Label

MEMANUSIAKAN MANUSIA: INILAH JATIDIRI MANUSIA YANG SESUNGGUHNYA (79) SETAN HARUS JADI PECUNDANG: DIRI PEMENANG (68) SEBUAH PENGALAMAN PRIBADI MENGAJAR KETAUHIDAN DI LAPAS CIPINANG (65) INILAH ALQURAN YANG SESUNGGUHNYA (60) ROUTE TO 1.6.799 JALAN MENUJU MAKRIFATULLAH (59) MUTIARA-MUTIARA KEHIDUPAN: JALAN MENUJU KERIDHAAN ALLAH SWT (54) PUASA SEBAGAI KEBUTUHAN ORANG BERIMAN (50) ENERGI UNTUK MEMOTIVASI DIRI & MENJAGA KEFITRAHAN JIWA (44) RUMUS KEHIDUPAN: TAHU DIRI TAHU ATURAN MAIN DAN TAHU TUJUAN AKHIR (38) TAUHID ILMU YANG WAJIB KITA MILIKI (36) THE ART OF DYING: DATANG FITRAH KEMBALI FITRAH (33) JIWA YANG TENANG LAGI BAHAGIA (27) BUKU PANDUAN UMROH (26) SHALAT ADALAH KEBUTUHAN DIRI (25) HAJI DAN UMROH : JADIKAN DIRI TAMU YANG SUDAH DINANTIKAN KEDATANGANNYA OLEH TUAN RUMAH (24) IKHSAN: INILAH CERMINAN DIRI KITA (24) RUKUN IMAN ADALAH PONDASI DASAR DIINUL ISLAM (23) ZAKAT ADALAH HAK ALLAH SWT YANG HARUS DITUNAIKAN (20) KUMPULAN NASEHAT UNTUK KEHIDUPAN YANG LEBIH BAIK (19) MUTIARA HIKMAH DARI GENERASI TABI'IN DAN TABI'UT TABIIN (18) INSPRIRASI KESEHATAN DIRI (15) SYAHADAT SEBAGAI SEBUAH PERNYATAAN SIKAP (14) DIINUL ISLAM ADALAH AGAMA FITRAH (13) KUMPULAN DOA-DOA (10) BEBERAPA MUKJIZAT RASULULLAH SAW (5) DOSA DAN JUGA KEJAHATAN (5) DZIKIR UNTUK KEBAIKAN DIRI (4) INSPIRASI DARI PARA SAHABAT NABI (4) INILAH IBADAH YANG DISUKAI NABI MUHAMMAD SAW (3) PEMIMPIN DA KEPEMIMPINAN (3) TAHU NABI MUHAMMAD SAW (3) DIALOQ TOKOH ISLAM (2) SABAR ILMU TINGKAT TINGGI (2) SURAT TERBUKA UNTUK PEROKOK dan KORUPTOR (2) IKHLAS DAN SYUKUR (1)

Kamis, 16 Mei 2024

MALAIKAT SANG PENYEIMBANG DIRI (PART 1 of 2)

 


Setiap manusia, tanpa terkecuali termasuk di dalamnya diri kita, pasti memiliki teman yang selalu menyertai diri kita selama hayat dikandung badan atau selama diri kita melaksanakan tugas sebagai khalifah di muka bumi. Siapakah yang dimaksud dengan teman kita itu? Berdasarkan surat Az Zukhruf (43) ayat 36 yang kami kemukakan berikut ini: Barangsiapa yang berpaling dari pengajaran Tuhan Yang Maha Pemurah (AlQuran), Kami adakan baginya syaitan (yang menyesatkan) maka syaitan itulah yang menjadi teman yang selalu menyertainya.”  dikemukakan bahwa teman diri kita adalah syaitan. Timbul pertanyaan apakah hanya syaitan saja yang menjadi teman diri kita? Berdasarkan surat Qaaf (50) ayat 21 yang kami kami kemukakan berikut ini: “Setiap orang akan datang bersama (malaikat) pengiring dan (malaikat) saksi.” Berdasarkan surat Az Zukhruf (43) ayat 36 dan surat Qaaf (50) ayat 21 di atas, ternyata selain syaitan, teman diri kita yang lainnya adalah malaikat. Ini berarti saat ini sampai dengan ruh tiba dikerongkongan diri kita akan selalu disertai atau akan selalu ditemani oleh 2(dua) makhluk ghaib yang diciptakan oleh Allah SWT yaitu syaitan dan juga malaikat.

 

Sebagai abd’ (hamba)-Nya yang juga khalifah-Nya di muka bumi, apa yang harus kita sikapi dengan adanya makhluk ghaib ini yang memiliki sifat saling bertolak belakang yang saat ini menyertai diri kita? Hal yang harus kita lakukan adalah kita harus mempercayai bahwa keberadaan syaitan dan malaikat itu ada dan sudah bersama diri kita. Sebagai makhluk yang sama-sama diciptakan oleh Allah SWT maka kitapun harus tahu tentang keberadaan mereka semua sehingga kita dapat meletakkan diri secara pantas dan patut dihadapan syaitan dan malaikat. Sekarang bagaimanakah caranya kita menghadapi malaikat dan juga kepada syaitan? Untuk menghadapi malaikat dengan perilaku dan perbuatan yang selalu lurus sehingga ia patuh dan taat kepada Allah SWT maka sepanjang kitapun melakukan hal yang sama dengan perbuatan malaikat tentunya malaikatpun akan memberikan penghormatan kepada kita dikarenakan antara kita dengan malaikat sudah ada di dalam Koridor Nilai-Nilai Kebaikan yang sama yaitu taat dan patuh kepada Allah SWT.

 

Sekarang bagaimana jika kita justru melakukan perbuatan yang berlawanan dan bertentangan dengan apa-apa yang diperbuat oleh malaikat, maka secara otomatis malaikatpun akan memberikan celaan, cemoohan, meninggalkan diri serta mungkin juga malah memberikan laknat kepada kita dikarenakan kita tidak tahu diri. Lalu, bagaimana jika kita melakukan amal perbuatan yang sama dengan perbuatan malaikat yaitu taat dan patuh kepada Allah SWT saat menghadapi syaitan? Syaitan sebagai makhluk yang telah dilaknat dan telah dikutuk oleh Allah SWT sangat membenci apa yang kita lakukan, syaitan akan mencerca perbuatan yang kita lakukan tersebut. Syaitan yang telah memiliki lisensi khusus dari Allah SWT sebagai makhluk yang akan mencelakakan dan menjerumuskan manusia tentunya tidak akan tinggal diam dengan profesinya tersebut.

 

Segala daya dan upaya akan terus dilakukan oleh syaitan untuk memperdayai manusia sampai manusia dapat dibawanya pulang ke neraka Jahannam. Syaitan sejak diusir dan dilaknat oleh  Allah SWT hanya mempunyai satu keahlian dan satu pekerjaan yang telah di otorisasi oleh Allah SWT yaitu menyesatkan dan menjerumuskan manusia sehingga dapat dikatakan syaitan adalah spesialis di bidang menyesatkan dan menjerumuskan manusia. Manusia sebagai makhluk yang diciptakan lebih baik dari syaitan, sudah sepantasnya dan seharusnya manusia dapat mengalahkan ajakan, pengaruh, hasutan, iming-iming dari syaitan. Sehingga sudah sepantasnya pula manusia dapat memenangkan pertandingan melawan syaitan.

 

Iblis/syaitan yang hanya tahu dan mengerti bahwa manusia itu hanya terdiri dari jasmani saja dan beranggapan bahwa api lebih baik dari tanah serta tidak mempunyai ilmu dan pengetahuan tentang ruh dan Amanah yang 7, lalu pantaskah jika syaitan yang menjadi pemenang atau manusia malah jadi pecundang di dalam melaksanakan kekhalifahan di muka bumi sedangkan Allah SWT di dalam kehendaknya sewaktu menciptakan manusia mempunyai skenario manusia adalah pemenangnya? Jika kita adalah manusia yang tahu tentang diri sendiri tentunya kehendak Allah SWT itulah yang menjadi panduan dan pedoman kita di dalam melaksanakan kekhalifahan di muka bumi. Lalu samakah atau bedakah perlakuan Allah SWT kepada malaikat dan juga kepada syaitan? 

 

Allah SWT pasti membedakan perlakuan baik kepada malaikat maupun syaitan sebab Allah SWT juga ingin menunjukkan keadilan-Nya kepada seluruh makhluk-Nya dan jika hal ini kita jadikan patokan maka kepada manusiapun  Allah SWT akan memberikan perlakuan yang berbeda antara manusia yang patuh dan taat kepada perintah Allah SWT dengan yang tidak patuh dan tidak taat (ingkar) kepada perintah Allah SWT. Untuk itu jangan pernah sekalipun atau terpikirkan untuk menjadikan syaitan sebagai penunjuk jalan, sebagai konsultan, sebagai penasehat, sebagai pemimpin, sebagai atasan, sebagai Tuhan, sebagai teman, sebagai teladan, termasuk di dalamnya syaitan yang berbentuk manusia, sehingga kita tidak disesatkan dan tidak dijerumuskan melalui bujukan, rayuan, hasutan, iming-iming, yang dilakukan oleh syaitan beserta antek-anteknya.

 

Jika saat ini kita masih hidup di dunia, berarti kita sedang berhadapan dengan iblis/syaitan dan juga berhadapan dengan malaikat, timbul pertanyaan siapakah yang akan kita tiru perbuatannya? Jika iblis/syaitan yang kita jadikan sebagai panutan dan suri teladan di dalam melaksanakan program kekhalifahan di muka bumi terimalah hadiah dan penghormatan berupa tempat kembali berupa Kampung Kesengsaraan dan Kebinasaan. Akan tetapi jika malaikat  sebagai makhluk yang taat dan patuh yang kita jadikan panutan dan suri teladan maka Allah SWT akan memberikan tempat kembali berupa Kampung Kebahagiaan. Sekarang tinggal pilih yang mana? Hal yang harus kita perhatikan adalah pilihan hanya ada satu, syurga atau neraka sebab Allah SWT tidak mempunyai tempat kembali yang bersifat abu-abu yaitu bisa syurga dan bisa neraka.

 

Itulah kondisi dasar dari adanya syurga dan neraka yang dihubungkan dengan keberadaan syaitan dan keberadaan malaikat. Selanjutnya mari kita pelajari salah satu ciptaan Allah SWT yang keberadaannya lebih dahulu ada sebelum manusia ada, dalam hal ini adalah malaikat. Sekarang timbul pertanyaan baru, kapankah, dimanakah, bagaimanakah malaikat diciptakan oleh Allah SWT? Jawabannya, hanya Allah SWTlah yang tahu kapan, dimana serta bagaimana malaikat itu diciptakan.

 

Lalu, apa yang Allah SWT lakukan setelah menciptakan langit dan bumi? Berdasarkan surat Yunus (10) ayat 3 berikut ini: “Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas 'Arsy untuk mengatur segala urusan. tiada seorangpun yang akan memberi syafa'at kecuali sesudah ada izin-Nya. (Dzat) yang demikian Itulah Allah, Tuhan kamu, Maka sembahlah Dia. Maka Apakah kamu tidak mengambil pelajaran?” diterangkan bahwa Allah SWT bertahta di Arsy setelah menciptakan langit dan bumi. Allah SWT berkedudukan di Arsy bukanlah untuk melihat apa-apa yang telah diciptakan-Nya, akan tetapi Allah SWT berkedudukan di Arsy untuk mengatur, memelihara, menjaga, merawat, segala macam ciptaannya yang berada di langit dan di bumi tanpa terkecuali, termasuk di dalamnya diri kita, anak dan keturunan kita. Allah SWT berkedudukan tetap di luar ciptaan-Nya selain untuk menjaga keutuhan ciptaan-Nya itu sendiri, juga untuk menunjukkan pula Kemahatinggian yang dimiliki-Nya.

 

Di lain sisi, jika sampai Allah SWT bertahta atau bertempat dan berkedudukan bersamaan dengan ciptaan-Nya maka bukan manfaat yang didapat oleh ciptaan-Nya akan tetapi mudharat serta kehancuran yang akan diperoleh ciptaan-Nya, sebagaimana firman Allah SWT berikut ini:  “Dan tatkala Musa datang untuk (munajat dengan Kami) pada waktu yang telah Kami tentukan dan Tuhan telah berfirman (langsung) kepadanya, berkatalah Musa: "Ya Tuhanku, nampakkanlah (diri Engkau) kepadaku agar aku dapat melihat kepada Engkau". Tuhan berfirman: "Kamu sekali-kali tidak sanggup melihat-Ku, tapi lihatlah ke bukit itu, Maka jika ia tetap di tempatnya (sebagai sediakala) niscaya kamu dapat melihat-Ku". tatkala Tuhannya Menampakkan diri kepada gunung itu[565], dijadikannya gunung itu hancur luluh dan Musa pun jatuh pingsan. Maka setelah Musa sadar kembali, Dia berkata: "Maha suci Engkau, aku bertaubat kepada Engkau dan aku orang yang pertama-tama beriman". (surat Al A’raaf (7) ayat 143)

 

[565] Para mufassirin ada yang mengartikan yang nampak oleh gunung itu ialah kebesaran dan kekuasaan Allah, dan ada pula yang menafsirkan bahwa yang nampak itu hanyalah cahaya Allah. Bagaimanapun juga nampaknya Tuhan itu bukanlah nampak makhluk, hanyalah nampak yang sesuai sifat-sifat Tuhan yang tidak dapat diukur dengan ukuran manusia.

 

Adanya kondisi yang tidak memungkinkan bagi Allah SWT memperlihatkan Kemahaan-Nya secara langsung kepada segala ciptaannya maka Allah SWT menciptakan makhluk yang dapat menjadi abdi dalem bagi kepentingan Allah SWT untuk mengatur segala urusan yang berhubungan dengan ciptaan-Nya dari Arsy. Selain daripada itu, jika kita mengacu surat Al Ma'aarij (70) ayat 4 berikut ini, malaikat-malaikat dan Jibril naik (menghadap) kepada Tuhan dalam sehari yang kadarnya limapuluh ribu tahun.[1510].”

 

[1510] Maksudnya: malaikat-malaikat dan Jibril jika menghadap Tuhan memakan waktu satu hari. apabila dilakukan oleh manusia, memakan waktu limapuluh ribu tahun.

 

Ayat di atas menyatakan bahwa jarak antara Arsy dengan bumi yang jika dilakukan oleh manusia akan memakan waktu lima puluh ribu tahun. Untuk itu maka Allah SWT menciptakan suatu makhluk yang berasal dari Nur/Cahaya yang dinamakan dengan malaikat. Adanya makhluk  yang diciptakan dari nur/cahaya maka kendala jarak antara Arsy dengan bumi dapat dijembatani dengan adanya malaikat.Sekarang lihatlah Malaikat yang mampu menghadap Allah SWT hanya dalam satu hari untuk menuju Sidratul Muntaha. Hal ini dimungkinkan karena dzat pembentuk malaikat dalam hal ini Nur merupakan bagian atau dzat yang berkesesuaian dengan An Nuur yang dimiliki Allah SWT.

 

Sekarang apa yang terjadi jika Allah SWT sampai tidak menciptakan malaikat? Untuk itu perhatikanlah hadits berikut ini: “Ibnu Abbas, ra berkata: Nabi SAW bersabda; Allah Ta’ala berfirman: Wahai Musa! Engkau tidak dapat melihat-Ku. Sesungguhnya tidaklah akan melihat-Ku suatu makhluk hidup melainkan ia mati, dan suatu makhluk yang kering melainkan ia tergelincir dan makhluk yang basah melainkan ia bercerai-berai. Sesungguhnya hanya ahli syurga yang tidak kehilangan pandangannya dan tidak rusak/hancur jasadnya dapat melihat-Ku. (Hadits Qudsi Riwayat Al Hakiem, 272:202) Seluruh ciptaaan Allah SWT tanpa terkecuali, akan hancur berkeping-keping dan jika ini sampai terjadi bagaimana dengan program kekhalifahan di muka bumi akan berjalan jika buminya telah hancur berkeping-keping. Allah SWT tentu sudah mempersiapkan dengan matang apa-apa yang telah dikehendaki-Nya. Tinggal sekarang bagaimana kita menyikapi hal ini dengan sebaik-baiknya dan yang pasti sebagai pelaksanaan Diinul Islam secara kaffah maka kita harus mempercayai adanya Malaikat saat menjadi abd’ (hamba) yang juga khalifah di muka bumi.

 

A.     TUGAS  DAN  PEKERJAAN MALAIKAT.

 

Sebelum kami membahas lebih lanjut tentang tugas dan pekerjaan malaikat, ada satu hal yang harus kami kemukakan terlebih dahulu tentang adanya malaikat dan juga syaitan yang menyertai diri kita saat menjadi khali fah di muka bumi, yaitu malaikat  adalah  penyeimbang bagi keberadaan syaitan di dalam diri manusia. Sekarang apa jadinya jika hanya syaitan yang ada pada diri manusia? Yang ada hanyalah Nilai-Nilai Keburukan, lalu dimanakah letaknya Nilai-Nilai Kebaikan? Disinilah letaknya keseimbangan terjadi, yaitu adanya syaitan yang menghendaki Nilai-Nilai Keburukan di imbangi oleh malaikat yang menghendaki Nilai-Nilai Kebaikan. Apa buktinya telah terjadi keseimbangan dalam diri?

 

Untuk itu niatkanlah suatu perbuatan dosa yang memenuhi Nilai-Nilai Keburukan, lalu apa yang kita rasakan? Di satu sisi akan ada dorongan untuk melakukan perbuatan dosa. Di lain sisi ada sebuah perasaan agar jangan melakukan perbuatan dosa. Timbul pertanyaan, dari mana datangnya hal ini, apakah datang begitu saja ataukah karena adanya pengaruh syaitan dan pengaruh malaikat yang ada di dalam diri? Dorongan untuk berbuat dosa dan perasaan untuk tidak mengerjakan perbuatan dosa, tidak datang dengan sendirinya. Dorongan untuk berbuat dosa datangnya dari syaitan sedangkan perasaan untuk tidak mengerjakan dosa datangnya dari malaikat.

 

Adanya kondisi ini menunjukkan bahwa Allah SWT komitmen dengan syaitan dan juga sangat sayang kepada abd’ (hamba) yang juga khalifah yang diciptakannya. Sebagai abd’ (hamba)Nya yang juga khalifahNya sudahkah diri kita memiliki ilmu dan juga pengetahuan tentang malaikat? Lalu seperti apakah kondisi dasar Malaikat yang selalu menyertai diri kita dan yang juga menjadi penyeimbang bagi syaitan yang ada di dalam diri kita juga? Malaikat adalah makhluk yang agung. Jumlah malaikat sangat banyak dan tidak seorangpun yang tahu berapa jumlah yang sebenarnya dari malaikat kecuali hanya Allah SWT.

 

Allah SWT menciptakan malaikat dari cahaya dan dicetak atau diberi karakter hanya untuk kebaikan. Malaikat tidak mengenal kejahatan. Malaikat tidak memberi perintah kepada kejahatan dan malaikat tidak pula mengerjakan kejahatan. Malaikat selalu taat kepada Allah SWT. Malaikat tidak pernah bermaksiat kepada Allah SWT. Malaikat tidak pernah membangkang perintah Allah SWT. Malaikat taat dan patuh terhadap sesuatu yang diperintahkan kepadanya, bahkan malaikat selalu mengerjakan apa yang diperintahkan oleh Allah SWT tanpa membantah ataupun menggerutu semuanya dilakukan dengan ikhlas. Malaikat selalu bertasbih tanpa rasa jengkel apalagi bosan beribadah kepada Allah SWT serta malaikat tidak pernah sekalipun ujub, sombong, takabur seperti halnya iblis. Nabi SAW bersabda: Malaikat diciptakan dari cahaya, jin diciptakan dari nyalanya api dan Adam diciptakan dari sesuatu yang disifatkan kepada kalian. (Hadits Riwayat Muslim, 227). Malaikat mempunyai kedudukan yang tinggi dibandingkan dengan manusia, apabila ditinjau dari sisi keutamaan dalam mendekatkan diri kepada Allah SWT.

 

Adakah pengelompokan Malaikat? Malaikat pada dasarnya dapat dibedakan menjadi 2(dua) kelompok yaitu malaikat yang menjadi pemuka atau malaikat utama dan ada yang tidak menjadi pemuka. Malaikat yang utama adalah Malaikat Jibril, Mikail, Israfil dan Izrail, yakni Malaikat Maut. Malaikat Jibril as, adalah malaikat yang paling agung. Pekerjaan yang dilaksanakan oleh Malaikat sangat banyak, berbeda-beda dan bermacam-macam antara satu Malaikat dengan Malaikat yang lainnya. Tugas dan Pekerjaan yang dilakukan oleh malaikat adalah pekerjaan yang dibebankan oleh Allah SWT agar malaikat itu beribadah dan taat kepada Allah SWT sebagaimana dikemukakan oleh Abu Bakar Al-Jazairi” dalam bukunya “Pemurnian Akidah” mengemukakan tentang tugas dan pekerjaan malaikat beserta nama namanya sebagaimana berikut ini:

 

1.  Malaikat Jibril as, Malaikat Jibril as, disebut juga dengan Ruhul Qudus (Ruh Kudus). Allah SWT memberikan sifat kepada Malaikat Jibril as, dengan kuat dan dapat dipercaya disebabkan melalui Malaikat Jibril as, inilah wahyu atau kalam Allah SWT disampaikan kepada Nabi dan Rasul, yang merupakan utusan khusus Allah SWT di muka bumi. Allah SWT memberikan tugas khusus kepada Malaikat Jibril as, dengan tugas yang paling mulia, yaitu sebagai perantara atau mediator antara Allah SWT dengan para Rasul-Nya. Sebagaimana dikemukakan dalam surat At Takwiir (81) ayat 19-20-21 yang kami kemukakan berikut ini: “Sesungguhnya AlQuran itu benar-benar firman (Allah yang dibawa oleh) utusan  yang mulia (Jibril), Yang mempunyai kekuatan, yang mempunyai kedudukan tinggi di sisi Allah yang mempunyai Arsy, Yang dita’ati di sana (di alam malaikat) lagi dipercaya.”

      

      Selain daripada itu, menurut surat Ass Syu'araa (26) ayat 192-193-194 di atas, ‘Dan sesungguhnya Al Qur’an ini benar-benar diturunkan oleh Tuhan semesta alam,Dia dibawa turun oleh Ar-Ruh Al-Amin (Jibril), Ke dalam hatimu (Muhammad) agar kamu menjadi salah seorang di antara orang-orang yang memberi peringatan.”  Malaikat Jibril as, yang menyampaikan wahyu Allah SWT kepada Muhammad bin Abdullah sehingga menjadilah beliau sebagai Nabi dan Rasul. Keberadaan Malaikat Jibril as, juga terdapat di dalam hadits shahih Bukhari Muslim yaitu pada waktu menemani Nabi Muhammad SAW melaksanakan sebuah perjalanan yang sangat spektakuler yaitu perjalanan Isra’ dan Mi’raj. Malaikat Jibril a.s. menemani Rasulullah melakukan perjalanan Isra’ yaitu dari Masjidil Haram di Makkah ke Masjidil Aqsha di Palestina dan menemani Rasulullah melakukan perjalanan Mi’raj yaitu dari Masjidil Aqsha ke Sidratul Muntaha, suatu tempat yang terletak di atas lapisan langit yang ke tujuh sebelum Arsy atau berada di bawah Arsy tetapi di atas langit yang ke tujuh.

 

2.   Malaikat Mikail. Malaikat Mikail diserahi tugas dan tanggung jawab oleh Allah SWT untuk menjaga hujan dan tumbuh-tumbuhan.

 

3.   Malaikat Israfil. Malaikat Israfil diserahi tugas dan tanggung jawab oleh Allah SWT untuk meniup terompet pada hari kiamat.

 

4.     Malaikat Izrail. Malaikat Izrail atau disebut juga dengan Malaikat Maut di serahi tugas dan tanggung jawab oleh Allah SWT untuk mencabut ruh manusia sehingga berpisahlah Jasmani dengan Ruhani. Malaikat Izrail di dalam melaksanakan tugasnya di bantu oleh Malaikat lainnya  dalam hal ini adalah Pembantu Malaikat Maut. Allah SWT berfirman: Dan dialah yang mempunyai kekuasaan tertinggi di atas semua hamba-Nya, dan diutus-Nya kepadamu  malaikat-malaikat penjaga, sehingga apabila datang kematian kepada salah seorang di antara kamu, ia diwafatkan oleh malaikat-malaikat Kami, dan malaikat-malaikat Kami itu tidak melalaikan kewajibannya.”

 

Dan Dalam rangka menambah wawasan serta menjadikan diri kita selalu berada di dalam kehendak Allah SWT, ada baiknya kita memperhatikan sebuah dongeng yang berhubungan dengan Malaikat Izrail berikut ini. Inilah sebuah dongeng kuno, seseorang yang sakit didatangi Izrail, Malaikat Pencabut Nyawa. Orang itu lalu bertanya, "Apakah kedatanganmu sebagai kunjungan biasa atau untuk mencabut nyawaku?" Izrail menjawab, "Kunjungan biasa." Orang itu berkata lagi, "Demi persahabatan kita. Jika dekat ajalku nanti, kirimlah utusan untuk memberitahu aku." Izrail menyetujui permintaan itu. Pada suatu hari Izrail datang untuk mencabut nyawanya. Orang itu berkata, "Bukankah belum pernah ada utusanmu yang datang kepadaku untuk memberitahukan perkara ini?" Izrail menjawab, "sudah….sudah pernah datang, bahkan beberapa kali. Bukankah tulang punggungmu bungkuk padahal sebelumnya lurus? Rambutmu memutih yang sebelumnya hitam. Suaramu bergetar sesudah dahulunya lantang, Bahkan akhir-akhir ini kamu lemah sesudah dahulunya kamu sehat perkasa. Penglihatanmu kabur sesudah dahulunya terang, kamu dahulu penuh harapan tetapi akhir-akhir ini ini sering putus asa. Aku telah mengirim banyak utusan kepadamu padahal kamu hanya meminta satu utusan. Oleh karena itu, janganlah kamu menyalahkan aku" (A Aziz Salim Basyarahil, dalam Hikmah dalam Humor,Kisah dan Pepatah, Gema Insani, Jakarta).

 

5.   Para Pembantu Malaikat Maut. Para Pembantu Malaikat Maut terbagi dalam 2 (dua) kelompok, yaitu Malaikat yang bertugas memberi rahmat dan Malaikat yang bertugas memberi siksaan.

 

6.   Malaikat Pembawa Arsy. Berdasarkan surat Al Mu'min (40) ayat 7 berikut ini: “(Malaikat-malaikat) yang memikul Arsy dan malaikat yang berada di sekelilingnya bertasbih memuji Tuhannya dan mereka beriman kepada-Nya serta memintakan ampun bagi orang-orang yang beriman (seraya mengucapkan): “Ya Tuhan kami, rahmat dan ilmu Engkau meliputi segala sesuatu, maka berilah ampunan kepada orang-orang yang bertaubat dan mengikuti jalan Engkau dan periharalah mereka dari siksaan neraka yang bernyala-nyala.” dan juga berdasarkan surat Al Haaqqah (69) ayat 17 yang kami kemukakan berikut ini:  Dan malaikat-malaikat berada di penjuru langit. Dan pada hari itu delapan orang malaikat menjunjung Arsy Tuhanmu di atas (kepala) mereka. (surat Al Haaqqah (69) ayat 17). Menerangkan Malaikat Pembawa Arsy atau disebut juga Malaikat yang mempunyai tugas menjunjung Arsy di atas kepalanya ada 8(delapan) malaikat. Malaikat yang menjunjung Arsy selalu memuji dan bertasbih hanya kepada Allah SWT serta selalu berdoa kepada Allah SWT untuk orang yang beriman dengan mengucapkan “Ya Tuhan kami, rahmat dan ilmu Engkau meliputi segala sesuatu, maka berilah ampunan kepada orang-orang yang bertaubat dan mengikuti jalan Engkau dan periharalah mereka dari siksaan neraka yang bernyala-nyala". Bayangkan jika diri kita adalah salah satu orang yang di doakan oleh Malaikat ini atau apakah kita tidak suka di doakan oleh Malaikat?

 

7.   Malaikat Ridwan. Malaikat Ridwan diberi tugas dan tanggung jawab oleh Allah SWT sebagai penjaga syurga dan ia juga di angkat sebagai pimpinan dari para pelayan (malaikat) syurga.

 

8. Para Malaikat Pelayan Syurga. Para Malaikat yang menjadi Pelayan Surga jumlahnya sangat banyak, tidak dapat dihitung oleh siapapun juga kecuali oleh Allah SWT.

 

9.    Malaikat Zabaniyah. Berdasarkan surat Al Muddatstsir (74) ayat 26-30 yang kami kemukakan berikut ini: Aku akan memasukkannya ke dalam (neraka) Saqar,  Tahukah kamu apa (neraka) Saqar itu? Saqar itu tidak meninggalkan dan tidak membiarkan. (Neraka Saqar) adalah pembakar kulit manusia. Diatasnya ada sembilan belas (malaikat penjaga).”  Malaikat Zabaniyah berjumlah sembilan belas malaikat. Allah SWT menugaskan Malaikat Zabaniyah di neraka Jahannam dan mereka diberi wewenang untuk menyiksa penghuni neraka. Sedangkan berdasarkan surat Az Zukhruf (43) ayat 77 yang kami kemukakan berikut ini: Mereka berseru: “Hai Malik, biarlah Tuhanmu membunuh kami saja”. Dia menjawab: “Kamu akan tetap tinggal (di neraka ini)”.

 

Malaikat Malik adalah pimpinan dari Malaikat Penjaga Neraka. Sebagai Malaikat Penjaga Neraka, dapat dipastikan bahwa Malaikat Malik pasti memiliki karakter yang bertolak belakang dengan karakter Malaikat Ridwan. Hal ini karena yang dihadapi oleh Malaikat Malik sangat bertolak belakang dengan yang dihadapi oleh Malaikat Ridwan. Jika Malaikat Riddwan memiliki karakter ramah dan  sopan maka Malaikat Malik memiliki karakter kasar dan juga bengis. Sebagai abd’ (hamba) yan juga khalifah di muka bumi, Malaikat yang manakah yang akan kita pilih untuk melayani diri kita kelak, apakah Malaikat Riddwan ataukah Malaikat Malik? Jika Malaikat Riddwan yang kita pilih maka mulai saat ini jadikan diri kita untuk selalu berada di dalam kehendak Allah SWT atau mulai saat ini laksanakan Diinul Islam secara Kaffah.

 

10.  Para Malaikat Yang Mulia dan Yang Mencatat. Berdasarkan surat Al Infithaar (82) ayat 10-11-12 yang kami kemukakan berikut ini: Padahal sesungguhnya bagi kamu ada (malaikat-malaikat) yang mengawasi (pekerjaanmu), Yang mulia (di sisi Allah) dan yang mencatat (pekerjaan-pekerjaanmu itu),Mereka mengetahui apa yang kamu kerjakan.” Malaikat yang mulia dan yang mencatat adalah malaikat Allah SWT yang mempunyai pekerjaan mencatat dan menghitung seluruh amal perbuatan manusia. Di sebelah kanan setiap orang mukalaf terdapat malaikat yang mencatat amal kebaikan, sedangkan disebelah kirinya terdapat malaikat yang mencatat amal kejelekan.

 

11. Malaikat Hafazhah. Berdasarkan surat Ar Ra’d (13) ayat 11 yang kami kemukakan di bawah ini, Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tidak ada pelindung bagi mereka selain Dia.” Malaikat Hafazhah adalah malaikat Allah SWT yang mempunyai tugas dan pekerjaan untuk menjaga manusia dari gangguan jin, syaitan dan beberapa penyakit. Adanya Malaikat Hafazhah yang selalu berada di sekeliling diri kita, di muka maupun di belakang, menunjukkan Allah SWT sangat sayang kepada khalifah-Nya yang tidak lain adalah perpanjangan tangan Allah SWT di muka bumi.  

 

12.  Malaikat Yang Menjaga Rahim. Malaikat yang menjaga rahim adalah malaikat Allah SWT yang mempunyai tugas dan pekerjaan untuk menjaga Rahim, sebagaimana hadits berikut ini: Anas r.a berkata: Nabi SAW bersabda: Sesungguhnya Allah Azza wajalla memerintah malaikat menjaga rahim.Abdullah bin Mas’ud  r.a berkata: Rasulullah SAW yang benar dan harus dibenarkan telah menerangkan kepada kami: “Sesungguhnya seseorang terkumpul kejadiannya dalam perut ibunya empat puluh hari berupa mani, kemudian berupa sekepal darah selama itu juga kemudian berupa sekepal daging selama itu juga, kemudian Allah mengutus Malaikat  yang diperintah mencatat empat kalimat dan diperintah: “Tulislah Amalnya, rizqinya, ajalnya dan nasib baik dan sial (celaka), kemudian ditiup ruh kepadanya. Maka sesungguhnya adakalanya seorang dari kamu melakukan amal ahli sorga sehingga antaranya dengan sorga hanya sehasta, tetapi adakalanya dalam suratan pertama, tiba-tiba melakukan amal ahli neraka, dan adakalanya seorang berbuat amal ahli neraka sehingga antaranya dengan neraka hanya sehasta, tiba-tiba dalam ketentuan suratannya ia berubah mengerjakan ahli sorga”. (Hadits Riwayat Bukhari, Muslim)

 

13.  Malaikat Yang Menjaga Gunung. Berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari-Muslim yang kami kemukakan di bawah ini, Malaikat yang menjaga gunung adalah malaikat Allah SWT yang mempunyai tugas dan pekerjaan untuk menjaga gunung. “Malaikat penjaga gunung berseru kepadaku. Dia memberi salam, seraya berkata, wahai Muhammad, hal itu tergantung dirimu. Jika engkau mau, kedua bukit gunung itu akan saya timpakan kepada mereka (orang-orang kafir quraisy) (Hadits Riwayat Bukhari, Muslim)

 

14. Malaikat Penjaga Doa. Berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Muslim yang kami kemukakan berikut ini: Doa seorang muslim kepada saudaranya yang ada di tempat yang jauh akan dikabulkan. Di atas kepalanya terdapat malaikat yang diserahi tugas. Jika orang itu mendoakan saudaranya dengan kebaikan, malaikat yang diserahi tugas itu menjawab; “Amien dan semoga engkau mendapat pembalasan yang setimpal”. (Hadits Riwayat Muslim). Malaikat Penjaga Doa diberi tugas dan pekerjaan oleh Allah SWT untuk menjaga doa-doa para hamba. Jika seorang hamba mendoakan saudaranya yang mukmin sedang dia berada di tempat yang jauh, maka malaikat menjawab, “Amin dan semoga engkau mendapatkan pembalasan yang setimpal.

 

15. Malaikat Yang Membawa Ruh setelah Meninggal. Berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Muslim yang kami kemukakan berikut ini: Jika ruh seorang mukmin keluar, maka kedua malaikat menemui dan menerimanya, lantas mereka membawanya ke atas’.”  Malaikat yang membawa ruh para hamba ke atas menuju langit setelah hamba itu meninggal dunia.

 

16. Malaikat Munkar dan Malaikat Nakir. Malaikat Munkar dan Malaikat Nakir adalah malaikat Allah SWT yang mempunyai tugas dan pekerjaan untuk menanyakan diri kita tentang Tuhan, tentang Agama dan tentang Rasulullah. Malaikat ini akan bertanya siapa Tuhanmu, apa Agamamu, dan siapa Nabimu kelak.

 

 

Sebagai abd’ (hamba)-Nya yang juga adalah khalifah-Nya di muka bumi, kita harus mengetahui tentang keberadaan Malaikat berikut apa yang dikerjakan olehnya. Hal ini tidak bisa dilepaskan dengan pelaksanaan Rukun Iman yang Enam yaitu Percaya kepada Malaikat, yang harus kita laksanakan dalam satu kesatuan sebagai bagian dari pelaksanaan Diinul Islam secara kaffah dan semoga kita mampu melaksanakannya dengan baik dan benar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar