Dan Setelah mempertimbangkan 3 (tiga) hal
yang telah kami kemukakan di atas, selanjutnya hal- hal sebagai berikut harus
segera kita lakukan sebelum melakukan proses hijrah melalui jihad dalam diri
untuk menuju, meraih dan merasakan serta merefleksikan jiwa muthmainnah itu
dalam hidup dan kehidupan kita, yaitu:
A.
MENGEMBALIKAN
BARANG-BARANG ANIAYAAN.
Salah
satu penghalang proses menuju fitrah adalah masih adanya barang barang aniayaan
milik orang lain yang masih ada pada diri kita, seperti harta kekayaan dari
dari hasil korupsi, kolusi dan nepotisme. Yang mana barang barang aniayaan ini
harus dikembalikan kepada pemiliknya yang berhak. Hal ini penting kita lakukan
karena Allah SWT akan mengutuk diri kita sepanjang barang aniayaan itu belum
dikembalikan, serta adanya barang aniayaan atau barang barang haram akan
menjadi tembok penghalang bagi kita untuk kembali fitrah, atau menuju jiwa
Muthmainnah. Hal ini sebagaimana dikemukakan dalam hadits qudsi berikut ini:
Nabi
SAW bersabda: “Hudzaifah ra, berkata: Nabi SAW
bersabda: Allah ta’ala berfirman: Allah SWT telah mewahyukan kepadaku:
"Wahai saudara para Rasul dan saudara para pemberi peringatan! Berilah
berita peringatan kepada kaummu untuk tidak memasuki rumahKu (masjid) kecuali
dengan hati yang bersih, lidah yang jujur, tangan yang suci, dan kemaluan yang
bersih. Dan janganlah mereka memasuki rumahKu (masjid) padahal mereka masih
tersangkut barang aniayaan hak hak orang lain. Sesungguhnya Aku mengutuknya
selama ia berdiri mengerjakan shalat dihadapanKu sehingga ia mengembalikan
barang aniayaan itu kepada pemiliknya yang berhak. Apabila ia telah
mengembalikannya, maka Aku menjadi pendengarannya yang dengannya ia mendengar,
menjadi penglihatannya yang dengannya ia melihat dan ia akan menjadi salah
seorang kekasihKu, orang pilihanKu dan bersanding bersamaKu bersama para Nabi,
para shiddiqin dan para syuhada di dalam syurga. (Hadits Qudsi Riwayat Abu Nua'im, Hakim, Ad-Dailami, dan Ibnu Asakir;
272:240)
Selain hadits yang telah kami kemukakan di atas, Nabi SAW juga
bersabda: “Dari Ibnu Umar ra,
katanya, “Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda: “Tidak diterima shalat
seseorang tanpa suci, dan tidak diterima sedekah yang berasal dari kejahatan
(seperti mencuri, menipu, menggelapkan atau korupsi, rampok, judi dan
sebagainya). (Hadits Riwayat Bukhari
No.175), juga mengemukakan bahwa shadaqah yang berasal
dari kejahatan seperti dari mencuri, menipu, menggelapkan atau korupsi, rampok,
judi dan sebagainya tidak akan diterima oleh Allah SWT.
Sekali lagi kami
tegaskan bahwa Allah SWT mengutuk kepada orang yang masih tersangkut barang
aniayaan; kepada orang yang masih tersangkut dengan barang curian; kepada orang
yang masih tersangkut dengan hasil korupsi;
kepada orang yang masih tersangkut hak hak orang lain yang diambil tanpa
hak, seperti menipu, sampai dengan apa yang telah diambilnya dikembalikan
kepada pemiliknya yang berhak atau yang
sah, terkecuali kita siap untuk dikutuk Allah SWT. Lalu bagaimana jiwa kita
akan menjadi jiwa muthmainnah jika kekotoran yang ada diri kita tidak pernah
kita bersihkan!
B.
MENINGKATKAN
PEMAHAMAN TENTANG DIINUL ISLAM.
Lakukan proses peningkatan pemahaman tentang Diinul Islam
dengan segera belajar yang tidak hanya sebatas syariat belaka, namun harus
sampai kepada hakekat yang tidak melanggar syariat. Adanya peningkatan
pemahaman yang kita miliki maka langkah meningkatkan kualitas ibadah menjadi
lebih terbuka luas sehingga kesempatan merubah diri lebih mudah dikarenakan
kita telah keluar dari rutinitas ibadah syariat menuju ibadah hakekat tanpa
melanggar syariat sehingga mampu menghantarkan diri kita merasakan nikmatnya
bertuhankan kepada Allah SWT.
Apa contohnya? Nabi SAW bersabda: “Bacalah AlQuran dan naiklah ke
derajat yang paling tinggi, lalu bacalah dengan runtut sebagaimana kamu pernah
membacanya di dunia. Karena sesungguhnya derajatmu sangat tergantung pada ayat
terakhir yang telah engkau baca. (Hadits Riwayat Ahmad)”. Jika selama
ini kita hanya bisa membaca AlQur’an hanya sekedar tulisannya semata, maka
mulai hari ini kita harus keluar dari konsep itu, dengan mulai membaca AlQur’an
yang diikuti dengan membaca terjemahnya dan yang dilanjutkan dengan mulai
mempelajari tafsirnya.
Biarlah lama prosesnya namun hasilnya sangat luar biasa.
Jika sampai kita hanya bisa membaca AlQur’an tanpa pernah tahu apa isi yang
dibacanya hal ini laksanakan kita menonton televisi tanpa ada suaranya. Lalu
apa yang kita banggakan kelak dihadapan Allah SWT melalui AlQur’an ini?
Untuk mempertegas tentang peningkatan pemahaman
tentang ibadah, berikut ini akan kami kemukakan kisah Nabi Musa, as yang bisa
kita jadikan pelajaran saat hidup di muka bumi. Suatu saat Nabi Musa as
berkomunikasi dengan Allah SWT. Nabi Musa as.: "Wahai Allah aku sudah
melaksanakan ibadah. Lalu manakah ibadahku yang membuat engkau senang?".
Allah SWT: “Syahadat mu itu untuk dirimu sendiri, karena dengan engkau
bersyahadat maka terbukalah pintu bagimu untuk bertuhankan kepadaKu. Allah
SWT: "Shalatmu bukan untuk-Ku tetapi untukmu sendiri, karena dengan kau
mendirikan shalat, engkau terpelihara dari perbuatan keji dan munkar. Dzikir?
Dzikirmu itu membuat hatimu menjadi tenang. Puasa ? Puasamu itu melatih dirimu
untuk memerangi hawa nafsumu". Zakat itu untuk membersihkan apa apa yang
telah engkau miliki. Menunaikan Haji untuk menjadikan kamu menjadi lebih dekat
kepadaKu setelah berkunjung ke rumahKu. Nabi Musa as: "lalu
apa ibadahku yang membuatmu senang ya Allah?" Allah
SWT: "Sedekah, Infaq, Wakaf serta akhlaqul karimah-mu yang
menceriminkan Asmaul Husna. Itulah yang membuat aku senang, Karena tatkala
engkau membahagiakan orang yang sedang susah, kelaparan, aku hadir
disampingnya. Dan aku akan mengganti dengan ganjaran kepadamu”.
Kehadiran kita di muka bumi seharusnya bisa
membuat Allah SWT tersenyum bangga kepada diri kita yang berarti kita telah
sejalan dengan kehendak Allah SWT, atau sesuai dengan konsep Allah SWT dan
berarti kita juga telah mampu menampilkan penampilan Allah SWT melalui diri
kita dan kitapun mampu merasakan adanya Allah SWT dalam diri kita. Namun
apabila kehadiran diri kita di muka bumi membuat Allah SWT benci dan marah
berarti ada yang salah dalam diri kita dikarenakan kita tidak tahu dan tidak
mengerti siapa diri kita yang sesungguhnya dan siapa Allah SWT yang
sesungguhnya serta mengetahui dengan pasti adanya hubungan antara diri kita
dengan Allah SWT. Dan sebelum semuanya terlambat, selagi diri kita masih berada
di persimpangan jalan, ayo gunakan waktu yang tersisa untuk segera mempelajari
dan memahami ilmu tentang diri kita sendiri dan juga tentang Allah SWT saat ini
juga.
Ayo segera belajar karena belajar adalah
perintah Allah SWT. Jangan menunda nunda belajar karena kita tidak tahu kapan
kita sampai waktu Isya. Luangkan waktu untuk belajar dan jangan mencari cari
alasan untuk tidak mau belajar. Belajar untuk diri sendiri, bukan untuk orang
lain.
C.
MENGEMBALIKAN
KESUCIAN DIRI MELALUI PROSES THAHARAH.
Saat
manusia hidup, tidak hanya jasmani saja yang terpengaruh atas aktifitas diri,
namun ruh juga terpengaruh. Akibatnya baik jasmani maupun ruh mengalami
gangguan atau terjadinya penurunan kualitas kebersihannya, atau kefitrahannya.
Agar jasmani dan ruh mampu terjaga kualitasnya, kebersihannya, kefitrahannya
dari waktu ke waktu. Kita wajib melakukan apa yang dinamakan dengan proses
thaharah, yaitu mensucikan diri baik diri sisi jasmani dan juga dari sisi ruh.
Hal
ini harus kita lakukan karena Allah SWT sampai dengan kapanpun dalam kondisi
Dzat Yang Maha Suci. Lalu bagaimana dengan kondisi dan keadaan diri kita,
apakah sudah sama kondisinya? Menyamakan kondisi diri kita dengan keadaan Allah
SWT yang sesungguhnya, inilah yang dinamakan dengan proses thaharah.
Adanya
proses thaharah yang kita lakukan, berarti kita sedang mengusahakan kesamaan
kondisi dasar diri kita dengan kondisi dasar Allah SWT terutama dari sisi
kesucian. Ingat, Allah SWT Dzat Yang Maha Suci baru akan bisa ditemui dengan
diri yang suci pula, baik dari sisi ruh dan jasmani.
Untuk
mempertegas tentang proses thaharah yang harus kita lakukan, berikut ini akan
kami kemukakan tentang pentingnya thaharah dalam hidup dan kehidupan kita,
yaitu:
1. Islam Adalah Agama Kebersihan.Perhatian Islam atas
dua jenis kesucian itu -hakiki dan maknawi- merupakan bukti otentik tentang
konsistensi Islam atas kesucian dan kebersihan. Dan bahwa Islam adalah peri
hidup yang paling unggul dalam urusan keindahan dan kebersihan.
2. Islam Memperhatikan Pencegahan Penyakit.Termasuk juga bentuk
perhatian se-rius atas masalah kesehatan baik yang bersifat umum atau khusus.
Serta pembentukan pisik dengan bentuk yang terbaik dan penampilan yang
terindah. Perhatian ini juga merupakan isyarat kepada masyarakat untuk mencegah
tersebarnya penyakit, kemalasan dan keengganan. Sebab wudhu' an mandi itu
secara pisik terbukti bisa menyegarkan tubuh, mengembalikan fitalitas dan
membersihkan diri dari segala macam kuman penyakit yang setiap saat bisa
menyerang kondisi tubuh. Secara ilmu kedokteran modern terbukti bahwa upaya
yang paling efektif untuk mencegah terjadinya wabah penyakit adalah dengan
menjaga kebersihan. Dan seperti yang sudah sering disebutkan bahwa mencegah itu
jauh lebih baik dari mengobati.
3. Orang Yang Menjaga Kebersihan Dipuji Allah.Sosok pribadi muslim
sejati adalah orang yang bisa menjadi teladan dan idola dalam arti yang positif
di tengah manusia dalam hal kesucian dan kebersihan. Baik kesucian zahir maupun
maupun bathin. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW kepada jamaah dari shahabatnya
: “Kalian
akan mendatangi saudaramu, maka perbaguslah kedatanganmu dan perbaguslah
penampilanmu. Sehingga sosokmu bisa seperti tahi lalat di tengah manusia
(menjadi pemanis). Sesungguhnya Allah tidak menyukai hal yang kotor dan keji.
(Hadits Riwayat Ahmad)”
4. Kesucian Itu Sebagian Dari Iman. Rasulullah SAW telah
menyatakan bahwa urusan kesucian itu sangat terkait dengan nilai dan derajat
keimanan seseorang. Bila urusan kesucian ini bagus, maka imannya pun bagus. Dan
sebaliknya, bila masalah kesucian ini tidak diperhatikan, “Kesucian itu bagian dari Iman”
(Hadits Riwayat Muslim)
Sebelum kami melanjutkan pembahasan tentang thaharah sebagai proses
pensucian jasmani dan juga ruh. Ada baiknya kita mengetahui apa yang disebut
tidak suci baik ditinjau dari sisi ruh dan juga dari sisi jasmani sehingga
dengan kita mengetahui hal ini maka akan memudahkan diri kita melaksanakan
“Thaharah” sebelum diri kita berusaha menjadikan diri kita berjiwa muthmainnah.
Berikut ini akan kami kemukakan apa yang dikatakan tidak suci dari sisi
ruhani dan juga dari sisi jasmani, yaitu :
1. Hati yang kafir. Berdasarkan surat Al Maaidah
(5) ayat 41-42 berikut ini: “Hai rasul, janganlah hendaknya kamu disedihkan oleh orang-orang yang
bersegera (memperlihatkan) kekafirannya, Yaitu diantara orang-orang yang
mengatakan dengan mulut mereka:"Kami telah beriman", Padahal hati
mereka belum beriman; dan (juga) di antara orang-orang Yahudi. (orang-orang
Yahudi itu) Amat suka mendengar (berita-berita) bohong dan Amat suka mendengar
perkataan-perkataan orang lain yang belum pernah datang kepadamu; mereka
merobah perkataan-perkataan (Taurat) dari tempat-tempatnya. mereka mengatakan:
"Jika diberikan ini (yang sudah di robah-robah oleh mereka) kepada kamu,
Maka terimalah, dan jika kamu diberi yang bukan ini Maka hati-hatilah".
Barangsiapa yang Allah menghendaki kesesatannya, Maka sekali-kali kamu tidak
akan mampu menolak sesuatupun (yang datang) daripada Allah. mereka itu adalah
orang-orang yang Allah tidak hendak mensucikan hati mereka. mereka beroleh
kehinaan di dunia dan di akhirat mereka beroleh siksaan yang besar. yang dikatakan tidak suci adalah
hati yang kafir, yaitu suatu keadaan dimana mulut mengatakan kami telah beriman
sedangkan di dalam hati belum beriman, atau suatu keadaan lain di mulut lain di
hati (orang yang munafik).
2. Adanya gangguan
Setan. Berdasarkan surat Al Anfaal (8) ayat 11 berikut ini:
“(ingatlah),
ketika Allah menjadikan kamu mengantuk sebagai suatu penenteraman daripada-Nya,
dan Allah menurunkan kepadamu hujan dari langit untuk mensucikan kamu dengan
hujan itu dan menghilangkan dari kamu gangguan-gangguan syaitan dan untuk
menguatkan hatimu dan mesmperteguh dengannya telapak kaki(mu)”. yang dikatakan tidak suci adalah
adanya gangguan setan kepada diri kita, atau adanya pengaruh dari gangguan
setan kepada diri kita yang mengakibatkan diri kita selalu berbuat dan
bertindak yang sesuai dengan kehendak setan, dalam hal ini bertindak dan
berbuat di dalam koridor nilai-nilai keburukan.
3. Berbuat dan bertindak
dengan etika jahiliyah. Berdasarkan surat Al Ahzab (33)
ayat 32-33 berikut ini: “Hai isteri-isteri Nabi, kamu sekalian tidaklah seperti wanita yang
lain, jika kamu bertakwa. Maka janganlah kamu tunduk dalam berbicara sehingga
berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam hatinya dan ucapkanlah Perkataan
yang baik, dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan
bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu dan dirikanlah
shalat, tunaikanlah zakat dan taatilah Allah dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Allah
bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, Hai ahlul bait dan membersihkan
kamu sebersih bersihnya”. yang dikatakan tidak suci adalah jika kita masih
melaksanakan, atau berbuat dan bertindak dengan mempergunakan etika jahiliyah
dengan melakukan tindakan yang tidak ada tuntunan syariat yang berlaku.
Nabi SAW bersabda: “Diriwayatkan oleh Abu Malik al Asy’ari bahwa Nabi SAW
bersabda: Dikalangan umatku ada empat hal yang termasuk ajaran jahiliyah yang
belum mereka tinggalkan, yaitu membanggakan leluhur, mencela keturunan (nasab)
orang lain, meminta hujan melalui bintang bintang dan meratapi orang mati. (Hadits
Riwayat Muslim)”.
Inilah empat bentuk dari etika jahiliyah yang dikemukakan oleh Nabi Muhammad
SAW.
4. Berbuat Syirik lagi
Musyrik. Berdasarkan surat Al Hajj (22) ayat 26 berikut ini:
“dan (ingatlah),
ketika Kami memberikan tempat kepada Ibrahim di tempat Baitullah (dengan
mengatakan): "Janganlah kamu memperserikatkan sesuatupun dengan aku dan
sucikanlah rumahKu ini bagi orang-orang yang thawaf, dan orang-orang yang
beribadat dan orang-orang yang ruku' dan sujud”. yang dikatakan tidak suci adalah jika kita masih berbuat syirik, atau
kita masih melakukan suatu kegiatan tertentu yang masuk di dalam kategori
perbuatan syirik dan musyrik, seperti percaya dengan klenik klenik, ajimat dan
lain sebagainya. Jika hal ini tidak segera kita hilangkan dari dalam diri maka
proses menuju jiwa muthmainnah tidak akan pernah terjadi.
5. Memiliki Akhlak yang
buruk. Berdasarkan surat Al Muddatstsir (74) ayat 4-7
berikut ini: “dan pakaianmu bersihkanlah, dan perbuatan dosa tinggalkanlah, dan
janganlah kamu memberi (dengan maksud) memperoleh (balasan) yang lebih
banyak.dan untuk (memenuhi perintah) Tuhanmu, bersabarlah”. yang dikatakan tidak suci itu adalah jika kita masih memiliki akhlak yang
buruk, atau watak yang buruk belum juga hilang dari diri kita.
6. Melakukan tindakan A
Moral. Berdasarkan surat Huud (11) ayat 78 berikut ini: dan datanglah
kepadanya kaumnya dengan bergegas-gegas. dan sejak dahulu mereka selalu
melakukan perbuatan-perbuatan yang keji. Luth berkata: "Hai kaumku, Inilah
puteri-puteriku, mereka lebih suci bagimu, Maka bertakwalah kepada Allah dan
janganlah kamu mencemarkan (nama)ku terhadap tamuku ini. tidak Adakah di
antaramu seorang yang berakal?" dan surat Al
A’raaf (7) ayat 80 berikut ini: “dan (kami juga telah mengutus) Luth (kepada kaumnya). (ingatlah)
tatkala Dia berkata kepada mereka: "Mengapa kamu mengerjakan perbuatan
faahisyah itu, yang belum pernah dikerjakan oleh seorangpun (di dunia ini)
sebelummu?" yang dikatakan tidak suci adalah jika kita masih
melakukan perbuatan atau tindakan A-moral seperti aktifitas LGBTQQIAAP atau kita masih suka melaksanakan aktivitas
yang tidak sesuai lagi dengan Nilai-Nilai Kebaikan yang berasal dari
Nilai-Nilai Ilahiah seperti pornoaksi dan pornograpi serta mengkonsumsi narkoba
dan zak adiktif lainnya. Ingat, tuan rumah yang akan kita temui adalah Allah
SWT yang memiliki kemuliaan yang sangat maha.
7. Seluruh bentuk dari
kekafiran. Berdasarkan surat Ali Imran (3) ayat 55 di bawah
ini, “(ingatlah),
ketika Allah berfirman: "Hai Isa, Sesungguhnya aku akan menyampaikan kamu
kepada akhir ajalmu dan mengangkat kamu kepada-Ku serta membersihkan kamu dari
orang-orang yang kafir, dan menjadikan orang-orang yang mengikuti kamu di atas
orang-orang yang kafir hingga hari kiamat. kemudian hanya kepada Akulah kembalimu,
lalu aku memutuskan diantaramu tentang hal-hal yang selalu kamu berselisih
padanya". yang dikatakan tidak suci adalah seluruh bentuk
dari kekafiran termasuk di dalamnya hasil, atau buah dari aktivitas kekafiran
yang pernah dikerjakan oleh seseorang.
8. Masjid yang didirikan
tanpa dasar keimanan dan ketaqwaan. Berdasarkan surat
At Taubah (9) ayat 108 berikut ini: “ janganlah kamu bersembahyang dalam mesjid itu
selama-lamanya. Sesungguh- nya mesjid yang didirikan atas dasar taqwa (mesjid
Quba), sejak hari pertama adalah lebih patut kamu sholat di dalamnya. di
dalamnya mesjid itu ada orang-orang yang ingin membersihkan diri. dan
Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bersih”. yang dikatakan tidak suci adalah masjid yang didirikan tanpa dasar
keimanan dan ketaqwaan, atau masjid yang didirikan bukan untuk kebaikan akan
tetapi untuk menutup-nutupi kejahatan yang pernah dilakukan, seperti dibangun
dari uang hasil menipu atau uang hasil korupsi.
9. Haidnya Wanita. Berdasarkan surat Al Baqarah (2) ayat 222 berikut ini: “mereka bertanya
kepadamu tentang haidh. Katakanlah: "Haidh itu adalah suatu kotoran".
oleh sebab itu hendaklah kamu menjauhkan diri[137] dari wanita di waktu haidh;
dan janganlah kamu mendekati mereka, sebelum mereka suci[138]. apabila mereka telah
Suci, Maka campurilah mereka itu di tempat yang diperintahkan Allah kepadamu.
Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang
yang mensucikan diri”. yang dikatakan tidak suci
adalah haidnya seorang perempuan.
Inilah 9 (sembilan) keadaan yang dikatakan sebagai sesuatu yang tidak
suci, yang akan dialami setiap manusia yang pada akhirnya akan mempengaruhi
tingkat kesucian atau kefitrahan ruh dan juga jasmani diri kita.
Adanya kondisi ini (maksudnya kesamaan kesucian antara diri kita dengan
Allah SWT) akan memudahkan diri kita menghadap kepada Allah SWT, atau akan
melancarkan komunikasi diri kita dengan Allah SWT yang pada akhirnya memudahkan
diri kita bersinergi dengan Allah SWT yang pada akhirnya jalan menuju jiwa
muthmainnah terbuka lebar bagi diri kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar