Setiap manusia, tanpa terkecuali termasuk di dalamnya diri kita, pasti memiliki teman yang selalu menyertai diri kita selama hayat dikandung badan atau selama diri kita melaksanakan tugas sebagai khalifah di muka bumi. Siapakah yang dimaksud dengan teman kita itu? Berdasarkan surat Az Zukhruf (43) ayat 36 yang kami kemukakan berikut ini: “Barangsiapa yang berpaling dari pengajaran Tuhan Yang Maha Pemurah (AlQuran), Kami adakan baginya syaitan (yang menyesatkan) maka syaitan itulah yang menjadi teman yang selalu menyertainya.” dikemukakan bahwa teman diri kita adalah syaitan. Timbul pertanyaan apakah hanya syaitan saja yang menjadi teman diri kita? Berdasarkan surat Qaaf (50) ayat 21 yang kami kami kemukakan berikut ini: “Setiap orang akan datang bersama (malaikat) pengiring dan (malaikat) saksi.” Berdasarkan surat Az Zukhruf (43) ayat 36 dan surat Qaaf (50) ayat 21 di atas, ternyata selain syaitan, teman diri kita yang lainnya adalah malaikat. Ini berarti saat ini sampai dengan ruh tiba dikerongkongan diri kita akan selalu disertai atau akan selalu ditemani oleh 2(dua) makhluk ghaib yang diciptakan oleh Allah SWT yaitu syaitan dan juga malaikat.
Sebagai abd’ (hamba)-Nya yang juga khalifah-Nya
di muka bumi, apa yang harus kita sikapi dengan adanya makhluk ghaib ini yang
memiliki sifat saling bertolak belakang yang saat ini menyertai diri kita? Hal
yang harus kita lakukan adalah kita harus mempercayai bahwa keberadaan syaitan
dan malaikat itu ada dan sudah bersama diri kita. Sebagai makhluk yang sama-sama diciptakan
oleh Allah SWT maka kitapun harus tahu tentang keberadaan mereka semua sehingga
kita dapat meletakkan diri secara pantas dan patut dihadapan syaitan dan
malaikat. Sekarang
bagaimanakah caranya kita menghadapi malaikat dan juga kepada syaitan? Untuk menghadapi malaikat dengan perilaku
dan perbuatan yang selalu lurus sehingga ia patuh dan taat kepada Allah SWT
maka sepanjang kitapun melakukan hal yang sama dengan perbuatan malaikat
tentunya malaikatpun akan memberikan penghormatan kepada kita dikarenakan
antara kita dengan malaikat sudah ada di dalam Koridor Nilai-Nilai Kebaikan
yang sama yaitu taat dan patuh kepada Allah SWT.
Sekarang bagaimana
jika kita justru melakukan perbuatan yang berlawanan dan bertentangan dengan
apa-apa yang diperbuat oleh malaikat, maka secara otomatis malaikatpun akan
memberikan celaan, cemoohan, meninggalkan diri serta mungkin juga malah
memberikan laknat kepada kita dikarenakan kita tidak tahu diri. Lalu, bagaimana jika kita melakukan amal perbuatan yang sama dengan
perbuatan malaikat yaitu taat dan patuh kepada Allah SWT saat menghadapi syaitan?
Syaitan sebagai makhluk yang telah
dilaknat dan telah dikutuk oleh Allah SWT sangat membenci apa yang kita
lakukan, syaitan akan mencerca perbuatan yang kita lakukan tersebut.
Syaitan yang telah memiliki lisensi khusus dari Allah SWT sebagai makhluk yang
akan mencelakakan dan menjerumuskan manusia tentunya tidak akan tinggal diam
dengan profesinya tersebut.
Segala daya dan
upaya akan terus dilakukan oleh syaitan untuk memperdayai manusia sampai manusia
dapat dibawanya pulang ke neraka Jahannam. Syaitan
sejak diusir dan dilaknat oleh Allah SWT
hanya mempunyai satu keahlian dan satu pekerjaan yang telah di otorisasi oleh
Allah SWT yaitu menyesatkan dan menjerumuskan manusia sehingga dapat dikatakan
syaitan adalah spesialis di bidang menyesatkan dan menjerumuskan manusia.
Manusia sebagai makhluk yang diciptakan lebih baik dari syaitan, sudah
sepantasnya dan seharusnya manusia dapat mengalahkan ajakan, pengaruh, hasutan,
iming-iming dari syaitan. Sehingga sudah sepantasnya pula manusia dapat
memenangkan pertandingan melawan syaitan.
Iblis/syaitan yang
hanya tahu dan mengerti bahwa manusia itu hanya terdiri dari jasmani saja dan
beranggapan bahwa api lebih baik dari tanah serta tidak mempunyai ilmu dan
pengetahuan tentang ruh dan Amanah yang 7, lalu pantaskah jika syaitan yang
menjadi pemenang atau manusia malah jadi pecundang di dalam melaksanakan kekhalifahan
di muka bumi sedangkan Allah SWT di dalam kehendaknya sewaktu menciptakan
manusia mempunyai skenario manusia adalah pemenangnya? Jika kita adalah manusia yang tahu tentang diri sendiri tentunya kehendak
Allah SWT itulah yang menjadi panduan dan pedoman kita di dalam melaksanakan kekhalifahan
di muka bumi. Lalu samakah atau bedakah perlakuan Allah SWT kepada malaikat dan
juga kepada syaitan?
Allah SWT pasti membedakan
perlakuan baik kepada malaikat maupun syaitan sebab Allah SWT juga ingin
menunjukkan keadilan-Nya kepada seluruh makhluk-Nya dan jika hal ini kita
jadikan patokan maka kepada manusiapun
Allah SWT akan memberikan perlakuan yang berbeda antara manusia yang patuh
dan taat kepada perintah Allah SWT dengan yang tidak patuh dan tidak taat (ingkar)
kepada perintah Allah SWT. Untuk itu jangan pernah sekalipun atau terpikirkan untuk
menjadikan syaitan sebagai penunjuk jalan, sebagai konsultan, sebagai
penasehat, sebagai pemimpin, sebagai atasan, sebagai Tuhan, sebagai teman,
sebagai teladan, termasuk di dalamnya syaitan yang berbentuk manusia, sehingga kita tidak disesatkan
dan tidak dijerumuskan melalui bujukan, rayuan, hasutan, iming-iming, yang
dilakukan oleh syaitan beserta antek-anteknya.
Jika saat ini kita
masih hidup di dunia, berarti kita sedang berhadapan dengan iblis/syaitan dan
juga berhadapan dengan malaikat, timbul pertanyaan siapakah yang akan kita tiru
perbuatannya? Jika iblis/syaitan yang kita jadikan sebagai panutan dan suri
teladan di dalam melaksanakan program kekhalifahan di muka bumi terimalah
hadiah dan penghormatan berupa tempat kembali berupa Kampung Kesengsaraan dan
Kebinasaan. Akan tetapi jika malaikat
sebagai makhluk yang taat dan patuh yang kita jadikan panutan dan suri
teladan maka Allah SWT akan memberikan tempat kembali berupa Kampung
Kebahagiaan. Sekarang tinggal pilih yang mana? Hal yang
harus kita perhatikan adalah pilihan hanya ada satu, syurga atau neraka sebab
Allah SWT tidak mempunyai tempat kembali yang bersifat abu-abu yaitu bisa syurga
dan bisa neraka.
Itulah kondisi
dasar dari adanya syurga dan neraka yang dihubungkan dengan keberadaan syaitan
dan keberadaan malaikat. Selanjutnya mari kita pelajari salah satu ciptaan
Allah SWT yang keberadaannya lebih dahulu ada sebelum manusia ada, dalam hal
ini adalah malaikat. Sekarang timbul pertanyaan baru,
kapankah, dimanakah, bagaimanakah malaikat diciptakan oleh Allah SWT?
Jawabannya, hanya Allah SWTlah yang tahu kapan, dimana serta bagaimana malaikat
itu diciptakan.
Lalu, apa yang Allah
SWT lakukan setelah menciptakan langit dan bumi? Berdasarkan surat Yunus (10)
ayat 3 berikut ini: “Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang menciptakan langit dan bumi
dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas 'Arsy untuk mengatur segala
urusan. tiada seorangpun yang akan memberi syafa'at kecuali sesudah ada
izin-Nya. (Dzat) yang demikian Itulah Allah, Tuhan kamu, Maka sembahlah Dia.
Maka Apakah kamu tidak mengambil pelajaran?” diterangkan bahwa Allah SWT bertahta di Arsy setelah menciptakan langit
dan bumi. Allah SWT berkedudukan di Arsy bukanlah untuk melihat apa-apa yang
telah diciptakan-Nya, akan tetapi Allah SWT berkedudukan di Arsy untuk
mengatur, memelihara, menjaga, merawat, segala macam ciptaannya yang berada di
langit dan di bumi tanpa terkecuali, termasuk di dalamnya diri kita, anak dan
keturunan kita. Allah
SWT berkedudukan tetap di luar ciptaan-Nya selain untuk menjaga keutuhan
ciptaan-Nya itu sendiri, juga untuk menunjukkan pula Kemahatinggian yang
dimiliki-Nya.
Di lain sisi, jika sampai Allah SWT bertahta
atau bertempat dan berkedudukan bersamaan dengan ciptaan-Nya maka bukan manfaat
yang didapat oleh ciptaan-Nya akan tetapi mudharat serta kehancuran yang akan
diperoleh ciptaan-Nya, sebagaimana firman Allah SWT berikut ini: “Dan tatkala Musa
datang untuk (munajat dengan Kami) pada waktu yang telah Kami tentukan dan
Tuhan telah berfirman (langsung) kepadanya, berkatalah Musa: "Ya Tuhanku,
nampakkanlah (diri Engkau) kepadaku agar aku dapat melihat kepada Engkau".
Tuhan berfirman: "Kamu sekali-kali tidak sanggup melihat-Ku, tapi lihatlah
ke bukit itu, Maka jika ia tetap di tempatnya (sebagai sediakala) niscaya kamu
dapat melihat-Ku". tatkala Tuhannya Menampakkan diri kepada gunung
itu[565], dijadikannya gunung itu hancur luluh dan Musa pun jatuh pingsan. Maka
setelah Musa sadar kembali, Dia berkata: "Maha suci Engkau, aku bertaubat
kepada Engkau dan aku orang yang pertama-tama beriman". (surat Al A’raaf
(7) ayat 143)
[565] Para mufassirin ada yang mengartikan yang
nampak oleh gunung itu ialah kebesaran dan kekuasaan Allah, dan ada pula yang
menafsirkan bahwa yang nampak itu hanyalah cahaya Allah. Bagaimanapun juga
nampaknya Tuhan itu bukanlah nampak makhluk, hanyalah nampak yang sesuai
sifat-sifat Tuhan yang tidak dapat diukur dengan ukuran manusia.
Adanya kondisi yang tidak memungkinkan bagi Allah
SWT memperlihatkan Kemahaan-Nya secara langsung kepada segala ciptaannya maka Allah
SWT menciptakan makhluk yang dapat menjadi abdi dalem bagi kepentingan Allah
SWT untuk mengatur segala urusan yang berhubungan dengan ciptaan-Nya dari Arsy.
Selain daripada itu, jika kita mengacu surat Al Ma'aarij (70) ayat 4 berikut ini,
malaikat-malaikat
dan Jibril naik (menghadap) kepada Tuhan dalam sehari yang kadarnya limapuluh
ribu tahun.[1510].”
[1510] Maksudnya:
malaikat-malaikat dan Jibril jika menghadap Tuhan memakan waktu satu hari.
apabila dilakukan oleh manusia, memakan waktu limapuluh ribu tahun.
Ayat di atas menyatakan bahwa jarak antara
Arsy dengan bumi yang jika dilakukan oleh manusia akan memakan waktu lima puluh
ribu tahun. Untuk itu maka Allah SWT menciptakan suatu makhluk yang berasal
dari Nur/Cahaya yang dinamakan dengan malaikat. Adanya makhluk yang diciptakan dari nur/cahaya maka kendala
jarak antara Arsy dengan bumi dapat dijembatani dengan adanya malaikat.Sekarang
lihatlah Malaikat yang mampu menghadap Allah SWT hanya dalam satu hari untuk
menuju Sidratul Muntaha. Hal ini dimungkinkan karena dzat pembentuk malaikat
dalam hal ini Nur merupakan bagian atau dzat yang berkesesuaian dengan An Nuur
yang dimiliki Allah SWT.
Sekarang apa yang terjadi jika Allah SWT
sampai tidak menciptakan malaikat? Untuk itu perhatikanlah hadits berikut ini: “Ibnu Abbas, ra berkata: Nabi SAW bersabda; Allah Ta’ala berfirman: Wahai
Musa! Engkau tidak dapat melihat-Ku. Sesungguhnya tidaklah akan melihat-Ku
suatu makhluk hidup melainkan ia mati, dan suatu makhluk yang kering melainkan
ia tergelincir dan makhluk yang basah melainkan ia bercerai-berai. Sesungguhnya
hanya ahli syurga yang tidak kehilangan pandangannya dan tidak rusak/hancur
jasadnya dapat melihat-Ku. (Hadits Qudsi Riwayat Al Hakiem, 272:202) Seluruh ciptaaan Allah
SWT tanpa terkecuali, akan hancur berkeping-keping dan jika ini sampai terjadi
bagaimana dengan program kekhalifahan di muka bumi akan berjalan jika buminya
telah hancur berkeping-keping. Allah SWT tentu sudah mempersiapkan dengan
matang apa-apa yang telah dikehendaki-Nya. Tinggal sekarang bagaimana kita
menyikapi hal ini dengan sebaik-baiknya dan yang pasti sebagai pelaksanaan
Diinul Islam secara kaffah maka kita harus mempercayai adanya Malaikat saat
menjadi abd’ (hamba) yang juga khalifah di muka bumi.
A.
TUGAS DAN
PEKERJAAN MALAIKAT.
Sebelum kami membahas
lebih lanjut tentang tugas dan pekerjaan malaikat, ada satu hal yang harus kami
kemukakan terlebih dahulu tentang adanya malaikat dan juga syaitan yang
menyertai diri kita saat menjadi khali fah di muka bumi, yaitu malaikat adalah penyeimbang bagi keberadaan syaitan di dalam
diri manusia. Sekarang apa jadinya jika hanya syaitan yang ada pada diri
manusia? Yang ada hanyalah Nilai-Nilai Keburukan, lalu dimanakah letaknya
Nilai-Nilai Kebaikan? Disinilah letaknya keseimbangan terjadi, yaitu adanya syaitan
yang menghendaki Nilai-Nilai Keburukan di imbangi oleh malaikat yang
menghendaki Nilai-Nilai Kebaikan. Apa buktinya telah terjadi keseimbangan
dalam diri?
Untuk itu niatkanlah
suatu perbuatan dosa yang memenuhi Nilai-Nilai Keburukan, lalu apa yang kita
rasakan? Di satu sisi akan ada dorongan untuk melakukan perbuatan dosa. Di lain
sisi ada sebuah perasaan agar jangan melakukan perbuatan dosa. Timbul
pertanyaan, dari mana datangnya hal ini, apakah datang begitu saja ataukah
karena adanya pengaruh syaitan dan pengaruh malaikat yang ada di dalam diri? Dorongan untuk
berbuat dosa dan perasaan untuk tidak mengerjakan perbuatan dosa, tidak datang
dengan sendirinya. Dorongan untuk berbuat dosa datangnya dari syaitan sedangkan
perasaan untuk tidak mengerjakan dosa datangnya dari malaikat.
Adanya kondisi ini
menunjukkan bahwa Allah SWT komitmen dengan syaitan dan juga sangat sayang
kepada abd’ (hamba) yang juga khalifah yang diciptakannya. Sebagai abd’
(hamba)Nya yang juga khalifahNya sudahkah diri kita memiliki ilmu dan juga pengetahuan
tentang malaikat? Lalu seperti apakah
kondisi dasar Malaikat yang selalu menyertai diri kita dan yang juga menjadi
penyeimbang bagi syaitan yang ada di dalam diri kita juga? Malaikat adalah makhluk yang agung. Jumlah malaikat sangat banyak dan tidak
seorangpun yang tahu berapa jumlah yang sebenarnya dari malaikat kecuali hanya Allah
SWT.
Allah SWT menciptakan malaikat dari cahaya dan dicetak atau diberi
karakter hanya untuk kebaikan. Malaikat tidak mengenal kejahatan. Malaikat
tidak memberi perintah kepada kejahatan dan malaikat tidak pula mengerjakan
kejahatan. Malaikat selalu taat kepada Allah SWT. Malaikat tidak pernah
bermaksiat kepada Allah SWT. Malaikat tidak pernah membangkang perintah Allah
SWT. Malaikat taat dan patuh terhadap sesuatu yang diperintahkan kepadanya,
bahkan malaikat selalu mengerjakan apa yang diperintahkan oleh Allah SWT tanpa
membantah ataupun menggerutu semuanya dilakukan dengan ikhlas. Malaikat selalu
bertasbih tanpa rasa jengkel apalagi bosan beribadah kepada Allah SWT serta malaikat
tidak pernah sekalipun ujub, sombong, takabur seperti
halnya iblis. Nabi SAW bersabda: “Malaikat diciptakan dari cahaya, jin diciptakan
dari nyalanya api dan Adam diciptakan dari sesuatu yang disifatkan kepada
kalian. (Hadits Riwayat Muslim, 227). Malaikat
mempunyai kedudukan yang tinggi dibandingkan dengan manusia, apabila ditinjau
dari sisi keutamaan dalam mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Adakah pengelompokan Malaikat? Malaikat pada dasarnya dapat dibedakan
menjadi 2(dua) kelompok yaitu malaikat yang menjadi pemuka atau malaikat utama
dan ada yang tidak menjadi pemuka. Malaikat yang utama adalah Malaikat Jibril,
Mikail, Israfil dan Izrail, yakni Malaikat Maut. Malaikat Jibril as, adalah
malaikat yang paling agung. Pekerjaan yang dilaksanakan oleh Malaikat sangat
banyak, berbeda-beda dan bermacam-macam antara satu Malaikat dengan Malaikat
yang lainnya. Tugas dan Pekerjaan yang dilakukan oleh malaikat
adalah pekerjaan yang dibebankan oleh Allah SWT agar malaikat itu beribadah dan
taat kepada Allah SWT sebagaimana dikemukakan oleh “Abu Bakar Al-Jazairi”
dalam bukunya “Pemurnian Akidah”
mengemukakan tentang tugas dan pekerjaan malaikat beserta nama namanya
sebagaimana berikut ini:
1. Malaikat Jibril as, Malaikat Jibril as, disebut juga dengan Ruhul Qudus (Ruh Kudus). Allah SWT memberikan sifat kepada Malaikat Jibril as, dengan kuat dan dapat dipercaya disebabkan melalui Malaikat Jibril as, inilah wahyu atau kalam Allah SWT disampaikan kepada Nabi dan Rasul, yang merupakan utusan khusus Allah SWT di muka bumi. Allah SWT memberikan tugas khusus kepada Malaikat Jibril as, dengan tugas yang paling mulia, yaitu sebagai perantara atau mediator antara Allah SWT dengan para Rasul-Nya. Sebagaimana dikemukakan dalam surat At Takwiir (81) ayat 19-20-21 yang kami kemukakan berikut ini: “Sesungguhnya AlQuran itu benar-benar firman (Allah yang dibawa oleh) utusan yang mulia (Jibril), Yang mempunyai kekuatan, yang mempunyai kedudukan tinggi di sisi Allah yang mempunyai Arsy, Yang dita’ati di sana (di alam malaikat) lagi dipercaya.”
Selain daripada itu, menurut surat Ass Syu'araa (26) ayat 192-193-194 di atas, ‘Dan sesungguhnya Al Qur’an ini benar-benar diturunkan oleh Tuhan semesta alam,Dia dibawa turun oleh Ar-Ruh Al-Amin (Jibril), Ke dalam hatimu (Muhammad) agar kamu menjadi salah seorang di antara orang-orang yang memberi peringatan.” Malaikat Jibril as, yang menyampaikan wahyu Allah SWT kepada Muhammad bin Abdullah sehingga menjadilah beliau sebagai Nabi dan Rasul. Keberadaan Malaikat Jibril as, juga terdapat di dalam hadits shahih Bukhari Muslim yaitu pada waktu menemani Nabi Muhammad SAW melaksanakan sebuah perjalanan yang sangat spektakuler yaitu perjalanan Isra’ dan Mi’raj. Malaikat Jibril a.s. menemani Rasulullah melakukan perjalanan Isra’ yaitu dari Masjidil Haram di Makkah ke Masjidil Aqsha di Palestina dan menemani Rasulullah melakukan perjalanan Mi’raj yaitu dari Masjidil Aqsha ke Sidratul Muntaha, suatu tempat yang terletak di atas lapisan langit yang ke tujuh sebelum Arsy atau berada di bawah Arsy tetapi di atas langit yang ke tujuh.
2. Malaikat Mikail. Malaikat Mikail diserahi tugas dan tanggung jawab oleh Allah SWT untuk
menjaga hujan dan tumbuh-tumbuhan.
3. Malaikat Israfil. Malaikat Israfil diserahi tugas dan tanggung jawab oleh Allah SWT untuk
meniup terompet pada hari kiamat.
4. Malaikat Izrail. Malaikat Izrail
atau disebut juga dengan Malaikat Maut di serahi tugas dan tanggung jawab oleh
Allah SWT untuk mencabut ruh manusia sehingga berpisahlah Jasmani dengan
Ruhani. Malaikat Izrail di dalam
melaksanakan tugasnya di bantu oleh Malaikat lainnya dalam hal ini adalah Pembantu Malaikat Maut.
Allah SWT berfirman: Dan dialah yang mempunyai kekuasaan tertinggi di atas semua hamba-Nya,
dan diutus-Nya kepadamu
malaikat-malaikat penjaga, sehingga apabila datang kematian kepada salah
seorang di antara kamu, ia diwafatkan oleh malaikat-malaikat Kami, dan
malaikat-malaikat Kami itu tidak melalaikan kewajibannya.”
Dan Dalam rangka menambah wawasan serta menjadikan diri kita selalu berada di
dalam kehendak Allah SWT, ada baiknya kita memperhatikan sebuah dongeng yang
berhubungan dengan Malaikat Izrail berikut ini. Inilah sebuah dongeng kuno, seseorang
yang sakit didatangi Izrail, Malaikat Pencabut Nyawa. Orang itu lalu bertanya,
"Apakah kedatanganmu sebagai kunjungan biasa atau untuk mencabut
nyawaku?" Izrail menjawab, "Kunjungan biasa." Orang itu berkata
lagi, "Demi persahabatan kita. Jika dekat ajalku nanti, kirimlah utusan
untuk memberitahu aku." Izrail menyetujui permintaan itu. Pada suatu hari
Izrail datang untuk mencabut nyawanya. Orang itu berkata, "Bukankah belum
pernah ada utusanmu yang datang kepadaku untuk memberitahukan perkara
ini?" Izrail menjawab, "sudah….sudah pernah datang, bahkan beberapa
kali. Bukankah tulang punggungmu bungkuk padahal sebelumnya lurus? Rambutmu
memutih yang sebelumnya hitam. Suaramu bergetar sesudah dahulunya lantang, Bahkan
akhir-akhir ini kamu lemah sesudah dahulunya kamu sehat perkasa. Penglihatanmu
kabur sesudah dahulunya terang, kamu dahulu penuh harapan tetapi akhir-akhir
ini ini sering putus asa. Aku telah mengirim banyak utusan kepadamu padahal
kamu hanya meminta satu utusan. Oleh karena itu, janganlah kamu menyalahkan
aku" (A Aziz Salim Basyarahil, dalam
Hikmah dalam Humor,Kisah dan Pepatah, Gema Insani, Jakarta).
5. Para Pembantu
Malaikat Maut. Para Pembantu Malaikat Maut terbagi dalam 2 (dua)
kelompok, yaitu Malaikat yang bertugas memberi rahmat dan Malaikat yang
bertugas memberi siksaan.
6. Malaikat Pembawa Arsy. Berdasarkan
surat Al Mu'min (40) ayat 7 berikut ini: “(Malaikat-malaikat) yang memikul Arsy dan
malaikat yang berada di sekelilingnya bertasbih memuji Tuhannya dan mereka
beriman kepada-Nya serta memintakan ampun bagi orang-orang yang beriman (seraya
mengucapkan): “Ya Tuhan kami, rahmat dan ilmu Engkau meliputi segala sesuatu,
maka berilah ampunan kepada orang-orang yang bertaubat dan mengikuti jalan
Engkau dan periharalah mereka dari siksaan neraka yang bernyala-nyala.” dan juga berdasarkan surat Al Haaqqah (69) ayat 17 yang kami kemukakan
berikut ini: “Dan malaikat-malaikat berada
di penjuru langit. Dan pada hari itu delapan orang malaikat menjunjung Arsy
Tuhanmu di atas (kepala) mereka. (surat Al Haaqqah (69) ayat 17). Menerangkan Malaikat Pembawa Arsy atau disebut juga Malaikat yang
mempunyai tugas menjunjung Arsy di atas kepalanya ada 8(delapan) malaikat. Malaikat yang
menjunjung Arsy selalu memuji dan bertasbih hanya kepada Allah SWT serta selalu
berdoa kepada Allah SWT untuk orang yang beriman dengan mengucapkan “Ya
Tuhan kami, rahmat dan ilmu Engkau meliputi segala sesuatu, maka berilah
ampunan kepada orang-orang yang bertaubat dan mengikuti jalan Engkau dan periharalah
mereka dari siksaan neraka yang bernyala-nyala". Bayangkan jika
diri kita adalah salah satu orang yang di doakan oleh Malaikat ini atau apakah
kita tidak suka di doakan oleh Malaikat?
7. Malaikat Ridwan. Malaikat Ridwan diberi tugas dan tanggung jawab oleh Allah SWT sebagai
penjaga syurga dan ia juga di angkat sebagai pimpinan dari para pelayan
(malaikat) syurga.
8. Para Malaikat Pelayan
Syurga. Para Malaikat yang menjadi Pelayan Surga jumlahnya
sangat banyak, tidak dapat dihitung oleh siapapun juga kecuali oleh Allah SWT.
9. Malaikat Zabaniyah. Berdasarkan surat Al Muddatstsir (74) ayat 26-30 yang kami kemukakan
berikut ini: “Aku akan memasukkannya ke
dalam (neraka) Saqar, Tahukah kamu apa
(neraka) Saqar itu? Saqar itu tidak meninggalkan dan tidak membiarkan. (Neraka
Saqar) adalah pembakar kulit manusia. Diatasnya ada sembilan belas (malaikat
penjaga).” Malaikat
Zabaniyah berjumlah sembilan belas malaikat. Allah SWT menugaskan Malaikat
Zabaniyah di neraka Jahannam dan mereka diberi wewenang untuk menyiksa penghuni
neraka. Sedangkan berdasarkan surat Az Zukhruf (43) ayat 77 yang kami kemukakan
berikut ini: “Mereka berseru: “Hai Malik,
biarlah Tuhanmu membunuh kami saja”. Dia menjawab: “Kamu akan tetap tinggal (di
neraka ini)”.
Malaikat Malik adalah pimpinan dari Malaikat Penjaga
Neraka. Sebagai Malaikat Penjaga Neraka, dapat dipastikan bahwa Malaikat Malik
pasti memiliki karakter yang bertolak belakang dengan karakter Malaikat Ridwan.
Hal ini karena yang dihadapi oleh Malaikat Malik sangat bertolak belakang
dengan yang dihadapi oleh Malaikat Ridwan. Jika Malaikat Riddwan memiliki
karakter ramah dan sopan maka Malaikat
Malik memiliki karakter kasar dan juga bengis. Sebagai abd’ (hamba) yan juga
khalifah di muka bumi, Malaikat yang manakah yang akan kita pilih untuk
melayani diri kita kelak, apakah Malaikat Riddwan ataukah Malaikat Malik? Jika
Malaikat Riddwan yang kita pilih maka mulai saat ini jadikan diri kita untuk
selalu berada di dalam kehendak Allah SWT atau mulai saat ini laksanakan Diinul
Islam secara Kaffah.
10. Para Malaikat Yang
Mulia dan Yang Mencatat. Berdasarkan surat Al Infithaar (82) ayat 10-11-12 yang
kami kemukakan berikut ini: “Padahal sesungguhnya bagi kamu ada
(malaikat-malaikat) yang mengawasi (pekerjaanmu), Yang mulia (di sisi Allah)
dan yang mencatat (pekerjaan-pekerjaanmu itu),Mereka mengetahui apa yang kamu
kerjakan.” Malaikat yang mulia dan yang mencatat adalah
malaikat Allah SWT yang mempunyai pekerjaan mencatat dan menghitung seluruh
amal perbuatan manusia. Di sebelah kanan setiap orang mukalaf terdapat malaikat
yang mencatat amal kebaikan, sedangkan disebelah kirinya terdapat malaikat yang
mencatat amal kejelekan.
11. Malaikat Hafazhah. Berdasarkan surat Ar Ra’d (13) ayat 11
yang kami kemukakan di bawah ini, Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran,
di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya
Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang
ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap
sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tidak ada
pelindung bagi mereka selain Dia.” Malaikat Hafazhah
adalah malaikat Allah SWT yang mempunyai tugas dan pekerjaan untuk menjaga
manusia dari gangguan jin, syaitan dan beberapa penyakit. Adanya Malaikat
Hafazhah yang selalu berada di sekeliling diri kita, di muka maupun di belakang,
menunjukkan Allah SWT sangat sayang kepada khalifah-Nya yang tidak lain adalah
perpanjangan tangan Allah SWT di muka bumi.
12. Malaikat Yang Menjaga
Rahim. Malaikat yang menjaga rahim adalah malaikat Allah
SWT yang mempunyai tugas dan pekerjaan untuk menjaga Rahim, sebagaimana hadits
berikut ini: Anas r.a berkata: Nabi SAW bersabda: Sesungguhnya Allah Azza wajalla
memerintah malaikat menjaga rahim.Abdullah bin Mas’ud r.a berkata: Rasulullah SAW yang benar dan
harus dibenarkan telah menerangkan kepada kami: “Sesungguhnya seseorang
terkumpul kejadiannya dalam perut ibunya empat puluh hari berupa mani, kemudian
berupa sekepal darah selama itu juga kemudian berupa sekepal daging selama itu
juga, kemudian Allah mengutus Malaikat
yang diperintah mencatat empat kalimat dan diperintah: “Tulislah
Amalnya, rizqinya, ajalnya dan nasib baik dan sial (celaka), kemudian ditiup
ruh kepadanya. Maka sesungguhnya adakalanya seorang dari kamu melakukan amal
ahli sorga sehingga antaranya dengan sorga hanya sehasta, tetapi adakalanya
dalam suratan pertama, tiba-tiba melakukan amal ahli neraka, dan adakalanya
seorang berbuat amal ahli neraka sehingga antaranya dengan neraka hanya sehasta,
tiba-tiba dalam ketentuan suratannya ia berubah mengerjakan ahli sorga”. (Hadits Riwayat Bukhari, Muslim)
13. Malaikat Yang Menjaga
Gunung. Berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh
Bukhari-Muslim yang kami kemukakan di bawah ini, Malaikat yang menjaga gunung
adalah malaikat Allah SWT yang mempunyai tugas dan pekerjaan untuk menjaga
gunung. “Malaikat penjaga gunung berseru kepadaku. Dia memberi salam, seraya
berkata, wahai Muhammad, hal itu tergantung dirimu. Jika engkau mau, kedua
bukit gunung itu akan saya timpakan kepada mereka (orang-orang kafir quraisy)
(Hadits Riwayat Bukhari, Muslim)
14.
Malaikat Penjaga Doa. Berdasarkan hadits yang
diriwayatkan oleh Muslim yang kami kemukakan berikut ini: Doa seorang muslim kepada
saudaranya yang ada di tempat yang jauh akan dikabulkan. Di atas kepalanya
terdapat malaikat yang diserahi tugas. Jika orang itu mendoakan saudaranya
dengan kebaikan, malaikat yang diserahi tugas itu menjawab; “Amien dan semoga engkau
mendapat pembalasan yang setimpal”. (Hadits Riwayat Muslim). Malaikat Penjaga Doa diberi tugas dan pekerjaan oleh Allah SWT untuk
menjaga doa-doa para hamba. Jika seorang hamba mendoakan saudaranya yang mukmin
sedang dia berada di tempat yang jauh, maka malaikat menjawab, “Amin dan semoga
engkau mendapatkan pembalasan yang setimpal.
15. Malaikat Yang Membawa
Ruh setelah Meninggal. Berdasarkan hadits yang
diriwayatkan oleh Muslim yang kami kemukakan berikut ini: Jika ruh seorang mukmin
keluar, maka kedua malaikat menemui dan menerimanya, lantas mereka membawanya
ke atas’.” Malaikat yang
membawa ruh para hamba ke atas menuju langit setelah hamba itu meninggal dunia.
16. Malaikat Munkar dan
Malaikat Nakir. Malaikat Munkar dan Malaikat Nakir adalah malaikat
Allah SWT yang mempunyai tugas dan pekerjaan untuk menanyakan diri kita tentang
Tuhan, tentang Agama dan tentang Rasulullah. Malaikat ini akan bertanya siapa
Tuhanmu, apa Agamamu, dan siapa Nabimu kelak.
Sebagai abd’ (hamba)-Nya yang juga adalah khalifah-Nya di muka bumi, kita
harus mengetahui tentang keberadaan Malaikat berikut apa yang dikerjakan
olehnya. Hal ini tidak bisa dilepaskan dengan pelaksanaan Rukun Iman yang Enam
yaitu Percaya kepada Malaikat, yang harus kita laksanakan dalam satu kesatuan
sebagai bagian dari pelaksanaan Diinul Islam secara kaffah dan semoga kita
mampu melaksanakannya dengan baik dan benar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar