Label

MEMANUSIAKAN MANUSIA: INILAH JATIDIRI MANUSIA YANG SESUNGGUHNYA (79) SETAN HARUS JADI PECUNDANG: DIRI PEMENANG (68) SEBUAH PENGALAMAN PRIBADI MENGAJAR KETAUHIDAN DI LAPAS CIPINANG (65) INILAH ALQURAN YANG SESUNGGUHNYA (60) ROUTE TO 1.6.799 JALAN MENUJU MAKRIFATULLAH (59) MUTIARA-MUTIARA KEHIDUPAN: JALAN MENUJU KERIDHAAN ALLAH SWT (54) PUASA SEBAGAI KEBUTUHAN ORANG BERIMAN (50) ENERGI UNTUK MEMOTIVASI DIRI & MENJAGA KEFITRAHAN JIWA (44) RUMUS KEHIDUPAN: TAHU DIRI TAHU ATURAN MAIN DAN TAHU TUJUAN AKHIR (38) TAUHID ILMU YANG WAJIB KITA MILIKI (36) THE ART OF DYING: DATANG FITRAH KEMBALI FITRAH (33) JIWA YANG TENANG LAGI BAHAGIA (27) BUKU PANDUAN UMROH (26) SHALAT ADALAH KEBUTUHAN DIRI (25) HAJI DAN UMROH : JADIKAN DIRI TAMU YANG SUDAH DINANTIKAN KEDATANGANNYA OLEH TUAN RUMAH (24) IKHSAN: INILAH CERMINAN DIRI KITA (24) RUKUN IMAN ADALAH PONDASI DASAR DIINUL ISLAM (23) ZAKAT ADALAH HAK ALLAH SWT YANG HARUS DITUNAIKAN (20) KUMPULAN NASEHAT UNTUK KEHIDUPAN YANG LEBIH BAIK (19) MUTIARA HIKMAH DARI GENERASI TABI'IN DAN TABI'UT TABIIN (18) INSPRIRASI KESEHATAN DIRI (15) SYAHADAT SEBAGAI SEBUAH PERNYATAAN SIKAP (14) DIINUL ISLAM ADALAH AGAMA FITRAH (13) KUMPULAN DOA-DOA (10) BEBERAPA MUKJIZAT RASULULLAH SAW (5) DOSA DAN JUGA KEJAHATAN (5) DZIKIR UNTUK KEBAIKAN DIRI (4) INSPIRASI DARI PARA SAHABAT NABI (4) INILAH IBADAH YANG DISUKAI NABI MUHAMMAD SAW (3) PEMIMPIN DA KEPEMIMPINAN (3) TAHU NABI MUHAMMAD SAW (3) DIALOQ TOKOH ISLAM (2) SABAR ILMU TINGKAT TINGGI (2) SURAT TERBUKA UNTUK PEROKOK dan KORUPTOR (2) IKHLAS DAN SYUKUR (1)

Senin, 13 Mei 2024

HUBBUL YANG 7 SEBAGAI ENERGI PENGGERAK MANUSIA (PART 2 of 7)

 

2.  Hubbul Hurriyah Yang Sudah Tidak Fitrah. Berikut ini akan kami kemukakan kondisi dari keinginan untuk bebas yang sudah tidak fitrah lagi sehingga tidak sesuai lagi dengan Nilai-Nilai Kebaikan. Jika ini yang terjadi maka   keinginan untuk bebas yang ada di dalam diri sudah dikendalikan atau sudah di bawah pengaruh ahwa (hawa nafsu) dan juga syaitan, sehingga diri kita berada di luar koridor kehendak Allah SWT. Adapun keinginan untuk bebas yang sudah tidak fitrah lagi dapat kami kemukakan sebagai berikut:

 

a.  Cinta Dunia. Setiap manusia pasti mempunyai persoalan dan permasalahan, apakah itu kemiskinan, kebodohan, kemelaratan, himpitan persoalan hidup, kenakalan anak, narkoba dan lain sebagainya. Dan jika kemudian kita mempunyai sebuah keinginan untuk bebas dari itu semua, hal ini  tidak bertentangan dengan hukum dan agama dikarenakan kondisi ini merupakan sesuatu yang bersifat sunnatullah. Akan tetapi jika cara dan methode serta hasil akhir dari keinginan untuk bebas tadi tidak sesuai atau melanggar hukum dan juga melanggar ketentuan agama maka upaya untuk terbebas dari segala persoalan dan permasalahan hidup akan menjadi bumerang atau menimbulkan persoalan baru bagi manusia itu sendiri.

 

Dan berdasarkan surat Yunus (10) ayat 7-8 yang kami kemukakan berikut ini, “Sesungguhnya orang-orang yang tidak mengharapkan (tidak percaya akan) pertemuan dengan Kami, dan merasa puas dengan kehidupan dunia serta merasa tenteram dengan kehidupan itu dan orang-orang yang melalaikan ayat-ayat Kami, mereka itu tempatnya ialah neraka, disebabkan apa yang selalu mereka kerjakan.” dikemukakan bahwa Allah SWT tidak memperkenankan manusia menjadi cinta dunia sebagai tujuan akhir atau hasil dari penggunaan keinginan untuk bebas menjadikan manusia cinta akan dunia. Timbul pertanyaan, kenapa Allah SWT tidak memperkenankan dan tidak memperbolehkan manusia untuk cinta dunia? Cinta dunia adalah sebuah pencapaian kehidupan oleh seorang manusia yang hanya dan sampai pada ukuran keberhasilan keduniaan semata dengan mengabaikan keberhasilan untuk kehidupan akhirat.

 

Jika sampai manusia hanya sukses di dunia saja, maka tidak otomatis dapat menghantarkan manusia menjuju syurga dikarenakan parameter kesuksesan hidup di dunia dan parameter kesuksesan hidup di akhirat sangat berbeda. Dilain sisi berdasarkan surat An Nisaa' (4) ayat 134 berikut ini: “Barangsiapa yang menghendaki  pahala di dunia saja (maka ia merugi), karena di sisi Allah ada pahala dunia dan akhirat. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” Setiap manusia diberi kebebasan untuk memilih apakah ingin memperoleh pahala kehidupan dunia atau ingin memperoleh pahala kehidupan akhirat. Dimana konsekuensi dari pilihan ini sangat menentukan kemana kita akan pulang kampung. Dan jika kehidupan dunia yang hendak kita capai maka hal ini akan menghantarkan diri kita ke neraka Jahannam sedangkan jika kehidupan akhirat yang kita pilih maka kita akan memperoleh kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat yang pada akhirnya dapat menghantar-kan diri kita ke syurga. Jika sekarang Allah SWT selaku pencipta dan pemilik alam semesta ini sudah menerangkan bahwa kehidupan akhirat lebih baik dari kehidupan dunia dan kitapun sudah menyatakan beriman kepada Allah SWT, masih maukah kita tetap memilih untuk cinta dunia saat menjadi khalifah di muka bumi?

 

b.  Suka Melampaui Batas. Allah SWT tidak memperbolehkan dan tidak pula memperkenankan manusia melampaui batas atau Allah SWT tidak memperke-nankan menjadikan diri kita menjadi  manusia-manusia yang suka melampaui batas. Sebagaimana dikemukakan dalam surat Al Baqarah (2) ayat 173 yang kami kemu-kakan berikut ini: “Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai, darah, daging babi, dan binatang yang (ketika disembelih) disebut (nama) selain Allah. Tetapi barangsiapa dalam keadaan terpaksa (memakannya) sedang ia tidak menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, maka tidak ada dosa baginya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” Hal yang harus kita perhatikan saat diri kita berusaha untuk memperoleh keberhasilan adalah Allah SWT memiliki kriteria sendiri yaitu ukuran keberhasilan dari penggunaan keinginan untuk bebas tidak hanya dinilai dari proses atau tata cara penggunaannya saja, melainkan hasil akhir dari itu semua harus pula dapat dipertanggungjawabkan, serta apakah sudah sesuai dengan Nilai-Nilai Kebaikan.

 

Jika saat ini kita sedang mempergunakan keinginan untuk bebas dengan hasil akhir menjadi manusia yang suka melampaui batas, maka hal ini tidak dapat dikatakan sebuah keberhasilan dikarenakan kita telah keluar dari koridor nilai-nilai kebaikan. Demikian pula jika saat ini kita juga sedang mempergunakan keinginan untuk bebas dengan mempergunakan tata cara dan methode yang melampaui batas, maka hal yang demikian itu tidak dapat dikatakan pula sebuah keberhasilan. Untuk mencapai sebuah keberhasilan yang sesuai dengan koridor ketentuan Allah SWT maka kita wajib dan harus mempergunakan keinginan untuk bebas dengan cara yang baik dan benar yang dibenarkan oleh Allah SWT sebab tidak akan ada sesuatu yang baik jika diperoleh atau berasal serta diproses dengan cara yang tidak baik.

 

c.  Pendusta. Terbebas dari segala persoalan hidup merupakan cita-cita dan keinginan yang wajar dan luhur dari setiap manusia. Akan tetapi jika cita-cita dan keinginan tadi dicapai dengan cara yang melanggar hukum baik negara dan agama maka keinginan luhur manusia menjadi malapetaka serta menimbulkan persoalan baru. Salah satu cara dan methode penggunaan keinginan untuk bebas yang tidak diperbolehkan atau tidak diperkenankan oleh syariat Agama dan hukum negara adalah dengan cara berbohong, cara berdusta, cara menipu, cara berkolusi dan korupsi ataupun bersekutu dalam kejahatan serta kejahatan kerah putih, sebagaimana firman-Nya berikut ini: “Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya. (surat Al A’raaf (7) ayat 96).

 

Dan jika sampai jalan menipu, jalan dusta, jalan bersekutu dalam kejahatan, jalan kolusi dan korupsi, kita lakukan untuk terbebas dari segala persoalan dan permasa-lahan hidup seperti kemiskinan dan kebodohan, berarti keinginan untuk bebas yang kita miliki sudah kita pergunakan dengan cara-cara yang sudah tidak fitrah lagi atau sudah tidak sesuai dengan nilai-nilai kebaikan yang berasal dari nilai-nilai Ilahiah yang sesuai kehendak Allah SWT. Hasil akhir dari semua ini adalah tiket masuk untuk pulang kampung ke neraka Jahannam dalam rangka mengarungi hidup baru bersama syaitan sudah kita miliki. 

 

d. Pengecut/Penakut. Keinginan untuk bebas dari segala persoalan hidup dan kehidupan tidak boleh dipergunakan dengan cara-cara pengecut atau dalam suasana ketakutan atau menjadikan diri kita penakut sehinggga menghasilkan keberhasilan yang menakutkan dikarenakan cara-cara yang kita pergunakan sangat sesuai dengan kehendak syaitan. Keinginan untuk bebas harus dilandasi dengan keberanian dan rasa percaya diri yang kuat bahwa Allah SWT akan selalu melindungi dan bersama diri kita pada waktu kita  berjuang melalui usaha dan doa dalam rangka keluar dari segala persoalan yang melanda diri kita. Allah SWT berfirman: “Hai orang-orang yang beriman, apakah sebabnya apabila dikatakan kepada kamu: “Berangkatlah (untuk berperang) pada jalan Allah” kamu merasa berat dan ingin tinggal di tempatmu? Apakahkamu puas dengan kehidupan di dunia sebagai ganti kehidupaan di akhirat? Padahal keni’matan hidup di dunia ini (dibandingkan dengan kehidupan) di akhirat hanyalah sedikit. (surat At Taubah (9) ayat 38).”  Penakutkah anda saat ini atau beranikah anda saat ini di dalam mempergunakan keinginan untuk bebas? Kami yakin anda pasti berani mempergunakan keinginan untuk bebas di dalam koridor nilai-nilai kebaikan sebab Allah SWT beserta orang-orang beriman kepada-Nya. Jika sekarang Allah SWT sudah memberikan Jaminan seperti ini kepada orang yang beriman, ini berarti Iman kepada Allah SWT merupakan syarat yang harus kita penuhi jika ingin ditolong oleh Allah SWT, yang pada akhirnya akan mampu menghantarkan diri kita keluar dari segala persoalan hidup dan kehidupan.

 

e.   Syirik. Untuk dapat keluar dari segala persoalan kehidupan baik itu kemiskinan, kebodohan, kemelaratan, himpitan persoalan hidup, kenakalan anak, narkoba dan lain sebagainya merupakan impian dan dambaan dari setiap orang. Akan tetapi pencapaian dan keberhasilan dari itu semua tidak boleh dan tidak diperkenankan melalui cara-cara dan methode yang mengandung atau yang di dalamnya terdapat perbuatan syirik dan musyrik kepada Allah SWT. Allah SWT berfirman: “Dan mereka telah mengambil sembahan-sembahan selain Allah, agar sembahan-sembahan itu menjadi pelindung bagi mereka. (surat Maryam (19) ayat 81)

 

Syirik lagi musyrik adalah perbuatan yang sangat dibenci oleh Allah SWT serta tidak diampuni dosanya oleh Allah SWT jika dibawa mati. Hal ini dikarenakan perbuatan syirik lagi  musyrik adalah tindakan manusia melalui cara melecehkan Allah SWT, meremehkan Allah SWT, menyekutukan Allah SWT dengan menganggap selain Allah SWT lebih mampu, lebih hebat, lebih mumpuni, sehingga kita menganggap selain Allah SWT lebih tahu dan lebih mengerti tentang apa-apa yang kita hadapi. Jika perbuatan syirik dan musyrik yang kita lakukan saat mempergunakan energi yang ada pada keinginan untuk bebas maka keberhasilan yang ada di dapat oleh manusia hanya sampai dan sebatas dunia saja sedangkan untuk akhirat maka kita akan sampai ke “Kampung Kebinasaan dan Kesengsaraan.Untuk itu jika kita memiliki kepentingan untuk pulang kampung ke syurga, tidak ada jalan lain bagi diri kita untuk meninggalkan perbuatan syirik dan musyrik saat menjadi khalifah di muka bumi. Di lain sisi jika sampai perbuatan syirik dan musyrik sampai kita lakukan, maka lakukanlah Taubatan Nasuha sebelum ruh tiba di kerongkongan. 

 

Sebagai abd’ (hamba)-Nya yang juga khalifah-Nya di muka bumi yang saat ini sedang mempergunakan Hubbul Hurriyah (Keinginan untuk Bebas), ada satu hal yang harus kita perhatikan, yaitu Allah SWT tidak membutuhkan apapun juga dari penggunaan Hubbul Hurriyah sebab Allah SWT sudah Maha dan akan Maha selama-lamanya. Allah SWT juga tidak memperdulikan apakah Hubbul Hurriyah mau dipergunakan dengan cara-cara Ilahiah ataukah mau dipergunakan dengan cara-cara syaitani, yang pasti adalah Allah SWT pasti akan meminta pertanggungjawaban dari Hubbul Hurriyah yang ada pada diri kita kelak di hari kiamat.

 

C.  HUBBUL ISTITLAQ (INGIN TAHU).

 

Adakah Hubbul Istitlaq di dalam diri kita? Di dalam setiap diri manusia baik itu laki-laki maupun perempuan pasti mempunyai Hubbul Istitlaq atau Keinginan untuk Tahu. Adanya Hubbul Istitlaq dalam diri akan membuat manusia mempunyai energi untuk bergerak atau kekuatan atau dorongan untuk mengetahui atau mempelajari segala sesuatu atau memperhatikan dan memperbandingkan segala sesuatu atau melakukan penelitian-penelitian terhadap segala sesuatu baik yang telah lampau maupun yang akan terjadi sehingga dengan itu semua manusia akan mendapatkan ilmu atau menemukan teknologi baru atau penemuan baru dalam rangka memudahkan serta meringankan beban kehidupan atau dalam rangka meningkatkan taraf hidup manusia.

 

Setelah mengetahui di dalam diri mempunyai Keinginan untuk Tahu apakah yang anda rasakan? Adanya Keinginan untuk Tahu akan mendorong diri kita untuk berfikir, untuk belajar, untuk berusaha sehingga kita mempunyai kemampuan dan kepintaran yang pada akhirnya dapat menghasilkan ilmu dan teknologi ataupun penemuan baru yang dapat meringankan beban hidup ataupun dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

 

Sekarang apa yang akan terjadi jika sampai Allah SWT tidak memberikan kepada diri kita keinginan untuk tahu, dapatkah kita atau mampukah kita merasakan ilmu atau tekonologi baru atau penemuan baru yang dapat meringankan beban hidup sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Allah SWT memberikan keinginan untuk tahu kepada setiap manusia dalam rangka manusia dapat bergerak atau dapat termotivasi untuk melakukan peningkatan kemampuan dan peningkatan daya pikir dalam rangka memudah-kan manusia menjadi khalifah di muka bumi. Jika saat ini kita telah mempunyai keinginan untuk tahu, lalu dapatkah keinginan untuk tahu dipergunakan dengan seenaknya tanpa mengindahkan peraturan dan ketentuan Allah SWT? Keinginan untuk tahu harus diperguna-kan di dalam koridor peraturan dan ketentuan yang telah Allah SWT berikan atau di dalam koridor NIlai-Nilai Kebaikan. 

 

1.   Hubbul Istitlaq Yang Masih Fitrah. Sebagai makhluk yang terhormat kita harus menyadari bahwa Hubbul Istitlaq atau keinginan untuk tahu yang berasal dari Allah SWT, bukanlah sesuatu barang yang bersifat gratisan sehingga Hubbul Istitlaq bisa dipergunakan, bisa didayagunakan dengan seenak-nya saja tanpa menghiraukan maksud dan tujuan awal dari pemberian Hubbul Istitlaq. Agar diri kita jangan sampai salah di dalam mempergunakan Hubbul Istitlaq. Berikut ini akan kami kemukakan beberapa kehendak Allah SWT yang dapat kita jadikan pedoman di dalam mempergunakan Hubbul Istitlaq sehingga kita selalu berada di dalam kehendak Allah SWT atau jika kita ingin mempertahankan kefitrahan Hubbul Istitlaq, yaitu :

 

a.   Berilmu. Setiap manusia telah diberikan modal dasar berupa ilmu yang berasal dari sifat Ma’ani Allah SWT. Selanjutnya adakah hubungan modal dasar yang berupa ilmu dengan keinginan untuk tahu? Untuk mendapatkan ilmu maka kita diharuskan dan diwajibkan mempunyai terlebih dahulu keinginan untuk tahu sebab tanpa keinginan untuk tahu maka ilmu atau pengetahuan tidak akan didapatkan oleh manusia. Ini berarti antara ilmu dan keinginan untuk tahu tidak bisa dipisahkan dikarenakan sangat berhubungan erat. Sebagai contoh dapatkah kita belajar matematika jika kita tidak mau belajar matematika atau jika kita tidak ada keinginan sedikitpun untuk belajar matematika? Keinginan untuk tahu adalah energi penggerak bagi diri kita untuk memperoleh ilmu atau pengetahuan baik yang sudah ada di alam dan juga ilmu yang masih ada pada Allah SWT.Untuk itu mari kita perhatikan surat Al Baqarah (2) ayat 269 yang kami kemukakan berikut ini: Allah menganugerahkan alhikmah (kefahaman yang dalam tentang AlQuran dan As Sunnah) kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan barangsiapa yang dianugerahi al hikmah itu, ia benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak. Dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah).”

 

Dimana Allah SWT menerangkan bahwa orang-orang yang mampu memperoleh ilmu dari Allah SWT berarti orang tersebut telah mendapatkan atau telah dianugerahi karunia & alhikmah yang banyak dari Allah SWT. Adanya kondisi ini akan memudahkan manusia menjadi abd’ (hamba) yang juga khalifah di muka bumi yang sekaligus juga makhluk pilihan. Sekarang bagaimana dengan Ilmu dan Pengetahuan yang telah kita miliki, apakah sudah dipergunakan dan dimanfaatkan sesuai dengan Nilai-Nilai Kebaikan atau sesuai dengan kehendak Allah SWT? Jika kita ingin tetap dan terus selalu mendapatkan karunia dan Alhikmah dari Allah SWT maka pergunakan dan manfaatkan serta ajarkan Ilmu dan Pengetahuan yang berasal dari keinginan untuk tahu di dalam koridor Nilai-Nilai Kebaikan sebab hal ini akan dimintakan pertanggungjawabannya oleh Allah SWT kelak.

 

b.  Dekat dengan Allah SWT. Adanya energi dan dorongan untuk mendapatkan ilmu dan juga pengetahuan yang berasal dari keinginan untuk tahu, selain harus diperoleh dan dapat dipergunakan di dalam koridor Nilai-Nilai Kebaikan maka harus pula dapat mendekatkan atau membuat diri kita menjadi lebih dekat kepada Allah SWT atau menjadi orang yang dekat dengan Allah SWT. Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan Allah SWT di dalam surat Al Maaidah (5) ayat 35 berikut ini: “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan carilah jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah pada jalan-Nya, supaya kamu mendapat keberuntungan.” Selanjutnya jika hal ini yang dikehendaki oleh Allah SWT berarti Ilmu merupakan gerbang bagi diri kita untuk menjadi khalifah yang sesuai dengan kehendak Allah SWT dan juga mampu menjadikan diri kita menjadi makhluk yang terhormat yang bisa pulang kampung ke tempat yang terhormat.

 

Lalu apakah manfaat yang akan kita dapatkan jika telah dekat dengan Allah SWT melalui ilmu? Keberuntungan atau perlindungan atau kemudahan atau tambahan kemampuan dari Allah SWT akan diberikan kepada diri kita. Sekarang maukah diri kita memperoleh itu semua? Jika kita tidak mau, yang pasti Allah SWT tidak akan pernah rugi sedikitpun ataupun kekurangan sebab yang butuh terhadap Allah SWT adalah manusia, bukan Allah SWT yang butuh manusia sebab Allah SWT Maha Kaya yang tidak membutuhkan sesuatu apapun dari makhluk-Nya.

 

c.  Jauh Pandangan. Keinginan untuk tahu akan membuat manusia mempunyai ilmu dan pengetahuan yang luas sehingga dengan adanya ilmu dan pengetahuan tersebut akan membuat manusia mempunyai pandangan yang luas atau mempunyai wawasan yang luas sehingga dengan itu semua manusia dapat menemukan hal-hal yang baru dari waktu ke waktu. Adanya kondisi ini dapat di artikan bahwa keinginan untuk tahu jika dipergunakan dengan baik dan benar (maksudnya sesuai dengan kehendak Allah SWT) akan membawa manusia kepada perubahan-perubahan yang lebih baik atau keinginan untuk tahu jika dimanfaatkan sesuai dengan kehendak Allah SWT tidak akan menjadikan manusia mempunyai pikiran sempit bak katak dalam tempurung atau tidak akan menghantarkan manusia berperilaku jahiliah atau tidak akan bersikap apriori dengan perubahan teknologi dan perkembangan jaman.

 

Jika saat ini kita telah memanfaatkan dan mempergunakan keinginan untuk tahu yang ada di dalam diri untuk mendapatkan ilmu dan juga pengetahuan, apakah hasilnya membuat kita gagap teknologi, kurang percaya diri, berpandangan sempit seperti katak dalam tempurung? Allah SWT berfirman: Sesungguhnya kamu berada dalam keadaan lalai dari (hal) ini, maka Kami singkapkan daripadamu tutup (yang menutupi) matamu, maka penglihatanmu pada hari itu amat tajam. (surat Qaaf (50) ayat 22). Jika hasilnya seperti yang kami sebutkan di atas, berarti energi dan dorongan yang berasal dari keinginan untuk tahu belum dipergunakan di dalam koridor nilai-nilai kebaikan atau ada sesuatu yang salah di dalam memanfaatkan keinginan untuk tahu saat diri kita menjadi abd’ (hamba)Nya yang juga khalifahNya di muka bumi.

 

d.   Maunah (Pertolongan). Allah SWT akan memberikan maunah atau pertolongan, jika manusia telah mampu memperoleh Ilmu dari Allah SWT, sepanjang ilmu dan juga pengetahuan yang didapatkan dari upaya dan usaha yang dilakukan oleh manusia selalu berada di dalam koridor Nilai-Nilai Kebaikan yang pada akhirnya akan mendekatkan diri kepada Allah SWT. Sebagaimana dikemukakan dalam surat Al Baqarah (2) ayat 269 yang kami kemukakan berikut ini: “Allah menganugerahkan al hikmah (kefahaman yang dalam tentang   Al Qur’an dan As Sunnah) kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan barangsiapa yang dianugerahi al hikmah itu, ia benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak. Dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah).” Dikemukakan bahwa Allah SWT akan memberikan maunah atau pertolongan, jika manusia telah mampu memperoleh Ilmu dari Allah SWT, sepanjang ilmu dan juga pengetahuan yang didapatkan dari upaya dan usaha yang dilakukan oleh manusia selalu berada di dalam koridor nilai-nilai kebaikan yang pada akhirnya akan mendekatkan diri kepada Allah SWT. Setelah dekat dengan Allah SWT, timbul sebuah pertanyaan maukah kita di tolong oleh Allah SWT?

 

Rasanya tidak ada seorangpun di dunia ini yang telah mengaku beriman kepada Allah SWT, tidak mau di tolong atau tidak suka ditolong atau tidak suka dibantu oleh Allah SWT. Adanya bantuan dan pertolongan dari Allah SWT akan memper-mudah tugas manusia menjadi seorang abd’ (hamba) yang sekaligus khalifah di muka bumi yang sekaligus makhluk pilihan. Hal yang harus kita perhatikan setelah diri kita menjadi orang dekat dengan Allah SWT maka perilaku kita, perbuatan kita harus sesuai dengan perilaku dan perbuatan Allah SWT. Jika tidak akan menjauhkan diri kita dari Allah SWT setelah kita dekat dengan Allah SWT.

 

 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar