Sekarang apa itu Khusyu’? Khusyu’ memiliki
makna dan pengertian yang multi dimensi. Kita tidak bisa hanya memahami dengan
mengartikan khusyu’ sebatas konsentrasi semata saat mendirikan shalat.
Setidaknya ada 5 (lima) kriteria khusyu’ yang dikemukakan di dalam AlQuran,
yaitu:
1. Khusyu’ adalah sebuah
keyakinan yang timbul di dalam hati sanunari akan ber-temu dengan Allah SWT dan
kembali kepada-Nya. Allah SWT berfirman: “Jadikanlah sabar dan shalat sebagai
penolongmu. dan Sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi
orang-orang yang khusyu', (yaitu) orang-orang yang meyakini, bahwa mereka akan
menemui Tuhannya, dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya. (surat Al Baqarah
(2) ayat 45 dan 46)
2. Khusyu’ adalah suatu keadaan
dimana kita ingin selalu bersegera berbuat kebaik-an dan berdoa dengan harap dan
cemas. Allah SWT berfirman: “Maka Kami memperkenankan doanya, dan Kami
anugerahkan kepada nya Yahya dan Kami jadikan isterinya dapat mengandung.
Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam
(mengerjakan) perbuatan-perbuatan yang baik dan mereka berdoa kepada Kami
dengan harap dan cemas[970]. dan mereka adalah orang-orang yang khusyu' kepada
kami. (surat Al Anbiyaa (21) ayat 90)
[970]
Maksudnya: mengharap agar dikabulkan Allah doanya dan khawatir akan azabnya.
3. Khusyu’ adalah suatu keadaan
yang apabila dibacakan AlQuran kepadanya maka akan menyungkur atas muka mereka
sambil bersujud dan bertambah kekhusyu’annya. Allah SWT berfirman: “Katakanlah:
"Berimanlah kamu kepadanya atau tidak usah beriman (sama saja bagi Allah).
Sesungguhnya orang-orang yang diberi pengetahuan sebelumnya apabila Al Quran
dibacakan kepada mereka, mereka menyungkur atas muka mereka sambil bersujud, dan
mereka berkata: "Maha suci Tuhan Kami, Sesungguhnya janji Tuhan Kami pasti
dipenuhi". dan mereka menyungkur atas muka mereka sambil menangis dan
mereka bertambah khusyu'. (surat Al Israa’ (17) ayat 107, 108, 109)
4. Khusyu’ adalah suatu keadaan
atas ketundukan hati di dalam mengingat Allah SWT. Allah SWT berfirman: “Belumkah
datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka
mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka), dan
janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan Al kitab
kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka
menjadi keras. dan kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang fasik. (surat
Al Hadiid (57) ayat 16)
5. Khusyu’ adalah suatu keadaan
dimana kita mampu berendah hati dan juga diri kepada Allah SWT. Allah SWT
berfirman: “dan Sesungguhnya diantara ahli kitab ada orang yang beriman kepada
Allah dan kepada apa yang diturunkan kepada kamu dan yang diturunkan kepada
mereka sedang mereka berendah hati kepada Allah dan mereka tidak menukarkan
ayat-ayat Allah dengan harga yang sedikit. mereka memperoleh pahala di sisi
Tuhannya. Sesungguhnya Allah Amat cepat perhitungan-Nya. (surat Ali Imran (3)
ayat 199)
Selain 5 (lima) makna dan pengertian khusyu’
yang telah kami kemukakan di atas, masih ada beberapa pengertian lain dari
khusyu’, yaitu:
1. Kata lain dari shalat yang dihayati maknanya
dan dijiwai dengan ketundukan di-hadapan Allah SWT adalah khusyu’.
2. Khusyu’ adalah sikap jiwa, artinya kita harus
mengkaji keadaan jiwa kita sendiri kemudian mengubahnya secara bertahap dan
terus menerus.
3. Khusyu’ bukanlah teori, tetapi praktek dan
latihan yang diperlukan dalam jiwa.
4. Khusyu’ adalah sebuah keterampilan jiwa yang
harus di bangun di dalam diri.
5. Khusyu’ berarti juga kemampuan memposisikan
diri sebagai hamba Allah yang memiliki kesadaran penuh pada dirinya, antara
lain:
a. Ketidakberdayaan diri di
hadapan Allah karena peran Allah pada diri abso-lute, sejak dalam kandungan
hingga saat ini.
b. Merasa Allah sangat berjasa penuh pada diri
karena segalanya diberi oleh Allah.
c. Merasa bergantung penuh
kepada Allah karena segala bergantung kepada Allah yang di dalam diri dan di
luar diri.
d. Merasa hina dan rendah diri di hadapan Allah
karena tidak berarti apa apa dihadapanNya, datang tidak bisa apa apa dan tidak
memiliki apa apa.
6. Khusyu’ adalah kosongnya hati dari hal hal yang
melalaikan dari ingat kepada Allah SWT atau dengan kata lain, hati dan pikiran
kita hanya terfokus kepada Allah SWT semata, tidak kepada selain-Nya.
Kekhusyu’an merupakan bagian penting yang harus
kita raih dalam hidup ini dan kita realisasikan saat kita menghadap kepada
Allah, lebih utama saat diri kita melaksanakan ibadah yang telah diperintahkan
Allah SWT.
Kekhusyu’an juga merupakan manipestasi
tertinggi dari sehatnya hati dan landasan utama tegaknya ibadah shalat, zakat,
puasa, haji dan dzikir seseorang. Ketika seseorang mampu memiliki kekhusyu’an
maka ia akan mendapatkan ampunan dan pahala yang besar, sebagaimana yang
difirmankan Allah SWT dalam surat Al Ahzab (33) ayat 35 berikut ini: “Sesungguhnya
laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki dan perempuan yang mukmin[1218],
laki-laki dan perempuan yang tetap dalam ketaatannya, laki-laki dan perempuan
yang benar, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang
khusyuk, laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang
berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan
perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan untuk
mereka ampunan dan pahala yang besar. (surat Al Ahzab (33) ayat 35)
[1218]
Yang dimaksud dengan Muslim di sini ialah orang-orang yang mengikuti perintah
dan larangan pada lahirnya, sedang yang dimaksud dengan orang-orang mukmin di
sini ialah orang yang membenarkan apa yang harus dibenarkan dengan hatinya.
Adanya beberapa pengertian dan juga pemaknaan
dari khusyu’ yang multi dimensi menunjukkan kepada kita bahwa janganlah kita
menilai bahwa seseorang yang tampaknya khusyu’ dalam beribadah, hatinya juga
demikian. Sebab belum tentu hati orang tersebut tertuju terhadap apa yang
dilakukannya. Jika ada seseorang yang berupaya untuk menampakkan kekhusyu’an terhadap
orang lain berarti tanda-tanda keikhlasan belum ada pada diri orang tersebut.
Kekhusyu’an itu ada di dalam hati seseorang, bukan di dalam penampilan phisik
atau gerakan badan seseorang.
Ibnul Qayyim Al Jauziah pernah berkata, pada
saat dia menerangkan tentang perbedaan antara khusyu’ keimanan dan khusyu’
kemunafikan. “Khusyu’ keimanan adalah kekhusyu’an hati terhadap Allah SWT,
dengan mengagungkan, membesarkan, tunduk, takut, dan merasa malu terhadap-Nya.
Kemudian hati itu terasa terpecah pecah, sesuai dengan perasaan malu dan
kecintaannya terhadap Allah SWT. Kemudian dia menyaksikan nikmat nikmat Allah
dan dosa-dosa terhadap-Nya. Kemudian sang hati dalam keadaan khusyu’ yang
sangat mendalam dan tidak ada tepiannya sama sekali. Kemudian hal itu diikuti
oleh kekhusyu’an anggota anggota tubuh. Sedangkan khusyu’ kemunafikan adalah
kekhusyu’an yang hanya tampak pada anggota badan, dengan dibuat buat dan
berpura pura. Adanya kondisi ini maka khusyu’ kemunafikan adalah suatu kondisi
dimana seseorang yang terlihat pada anggota tubuhnya dalam kondisi khusyu’,
sedangkan hatinya tidak dalam kondisi khusyu’.
Selain dari pada itu, khusyu’ juga bisa
dibedakan menjadi dua tipe, yaitu khusyu’ instan dan juga khusyu’ terencana.
1. Khusyu’
Instan. Khusyu’ Instan dapat
dibedakan menjadi 4 (empat) buah kriteria, yaitu:
a. Khusyu’ Terpaksa, yaitu orang yang melakukan shalat kemudian
memohon, mengeluh, menangis sepenuh hati karena banyak masalah dalam hidupnya.
Tidak ada penolong atau ada keinginan yang dituju, sehingga mengadukan nasibnya
kepada Allah SWT. Biasanya hanya sementara itu saja.
b. Khusyu’
Memaksa Diri, yaitu orang yang berusaha
memaksakan dirinya un-tuk berkonsentrasi, fokus, atau apapun namanya. Biasanya
ingin mencari pelajaran singkat, cepat bertemu Tuhan, kalau perlu ikut
pelatihan dua hari. Memaksa diri untuk bisa berhubungan dengan Tuhan, lalu
dirasa rasakan seolah olah berhubungan dengan Tuhan.
c. Khusyu’ Rekayasa, yaitu orang yang berusaha merekayasa diri
agar terlihat khusyu’ dari gerakan, dari pakaian, dari bacaan Al Qur’an nya,
dari gaya shalatnya, dari bacaan doanya;
dari cara berpuasanya dan lain sebagainya.
d. Khusyu’
Menduga duga, yaitu orang yang mengatakan
pada dirinya sendiri, yakin menurut ukuran dan perasaannya sendiri bahwa dia
telah berhubungan dengan Tuhan.
2. Khusyu’
Terencana atau Khusyu’ sebenarnya. Khusyu’
sebenarnya atau teren-cana, yaitu orang yang benar benar mempelajari ilmu dan
hikmah Al Qur’an. Ilmu tersebut dipelajari dengan penghayatan yang dalam serta
pemahaman yang luas melalui proses pembelajaran terencana, terarah, sistematik
dan menyeluruh. Sehingga kita memiliki pengetahuan, pemahaman, penjiwaan,
penerapan dan teruji. Terutama tentang pengenalan terhadap diri sendiri dan
Tuhan secara bertahap dan sungguh-sungguh. Pembelajaran yang seperti ini akan
melahirkan sikap khusyu’ dengan sendirinya tanpa harus dibuat-buat.
Khusyu’yang sebenarnya bukan bersifat instan,
melainkan buah atau hasil dari proses pembelajaran yang baik dan benar secara
simultan. Hasil ini akan mengakar kuat
di dalam diri dan bertahan selamanya hingga akhir hayat. Kondisi ini
hanya akan kita dapatkan dengan mengikuti pembelajaran dan pelatihan dari waktu
ke waktu tanpa pernah berhenti, mulai dari buaian sampai masuk liang lahat.
Lalu apa yang di dapat dari rasa khusyu’ itu?
Secara umum, kondisi jiwa dalam keadaan khusyu’ dapat digambarkan sebagai
berikut:
a. Adanya kesadaran dan memahami
dengan benar tentang kerendahan dirinya dihadapan Allah Yang Maha Besar.
b. Merasakan adanya hubungan dengan Allah SWT
secara jiwa, rasa dan keya-kinan, bukan raga.
Misalnya, merasakan Allah SWT sangat memahami hati, perasaan dan pikiran
kita secara langsung. Pada saat berdoa, merasakan Allah mendengar-kan semua
pujian dan doa kita secara langsung. Keadaan ini tumbuh karena keyakinan yang
haqqul yakin bahwa Allah Maha Memahami, Maha Mendengar, Maha Mengetahu, Maha
Mengurus diri kita selamanya.
Jika kondisi jiwa sudah seperti ini maka pintu
untuk berjumpa dengan Allah SWT sudah terbuka dihadapan kita. Selanjutnya, anda
sendirilah yang tahu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar