaat atau  bertindak secara gegabah atau penuh emosioanal.

 

3.  Ditolong Allah SWT Untuk Menambah Keimanan. Allah SWT akan menurun kan atau memberikan ketenangan ke dalam hati orang orang mukmin agar keimanan yang ada di dalam diri bertambah dari waktu ke waktu. Sebagaimana dikemukakan dalam surat Al Fath (48) ayat 4 berikut ini: “Dia-lah yang telah menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-orang mu’min supaya keimanan mereka bertambah di samping keimanan mereka (yang telah ada). Dan kepunyaan Allah-lah tentara langit dan bumi dan adalah Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.”  Allah SWT adalah Maha Penolong. Pertolongan Allah SWT mudah didapatkan, sepanjang manusia mau menjadikan diri manusia memenuhi syarat dan ketentuan yang telah ditetapkanNya dalam hati ini mukmin. Jika hal ini terpenuhi maka pertolongan dari Allah SWT akan sangat mudah didapatkan atau akan sangat mudah diperoleh jika kita menyediakan peralatannya yaitu hati nurani yang bersih. Semakin bersih hati nurani akan semakin mudah mendapatkan pertolongan Allah SWT dan semakin banyak pertolongan Allah SWT akan semakin meningkat rasa keimanan seseorang. Kebersihan hati nurani sangat berhubungan erat dengan tingkat keimanan seseorang. Ingat, kebersihan sebahagian daripada iman, semakin beriman maka semakin bersihlah diri manusia atau semakin bersihlah hati nurani manusia.

 

Lalu adakah indikator khusus yang dapat kita pergunakan jika kita telah mempunyai kebersihan hati ruhani atau telah mempunyai hati ruhani yang bersih? Berikut ini akan kami kemukakan beberapa  indikator dari kebersihan hati ruhani yang dimaksud, yaitu:

 

a.   Timbulnya rasa cinta terhadap keimanan dan menjadikan keimanan itu indah di dalam hati nurani serta timbulnya perasaan benci terhadap perbuatan kekafiran, kefasikan dan kedurhakaan serta mengikuti jalan yang lurus, sebagaimana firman Allah SWT berikut ini: “Dan ketahuilah olehmu bahwa di kalangan kamu ada Rasulullah. Kalau ia menuruti (kemauan) kamu dalam beberapa urusan benar-benarlah kamu akan mendapat kesusahan tetapi Allah menjadikan kamu cinta kepada keimanan dan menjadikan iman itu indah dalam hatimu serta menjadikan kamu benci kepada kekafiran, kefasikan dan kedurhakaan. Mereka itulah orang-orang yang mengikuti jalan yang lurus,sebagai karunia dan ni’mat dari Allah. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. (surat Al Hujuraat (49) ayat 7-8)

b.       Gemetar hati nurani apabila disebutkan nama Allah SWT sebagaimana firman Allah SWT berikut ini: “Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayatNya, bertambahlah iman mereka (karenanya) dan kepada Tuhanlah mereka bertawakkal. (surat An Anfaal (8) ayat 2)

c. Apabila dibacakan ayat-ayat AlQuran bertambah keimanan serta selalu bertawakkal kepada Allah SWT.

 

Yang menjadi persoalan saat ini adalah sudah sejauh manakah atau sudah seberapa baikkah indikator dari kebersihan hati nurani tersebut ada dan berada di dalam diri kita sendiri? Sebagai abd’ (hamba)-Nya yang juga khalifah-Nya yang sangat membutuhkan Allah SWT maka tidak ada jalan lain jika kita sangat membutuhkan Allah SWT untuk selalu menjaga kebersihan dan kefitrahan hati nurani, terkecuali jika kita berharap menjadi kekasih yang dikehendaki oleh syaitan.

 

4.  Tidak Dengki dan Khianat. Salah satu bentuk dari karakter yang baik dari hati nurani yang telah beriman atau sudah mengakui Allah SWT adalah Tuhannya adalah hilangnya sifat iri dengki dan sifat khianat di dalam diri manusia. Jika sifat iri dengki dan khianat masih tetap bercokol di dalam diri kita, ini berarti bahwa tingkat keimanan atau tingkat kebersihan hati nurani yang optimal sesuai dengan perilaku Al-Quddus belum kita miliki. Sebagaimana dikemukakan dalam surat Al Hasyr (59) ayat 10 berikut ini: “Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshar), mereka berdoa: “Ya Tuhan kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu dari kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang beriman; Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang”. Selanjutnya jika kita sudah dapat melaksanakan atau menyamakan frekuensi dan gelombang antara diri kita dengan Al-Quddus yang dimiliki oleh Allah SWT maka segala tindak tanduk yang kita lakukan akan selalu berada di dalam koridor nilai-nilai kebaikan.

 

Dan hal yang harus kita perhatikan adalah bahwa perbuatan (af’al) yang dimiliki oleh Allah SWT hanya dapat dijangkau, hanya dapat tersambung, hanya dapat dirasakan oleh hati nurani yang beriman (hati yang mukmin). Tanpa hati ruhani yang beriman (hati yang mukmin) maka kebesaran Allah SWT yang termaktub di dalam Asmaul Husna tidak akan mungkin di dapat dan diperoleh oleh manusia. Sebagai abd’ (hamba)-Nya yang juga khalifah-Nya di muka bumi, jika kita merasa membutuhkan pertolongan, bantuan, perlindungan Allah SWT, mulai saat ini sampai kapanpun, dalam kondisi apapun juga, kita harus memelihara kesehatan dan kebersihan hati nurani. Akan tetapi jika kita merasa tidak membutuhkan apapun dari Allah SWT, yang pasti Allah SWT tidak akan pernah rugi oleh sebab perbuatan atau tingkah laku diri kita atau Allah SWT tidak merasa keberatan dengan sikap kita karena yang membutuhkan Allah SWT adalah diri kita.

 

5.    Teguh. Untuk menjadi seorang abd’ (hamba)-Nya yang juga khalifah-Nya di muka bumi yang juga sesuai dengan kehendak Allah diperlukan sikap yang teguh, kuat pendiran dan tidak mudah tergoyahkan oleh rayuan dan godaan, termasuk godaan syaitan. Hal ini berdasarkan surat Al Hujuraat (49) ayat 14 berikut ini:Orang-orang Arab Badwi itu berkata: “Kami telah beriman”. Katakanlah (kepada mereka): “Kamu belum beriman, tetapi katakanlah’ kami telah tunduk’ karena iman itu belum masuk ke dalam hatimu dan jika kamu ta’at kepada Allah dan Rasul-Nya. Dia tiada akan mengurangi sedikitpun (pahala) amalanmu; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”  Dan untuk mendapatkan hal tersebut di atas, tidak ada pilihan lain kecuali memiliki hati nurani yang beriman kepada Allah SWT atau memiliki hati nurani yang mukmin. Hal ini dikarenakan teguh dalam pendirian, teguh dalam sikap merupakan kunci sukses bagi keberhasilan manusia menjadi abd’(hamba)-Nya yang juga khalifah-Nya di muka bumi. Sikap teguh dalam pendirian merupakan salah satu unsur terpenting di dalam mensukseskan manusia menjadi sesuai dengan kehendak Allah, untuk itu milikikah sikap tersebut. Dan jika sampai diri kita tidak mampu memiliki keteguhan dalam hati berarti kita akan mudah di-ombang- ambing oleh ahwa (hawa nafsu) dan juga oleh syaitan. 

 

6.    Tidak Mau Beriman Hati Ditutup. Salah   satu  hasil dari hati nurani yang tidak mau beriman hanya kepada Allah SWT yaitu selalu berbuat ingkar kepada ajaran Islam dan selalu berbuat di luar batas yaitu ditutupnya hati nurani diri kita sehingga apa-apa yang terdapat di dalam hati ruhani menjadi tidak ada atau tidak dapat berfungsi lagi. Sebagaimana dikemukakan dalam surat Al Baqarah (2) ayat 88 berikut ini:Dan mereka berkata: “Hati kami tertutup”. Tetapi sebenarnya Allah mengutuk mereka karena keingkaran mereka; maka sedikit sekali mereka yang beriman.” Kita tidak lagi mempunyai perasaan karena telah diambil atau dihilangkan oleh Allah SWT. Kita tidak dapat berkomunikasi dengan baik dengan Allah SWT lagi. Kita tidak dapat merasakan dan mendapatkan petunjuk lagi dari Allah SWT. Kita tidak dapat menerima pemahaman dari Allah SWT lagi. Allah SWT berfirman: “Kemudian sesudah Nuh, Kami utus beberapa rasul kepada kaum mereka (masing-masing), maka rasul-rasul itu datang kepada mereka dengan membawa keterangan-keterangan yang nyata, tetapi mereka tidak hendak beriman karena mereka dahulu telah (biasa) mendustakannya. Demikianlah Kami mengunci mati hati orang-orang yang melampaui batas. (surat Yunus (10) ayat 74).” Dan jika kita tidak mau kehilangan apa-apa yang terdapat di dalam hati nurani, maka janganlah berbuat, janganlah melakukan tindakan dan perbuatan yang bertentangan dengan ketentuan Allah SWT, terkecuali memang kita tidak membutuhkan lagi hati nurani saat menjadi abd’ (hamba)Nya yang juga khalifahNya di muka bumi.  

 

7.   Selalu Berkasih Sayang. Ar Rakhman dan Ar Rahhiem merupakan 2(dua) nama dari 99 (sembilan puluh sembilan) Nama Allah SWT yang indah lagi baik. Ar Rakhman dan Ar Rahhiem merupakan wujud kasih sayang Allah SWT kepada seluruh ciptaannya dan apabila kita ingin mendapatkan kasih Sayang Allah SWT tersebut maka kita harus memiliki  hati nurani yang telah tertanam keimanan hanya kepada Allah SWT semata, atau hati nurani yang suci dan bersih dari syirik dan musyrik yang dilanjutkan diri kitapun memberikan kasih sayang pula kepada sesama umat manusia. Hal ini  Sebagai-mana dikemukakan dalam  surat Al Mujadilah (58) ayat 22 berikut ini: Kamu tidak akan mendapati sesuatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, saling berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, atau anak-anak atau saudara-saudara ataupun keluarga mereka. Mereka itulah orang-orang yang Allah telah menanamkan keimanan dalam hati mereka dan menguatkan mereka dengan pertolongan yang datang daripada-Nya. Dan dimasukkan-Nya mereka ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Allah ridha terhadap mereka dan merekapun merasa puas terhadap (limpahan rahmat)-Nya. Mereka itulah golongan Allah. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya golongan Allah itulah golongan yang beruntung.” 

 

Apabila kita dapat melaksanakan hal-hal yang kami kemukakan  diatas, maka di antara diri kita dengan Al-Rakhman dan Ar Rahhiem telah terjadi kesesuaian sehingga tersam-bunglah pertolongan Allah SWT kepada diri kita atau tersambunglah kekuatan Allah SWT kepada diri kita yang pada akhirnya akan dapat memudahkan diri kita melaksana-kan tugas sebagai abd’ (hamba)-Nya yang juga khalifah-Nya di muka bumi.

 

8.  Tidak Berdosa Maka Hati Suci. Kotor dan bersihnya hati nurani manusia dari pengaruh kekafiran akan menentukan keberhasilan manusia saat menjadi abd’ (hamba)Nya yang juga khalifahNya di muka bumi. Dan untuk dapat mempertahankan tingkat kesucian dan kebersihan hati ruhani yang sesuai dengan Al-Quddus yang dimiliki oleh Allah SWT, maka jangan lakukan tindakan kafir atau kekafiran setelah beriman kepada Allah SWT atau jangan pernah kotori hati nurani dengan tindakan dan perbuatan dosa yang mengakibatkan titik-titik noda dan noktah hitam di dalam hati ruhani. Hal ini berdasarkan surat An Nahl (16) ayat 106 berikut ini: Barangsiapa yang kafir kepada Allah sesudah dia beriman (dia mendapat kemurkaan Allah), kecuali orang yang dipaksa kafir padahal hatinya tetap tenang dalam beriman (dia tidak berdosa), akan tetapi orang yang melapangkan dadanya untuk kekafiran, maka kemurkaan Allah menimpanya dan baginya azab yang besar.”

 

Jika hati nurani manusia putih (fitrah), suci dan murni maka manusia dapat sukses tidak hanya sebagai abd’ (hamba)-Nya yang juga khalifah-Nya di muka bumi yang sesuai dengan kehendak Allah sehingga akan menghantarkan diri kita pulang kampung ke kampung kebahagiaan. Akan tetapi jika hati nurani yang kita miliki itu kotor, penuh noda dan noktah hitam akibat dosa yang kita lakukan maka akhir dari diri kita adalah pulang kampung ke kampung kesengsaraan dan kebinasaan. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar