B. HUBUNGAN MODAL DASAR MANUSIA DENGAN JASMANI
DAN RUH.
Jika saat ini kita masih hidup di dunia berarti diri kita pasti terdiri
dari jasmani dan ruhani serta diri kita juga memiliki 7 (tujuh) modal dasar
manusia yang berasal langsung dari Allah SWT, yang kami istilahkan dengan
Amanah yang 7 yang terdiri dari: sifat Qudrat, sifat Iradat, sifat Sami’,
sifat Basyir, sifat Ilmu, sifat Kalam dan sifat Hayat. Selanjutnya apa
buktinya ruhani memiliki Amanah yang 7 serta apa buktinya Amanah yang 7 sudah
ditempatkan di dalam jasmani? Untuk membuktikan bahwa ruhani mempunyai Amanah yang
7 serta Amanah yang 7 sudah pula ditempatkan di dalam jasmani sehingga keduanya
dapat mempergunakan dan mendayagunakan Amanah yang 7, mari kita perhatikan dan
pelajari surat Al A’raaf (7) ayat 172 yang
kami kemukakan berikut ini: “Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam
dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya
berfirman): “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab: “Betul (Engkau Tuhan
kami), kami menjadi saksi”. (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari
kiamat kamu tidak mengatakan: “Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang
yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan).”
Di dalam surat Al A’raaf (7) ayat 172 di atas ini, diterangkan bahwa Allah
SWT mengadakan dialog kepada ruh setelah ruh ditiupkan ke dalam jasmani saat
masih berada di dalam rahim seorang ibu. Apa yang Allah SWT kemukakan kepada ruh?
Allah SWT memberikan kesaksian dan pertanyaan kepada ruh yaitu “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” dan kemudian Ruhpun menjawab “Betul (Engkau Tuhan Kami) Kami menjadi saksi”.Sekarang
timbul pertanyaan dapatkah ruh menjawab pertanyaan dan kesaksian Allah SWT jika
ruh tidak mempunyai mata dan juga penglihatan, telinga dan juga pendengaran, ilmu,
mulut dan juga kalam, hidup, hati dan juga perasaan?
Untuk menjawab pertanyaan atau untuk memberikan kesaksian kepada Allah
SWT maka ruh tidak akan bisa melaksanakannya jika tanpa alat bantu atau sarana
atau media untuk memberikan jawaban dan kesaksian. Ruh membutuhkan mata untuk
digunakan untuk melihat, siapa yang membuat pertanyaan dan kesaksian; Ruh juga
membutuhkan telinga untuk digunakan mendengar apa yang ditanyakan dan
dipersaksikan; Ruh juga juga membutuhkan otak (dan juga ilmu) untuk digunakan
mengolah data tentang apa yang ditanyakan dan dipersaksikan; Ruh memerlukan
hati untuk digunakan merasakan dampak dari apa yang ditanyakan dan
dipersaksikan serta ruh memerlukan mulut (dan juga kalam) untuk digunakan
menjawab apa yang ditanyakan. Adanya perlengkapan jasmani berupa mata, telinga,
otak, mulut dan hati yang di isi oleh penglihatan, pendengaran, ilmu, berkata-kata
dan perasaan maka ruh mampu menjawab pertanyaan dari Allah SWT dengan baik dan benar
dan kesemuanya tanpa ada paksaan dari siapapun juga
Hal yang harus kita perhatikan adalah pada saat pertanyaan dan kesaksian
yang dikemukakan oleh Allah SWT hidup sudah terjadi dikarenakan hayat sudah
diberikan kepada manusia dengan ditiupkannya ruh ke dalam jasmani. Adanya
kondisi ini dapat dikatakan bahwa setelah ru disatukan dengan jasmani, maka
pada saat itu mata dan juga penglihatan sudah ada, telinga dan juga pendengaran
sudah ada, otak dan juga imu sudah ada, mulut dan kalam sudah ada, hidup atau hayat
sudah ada serta hati dan perasaaan juga sudah ada.
Sekarang timbul pertanyaan, apakah pemberian modal dasar dari Allah SWT
dalam bentuk Qudrat, Iradat, Ilmu, Kalam, Sami', Bashir serta Hayat langsung
diberikan secara keseluruhan? Allah SWT tidak memberikan itu
semua secara sekaligus namun disesuaikan dengan umur atau kebutuhan atau
perkembangan phisik dan kematangan pola berfikir manusia. Lihatlah bayi pada waktu baru dilahirkan, ia hanya bisa menangis untuk
segala apa yang dihadapinya. Bayi tidak mempunyai kekuatan, akan tetapi dengan
berangsur-angsur setelah melalui proses yang memakan waktu maka bayi itu tumbuh
menjadi besar sehingga mulai tampak ia mempunyai kehendak dan juga kemampuan.
Kapankah Amanah yang 7 disempurnakan pemberiannya oleh Allah SWT? Allah SWT baru akan menyempurnakan
pemberiannya jika manusia memasuki Akil Baligh sehingga mulai saat itulah
segala tindak-tanduk manusia sudah terlepas dari tanggung jawab orang tuanya. Sekarang bagaimana dengan fungsi-fungsi jasmani? Sepanjang
komponen-komponen dari jasmani normal adanya maka ia akan dapat dipergunakan
sesuai fungsinya. Contohnya mata untuk melihat, telinga untuk mendengar, otak
untuk mengolah ilmu, mulut untuk berkata-kata, hayat untuk mengikat jasmani dengan
ruhani, kekuatan untuk melakukan aktivitas dan menggerakkan anggota tubuh serta
kehendak untuk mendorong dan memotivasi manusia untuk melakukan dan berbuat
sesuatu.
Lalu apa yang akan terjadi setelah jasmani manusia tumbuh sempurna dan ruhani
memiliki 7 (tujuh) modal dasar dari Allah SWT saat kita hidup di dunia? Jasmani dan juga ruh akan saling pengaruh
mempengaruhi atau saling merebut kekusaan di dalam mempergunakan atau mendayagunakan
Amanah yang 7 yang diberikan oleh Allah SWT. Adanya pertarungan dan perebutan
kekuasaan antara jasmani dengan ruh akan menimbulkan 2(dua) buah kemungkinan
yaitu:
1. Jasmani Menguasai Amanah Yang 7. Mari kita lihat apa yang terjadi jika jasmani mampu menguasai Amanah yang
7. Kita ambil contoh mata yang di dalamnya diletakkan Penglihatan. Jika mata mampu dikuasai oleh jasmani maka mata tersebut akan selalu
diajak untuk melihat dan membayangkan atau memperlihatkan kembali hal-hal yang
tidak sesuai dengan nilai-nilai kebaikan. Demikian pula jika
telinga yang dikuasai oleh jasmani maka telinga
tersebut akan selalu diajak atau lebih suka mendengar dan memperdengarkan
hal-hal yang tidak sesuai dengan nilai-nilai kebaikan, sebagaimana firmanNya
berikut ini: “Dan sungguh, akan Kami isi neraka jahannam banyak dari
kalangan jin dan manusia. Mereka memiliki hati, tetapi tidak dipergunakannya
untuk memahami (ayat ayat Allah) dan mereka memiliki mata (tetapi) tidak dipergunakannya
untuk melihat (tanda tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga
(tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengarkan (ayat ayat Allah). Mereka
seperti hewan ternak, bahkan lebih sesat lagi. Mereka itulah orang orang yang
lengah. (surat Al A’raf (7) ayat 179)
Sekarang jika kekuatan yang dikuasai oleh jasmani maka kekuatan akan diajak untuk berbuat kejahatan atau berbuat di luar nilai-nilai
kebaikan seperti merampok, mengintimidasi, menjadi teroris, merusak alam serta
menjadi koruptor sehingga diri kita selalu berada di dalam kehendak syaitan. Selanjutnya jika kita terus mengeksploitasi Amanah yang 7 dengan
kegiatan-kegiatan di luar koridor nilai-nilai kebaikan akibat dikuasai oleh jasmani,
apa yang akan terjadi?
a. Amanah yang 7 yang diberikan oleh Allah SWT menjadi tidak fitrah lagi dan
pada akhirnya kemampuannya akan berkurang atau menurun kualitasnya atau habis.
b. Kita telah mendzhalimi diri sendiri dikarenakan tidak mampu mempergunakan
serta mendayagunakan sesuatu yang baik yang berasal dari Allah SWT untuk
kebaikan diri sendiri sehingga manusia gagal menjadi abd’ (hamba)Nya yang juga menjadi
khalifahNya di muka bumi sekaligus makhluk pilihan.
c. Dosa yang diakibatkan dari perbuatan-perbuatan akibat mengeksploitasi
Amanah yang 7 akan mengakibatkan bintik hitam di dalam hati manusia atau mengakibatkan hati ruhani
menjadi kelam yang pada akhirnya akan mengakibatkan terputusnya hubungan diri
kita dengan Allah SWT.
Inilah sebahagian akibat dari Amanah yang 7 yang dikuasai oleh jasmani
sehingga Amanah yang 7 secara otomatis mengikuti sifat-sifat yang dimiliki oleh
jasmani atau mengikuti sifat-sifat alam yang merupakan cikal-bakal dari jasmani
itu sendiri. Sedangkan kehendak Allah SWT saat memberikan Amanah yang 7 untuk
mensukseskan manusia menjadi makhluk yang terhormat, yang dapat kembali ke
tempat yang terhormat dengan cara yang terhormat dalam suasana yang saling
hormat menghormati.
2. Ruh Menguasai Amanah Yang 7. Mari kita lihat apa yang terjadi jika Ruh mampu menguasai Amanah yang 7.
Kita ambil contoh mata yang di dalamnya diletakkan penglihatan. Jika mata
dikuasai oleh ruhani maka mata tersebut akan selalu diajak untuk melihat dan
membayangkan segala sesuatu dimana di dalam yang kita lihat akan terlihat
kebesaran Allah SWT, sebagaimana surat Al A’raaf (7) ayat 179 di atas. Demikian
pula jika telinga yang dikuasai oleh ruhani
maka telinga tersebut akan selalu diajak atau lebih suka mendengar dan
memperdengarkan kembali hal-hal yang sesuai dengan Nilai-Nilai Kebaikan seperti
mendengarkan pengajian (ayat ayat Allah) atau mendengarkan siraman ruhani.
Sekarang bagaimana jika telinga dikuasai
jasmani? Jika telinga dikuasai jasmani maka kita akan lebih senang mendengarkan
dan memperdengarkan gunjingan atau gosip atau memper-dengarkan berita bohong dan
menyebarkan fitnah.
Sekarang bagaimana
dengan mulut jika dikuasai oleh ruhani maka kata-kata yang keluar dari mulut
akan terdengar sopan lagi santun, berbobot lagi bermutu dan menenangkan hati
bagi yang mendengarkan. Bandingkan dengan mulut yang dikuasai oleh jasmani maka
dari mulut akan selalu keluar kata-kata umpatan yang menyakitkan hati. Demikian seterusnya dengan Amanah yang 7 lainnya yang ada pada diri kita
semuanya akan selalu berada di dalam koridor Nilai-Nilai Kebaikan. Selanjutnya
jika keadaan tersebut terus kita lakukan, apa yang terjadi? Amanah yang 7 yang
diberikan oleh Allah SWT tetap dalam kondisi fitrah sehingga kemampuan kita
secara otomatis akan menjadi bertambah karena ditambah oleh Allah SWT; Manusia
berhasil menjadi abd’ (hamba)-Nya yang juga khalifah-Nya di muka bumi yang
sesuai dengan kehendak Allah; Hati menjadi terang dan hidup menjadi tenang
sebab makhluk lain pun mendapatkan berkah dan manfaat dari perbuatan yang kita
lakukan. Inilah sebahagian dari hasil Amanah yang 7 yang dikuasai oleh ruh
sehingga Amanah 7 secara otomatis mengikuti sifat-sifat yang dimiliki oleh ruh
atau mengikuti Nilai-Nilai Ilahiah yang berasal dari nama-nama Allah SWT yang indah
lagi baik (Asmaul Husna).
Allah SWT adalah Dzat yang tidak membutuhkan apapun juga dari makhluk-Nya
karena kemampuan, kehebatan yang
dimiliki oleh Allah SWT adalah miliknya sendiri dan semuanya kekal sampai
kapanpun juga. Jika ini adalah kemampuan, kehebatan dari Allah SWT maka apakah
setelah memberikan bagian dari sifat Ma’ani yang dimiliki-Nya kepada setiap
manusia akan berkurang kemampuan dan kehebatan Allah SWT? Kemampuan dan kehebatan Allah SWT tidak akan berkurang sedikitpun
walaupun bagian dari sifat Ma’ani dari Allah SWT telah diberikan kepada
manusia.
Sekarang diri kita sudah memiliki Amanah yang 7 yang berasal dari Allah
SWT lalu apakah Amanah yang 7 yang kita miliki tersebut dapat stabil selamanya,
tidak mengalami perubahan atau tidak mengalami penurunan saat menjadi khalifah
di muka bumi? Amanah yang 7 yang kita miliki
tidak akan mungkin stabil selamanya, Amanah yang 7 pasti menurun kemampuannya sesuai
dengan penurunan kinerja Jasmani, Amanah yang 7 pasti mengalami degradasi kemampuan
akibat eksploitasi yang tidak sesuai Nilai-Nilai Kebaikan. Sekarang timbul pertanyaan, jika penurunan Amanah yang 7 lebih cepat
dibandingkan usia seseorang, apa yang terjadi pada orang yang mengalami hal
tersebut? Orang yang mengalami hal tersebut akan cepat pikun,
cepat tua, cepat loyo, cepat tidak bersemangat, dan lain sebagainya. Hal ini terjadi karena Amanah yang
7 yang kita miliki bersifat sementara, temporer serta tidak kekal sehingga
kemampuan Amanah yang 7 manusia dapat naik dan dapat turun kemampuannya. Naik
dan turunnya kemampuan dari Amanah yang 7 yang dimiliki oleh manusia tergantung
siapa yang mempengaruhinya atau siapa yang mempergunakannya. Jika jasmani
mampu mempengaruhi Amanah yang 7 maka perbuatan manusia berada di dalam nilai-nilai
syaitani. Sedangkan jika ruh mampu mempengaruhi Amanah yang 7 maka perbuatan manusia berada di dalam
koridor nilai nilai Ilahiah.
Jika nilai-nilai Ilahiah selalu menyertai hidup dan kehidupan manusia,
maka Amanah yang 7 pun secara tidak langsung dapat meningkat, terjaga atau
dapat ditambah oleh Allah SWT oleh sebab doa atau perbuatan kita yang baik.
Demikian pula sebaliknya, jika nilai-nIlai keburukan atau nilai-nilai syaitani
yang selalu kita lakukan maka kondisi Amanah yang 7 akan mengalami penurunan atau mengalami degradasi akibat eksploitasi
yang dilakukan oleh jasmani atau bahkan bisa menjadi habis akibat ulah kita
sendiri. Selanjutnya jika Amanah yang 7 yang kita miliki
mengalami penurunan kualitas, mengalami kerusakan akibat dieksploitasi oleh jasmani.
Timbul pertanyaan kemanakah kita harus menservisnya atau meningkatkan kembali
kualitas Amanah yang 7 itu? Di muka bumi ini
sampai dengan kapanpun juga tidak akan pernah ada pembuat dan juga pemilik Amanah 7
selain dari pada Allah SWT karena Amanah yang 7 itu sendiri adalah sifat Allah
SWT, sehingga hanya Allah SWTlah yang mampu memperbaiki,
menambah Amanah yang 7 yang ada pada
diri manusia.
Sekarang jika hanya Allah SWT yang mampu melakukan itu semua, apa yang
harus kita perbuat? Jika hanya Allah SWT saja yang mampu tidak ada jalan lain
kecuali diri kita memenuhi segala aturan main, kita harus selalu berada di
dalam kehendak Allah SWT. Sekarang bagaimana jika ada orang atau ada kelompok
tertentu mengaku bisa menambah, atau bisa menservis Amanah yang 7 menjadi
sediakala? Jawaban dari pertanyaan ini
adalah “mustahil
di akal” jika ada makhluk di muka bumi yang mampu menciptakan Amanah yang 7, yang mampu
memperbaiki Amanah yang 7, padahal Amanah yang 7 yang ia miliki juga berasal dari Allah SWT. Jika ini adalah keadaannya maka
buang jauh-jauhlah tawaran orang tersebut, terkecuali jika kita memang merasa
sanggup menerima azab Allah SWT atau merasa sanggup menahan panasnya api Neraka
Jahannam yang panasnya 70 (tujuh puluh) kali panasnya api dunia.
Inilah keadaan dari Amanah yang 7 pada waktu manusia masih hidup di
dunia, sekarang bagaimana dengan keadaan Amanah yang 7 setelah ruh berpisah dengan jasmani melalui proses
sakratul maut atau setelah manusia meninggal dunia, kemanakah Amanah yang 7 itu pergi? Amanah yang 7 yang tidak lain adalah modal dasar
bagi manusia, maka ia akan ikut pulang bersama ruh ke alam Barzah. Apa buktinya? Lihatlah jasmani setelah berpisah
dengan ruh, jasmani tidak memiliki apa-apa lagi atau tidak mempunyai kemampuan
apapun juga sehingga jasmani jika diperlakukan apapun kepadanya ia tidak mampu
berbuat apapun.
Selanjutnya bagaimana Amanah yang 7 yang pulang bersama ruh ke alam barzah?
Ruh dan Amanah yang 7 untuk sementara
waktu akan istirahat panjang sambil menunggu atau mengharapkan bantuan dari
amal yang telah diperbuat; ilmu yang bermanfaat yang diajarkan dan anak
shaleh/shalehah yang selalu mendoakan; karya nyata yang telah diperbuat seperti
membangun masjid, membangun saluran air, mushaf yang ditinggalkan dan
selanjutnya menunggu pengadilan dari Allah SWT atas penggunaan Amanah yang 7
sewaktu hidup di dunia. Dan jika ada orang yang mengatakan bahwa kita akan
dapat sesuatu (katakan barokah) dari seseorang yang telah meninggal dunia,
tolaklah hal itu dengan mengatakan bahwa hal ini tidak akan mungkin terjadi
karena ruh dan Amanah yang 7 orang yang sudah meninggal tidak akan mungkin ada
di muka bumi, yang ada adalah syaitan yang menyerupai orang yang telah
meninggal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar