Sekarang apa yang harus kita lakukan jika ketidaksucian masih terdapat di
dalam diri kita, atau diri kita masih belum sesuai dengan keadaan Allah SWT Yang
Maha Suci? Berikut ini akan kami kemukakan beberapa cara yang telah ditunjukkan
oleh Allah SWT jika kita berkeinginan untuk mensucikan jasmani maupun
memfitrahkan ruhani, termasuk di dalamnya hal-hal yang masih belum suci yang
terdapat di dalam harta kita, yaitu :
1. Berlindung Kepada
Allah SWT. Untuk mensucikan gangguan syaitan maka kita harus
selalu selalu berlindung kapanpun, dimanapun dan dalam keadaan apapun hanya
kepada Allah SWT. Ingat, walaupun diri kita berada di Masjidil Haram, berada di
Padang Arafah, berada di Muzdalifah, berada di Mina atau di Masjid Nabawi, di
dalam perjalanan, saat belajar, saat sakratul maut, syaitan tetap ada di sana
dan siap mengganggu siapapun juga dan hanya orang orang yang meminta
perlindungan Allah SWT sajalah yang terhindar dari gangguan syaitan. Hal ini
berdasarkan ketentuan surat Al Anfaal (8) ayat 11 berikut ini: “(ingatlah),
ketika Allah menjadikan kamu mengantuk sebagai suatu penenteraman daripada-Nya,
dan Allah menurunkan kepadamu hujan dari langit untuk mensucikan kamu dengan
hujan itu dan menghilangkan dari kamu gangguan-gangguan syaitan dan untuk
menguatkan hatimu dan memperteguh dengannya telapak kaki(mu)”. Untuk mensucikan gangguan syaitan maka kita harus selalu selalu
berlindung kapanpun, dimanapun dan dalam keadaan apapun hanya kepada Allah SWT.
Ingat, walaupun diri kita berada di Masjidil Haram, berada di Padang Arafah,
berada di Muzdalifah, berada di Mina atau di Masjid Nabawi, di dalam
perjalanan, saat belajar, saat sakratul maut, syaitan tetap ada di sana dan
siap mengganggu siapapun juga dan hanya orang orang yang meminta perlindungan
Allah SWT sajalah yang terhindar dari gangguan syaitan.
2. Mandi Junub, Wudhu dan
Tayammum. Untuk mensucikan jasmani, atau untuk mandi junub
harus mempergunakan air yang suci dan jika kita dalam perjalanan kita
diperbolehkan untuk melaksanakan Tayammum dengan mempergunakan tanah yang baik
(bersih), atau dengan mempergunakan debu. Hal ini berdasarkan ketentuan surat
Al Maaidah (5) ayat 6 berikut ini: “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat,
Maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan
(basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki, dan jika kamu junub Maka
mandilah, dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat
buang air (kakus) atau menyentuh perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air,
Maka bertayammumlah dengan tanah yang baik (bersih); sapulah mukamu dan
tanganmu dengan tanah itu. Allah tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia
hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, supaya kamu
bersyukur”.
Timbul pertanyaan, apa yang harus kita lakukan dengan air ataupun dengan
tanah yang bersih itu? Air yang bersih dapat kita gunakan untuk mandi jika kita
sedang junub. Air juga kita pergunakan untuk wudhu, dalam rangka membasuh kedua
tapak tangan tiga kali, kemudian memasukkan tangan ke dalam tempat air, lalu
kumur dan menghirup dan mengeluarkan dari hidung, lalu membasuh muka tiga kali,
dan kedua tangan sampai siku tiga kali, kemudian mengusap kepala, kemudian
membasuh ke dua kaki hingga mata kaki tiga kali. Sebagaimana hadits berikut ini:
Nabi SAW bersabda: “Abdullah bin Zaid
r.a. ketika ditanya tentang wudhu-nya Nabi SAW, ia minta mangkok berisi air
wudhu, menyontohkan wudhu Nabi SAW, Maka menuangkan air ke tangan dan membasuh
ke dua tapak tangan tiga kali, kemudian memasukkan tangan ke dalam mangkuk lalu
kumur dan menghirup air dan mengeluarkannya dari hidung tiga kali, kemudian
memasukkan tangan ke dalam air dan membasuh muka tiga kali, kemudian membasuh
tangan hingga siku dua kali, kemudian memasukkan tangan ke dalam air lalu mengusap
kepalanya dari muka sampai ke belakang satu kali, kemudian membasuh ke dua kaki
hingga mata kaki. (Hadits Riwayat Bukhari,
Muslim, Al-Lulu Wal Marjan No.136)
Nabi SAW juga bersabda: “Usman bin Affan r.a. minta bejana air untuk wudhu, lalu menuangkan air
membasuh kedua tapak tangannya tiga kali, kemudian memasukkan tangan ke dalam
tempat air, lalu kumur dan menghirup dan mengeluarkan dari hidung, lalu
membasuh muka tiga kali, dan kedua tangan sampai siku tiga kali, kemudian
mengusap kepalanya, kemudian membasuh ke dua kaki hingga mata kaki tiga kali,
kemudian berkata: Rasulullah SAW bersabda: Siapa yang wudhu seperti wudhu'ku
ini, lalu sembahyang dua rakaat dengan khusyu tidak berkata apa-apa dalam
hatinya, maka ia akan diampunkan dosanya yang telah lalu”. Hadits Riwayat Bukhari, Muslim, Al-Lulu Wal Marjan No.135) Sekarang apa yang kita lakukan dengan tanah yang baik (bersih)? “Sapulah
mukamu dan tanganmu dengan tanah yang bersih ” dalam rangka untuk bertayammum.
3. Menunaikan Hak Allah
SWT melalui Zakat. Untuk mensucikan harta, atau kekayaan yang
kita miliki maka kita diwajibkan oleh Allah SWT untuk menunaikan zakat, atau
membayar infaq, shadaqah, jariah atau wakaf jika memungkinkan. Hal ini berdasarkan
ketentuan surat At Taubah (9) ayat 103 berikut ini: “ambillah zakat
dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan
mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi)
ketenteraman jiwa bagi mereka. dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui”.
Dan alangkah baiknya
saat diri kita sudah berada di waktu maghrib menunju isya kita sudah
menyelesaikan hak hak Allah SWT yang melekat pada harta kekayaan kita melalui
zakat, melalui infaq dan shadaqah sehingga segalanya sudah bersih dan dengan
kebersihan ini akan memudahkan dan mempercepat diri kita menghadap menuju jiwa
muthmainnah. Selain daripada itu, alangkah hebatnya jika kita sudah pula
melunasi hutang-hutang yang kita miliki sebelum malaikat maut datang menjemput
kita.
4. Taubat hanya kepada
Allah STW. Untuk mensucikan dosa yang pernah kita perbuat saat
hidup di dunia maka kita diharuskan untuk bertaubat dengan sebenar-benarnya
taubat hanya kepada Allah SWT semata. Hal ini berdasarkan ketentuan surat At
Taubah (9) ayat 104 berikut ini: “tidaklah mereka mengetahui, bahwasanya Allah menerima taubat dari
hamba-hamba-Nya dan menerima zakat dan bahwasanya Allah Maha Penerima taubat
lagi Maha Penyayang?”.
5. Beriman dan Beramal
Shaleh. Untuk mendapatkan sesuatu yang suci yang berasal
dari Allah SWT (dalam hal ini adalah syurga dengan segala fasilitas di dalamnya)
maka kita diwajibkan untuk beriman dan beramal shaleh tanpa putus-putusnya saat
menjadi abd’ (hamba)-Nya yang sekaligus khalifah-Nya di muka bumi. Hal ini berdasarkan
ketentuan surat An Nisaa’ (4) ayat 57 berikut ini: “dan orang-orang yang beriman dan mengerjakan
amalan-amalan yang shaleh, kelak akan Kami masukkan mereka ke dalam surga yang
di dalamnya mengalir sungai-sungai; kekal mereka di dalamnya; mereka di
dalamnya mempunyai isteri-isteri yang Suci, dan Kami masukkan mereka ke tempat
yang teduh lagi nyaman”. Serta menurut surat Al Baqarah (2) ayat 25 berikut ini: “dan sampaikanlah berita gembira kepada
mereka yang beriman dan berbuat baik, bahwa bagi mereka disediakan surga-surga
yang mengalir sungai-sungai di dalamnya. Setiap mereka diberi rezki buah-buahan
dalam surga-surga itu, mereka mengatakan : "Inilah yang pernah diberikan
kepada Kami dahulu." mereka diberi buah-buahan yang serupa dan untuk
mereka di dalamnya ada isteri-isteri yang suci dan mereka kekal di dalamnya”.
6. Bersedekah Secara
Konsisten. Berdasarkan surat Al Mujaadilah (58) ayat 12 berikut
ini: “Hai
orang-orang beriman, apabila kamu Mengadakan pembicaraan khusus dengan Rasul
hendaklah kamu mengeluarkan sedekah (kepada orang miskin) sebelum pembicaraan
itu. yang demikian itu lebih baik bagimu dan lebih bersih; jika kamu tidak
memperoleh (yang akan disedekahkan) Maka Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi
Maha Penyayang”. kita diwajibkan untuk bersedekah terlebih dahulu
sebelum berbicara dengan Nabi (atau jika kita ingin melakukan suatu kegiatan
tertentu yang di dalamnya terdapat ketidakpastian) agar kesucian dan kemudahan
dapat kita peroleh sehingga segala urusan dan keperluan kita dimudahkan oleh
Allah SWT.
7. Selalu Memohon
Ampunan Kepada Allah. Untuk memperoleh dan mendapatkan
kesucian dari Allah SWT maka diwajibkan oleh Allah SWT untuk selalu memohon
ampun kepada Allah SWT atas dosa-dosa yang pernah kita perbuat. Hal ini berdasarkan
ketentuan surat Ali Imran (3) ayat 15-16 berikut ini: “Katakanlah:
"Inginkah aku kabarkan kepadamu apa yang lebih baik dari yang demikian
itu?". untuk orang-orang yang bertakwa (kepada Allah), pada sisi Tuhan
mereka ada surga yang mengalir dibawahnya sungai-sungai; mereka kekal
didalamnya. dan (mereka dikaruniai) isteri-isteri yang disucikan serta
keridhaan Allah. dan Allah Maha melihat akan hamba-hamba-Nya.(yaitu) orang-orang
yang berdoa: Ya Tuhan Kami, Sesungguhnya Kami telah beriman, Maka ampunilah
segala dosa Kami dan peliharalah Kami dari siksa neraka,"
Inilah cara yang diperkenankan oleh Allah SWT untuk mensucikan diri kita
akibat pengaruh aktivitas kehidupan sehari-hari ditambah akibat pengaruh buruk
dari ahwa (hawa nafsu) dan syaitan dan juga karena adanya tarik menarik antara
kepentingan jasmani dengan ruh.
C. HIJRAH SEBAGAI
MOTIVASI DIRI.
Sekarang bagaimana
dengan keadaan diri kita, apakah sudah tahu diri, tahu aturan dan tahu tujuan
akhir? Apakah kita sudah berada di jalan yang lurus yang sesuai dengan kehendak
Allah SWT? Apakah jiwa kita masih berada
di dalam kriteria jiwa fujur? Apakah kita sudah kembali ke dalam kriteria
fitrah? Jika jawaban di atas belum sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh
Allah SWT berarti kita harus berusaha untuk keluar dari hal hal yang negatif
tersebut untuk menuju hal hal yang sesuai dengan kehendak Allah SWT. Disinilah
letak pentingnya kita melakukan upaya yang sungguh sungguh (jihad) melalui apa
yang dinamakan dengan proses hijrah.
Hijrah berasal
dari bahasa Arab yang berarti 'meninggalkan, menjauhkan dari dan berpindah
tempat'. Dalam konteks sejarah, hijrah adalah kegiatan perpindahan yang
dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW bersama para sahabat beliau dari kota Makkah
ke kota Madinah, dengan tujuan mempertahankan dan menegakkan risalah Allah,
berupa akidah dan syariat Islam. Sedangkan perintah berhijrah juga tertulis
dalam perintah Allah SWT dalam surat Al Baqarah (2) ayat 218 berikut ini: “Sesungguhnya
orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah dan berjihad di jalan
Allah, mereka itu mengharapkan rahmat Allah, dan Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang”. Berhijrah bisa bermakna bertekad untuk mengubah diri demi meraih
rahmat dan keridhaan Allah SWT.
Selain dari pada itu,
berhijrah juga dapat diartikan sebagai salah satu prinsip hidup. Seseorang
dapat dikatakan hijrah jika telah memenuhi dua syarat, yaitu ada sesuatu yang
ditinggalkan dan ada sesuatu yang ditujunya (tujuan). Kedua-duanya harus
dipenuhi oleh seorang yang berhijrah. Misalnya dengan meninggalkan segala hal
yang buruk, seperti pikiran negatif dan maksiat, dan menuju keadaan yang lebih
baik, positif, untuk menegakkan ajaran Islam atau dari jiwa fujur menuju jiwa
taqwa.
Seseorang yang telah
bertekad untuk berhijrah, dalam artian mengubah hidupnya menjadi lebih baik
dari sebelumnya buruk, akan memperoleh derajat yang lebih tinggi di mata Allah
sebagaimana yang telah dijanjikan oleh Allah SWT dalam surat At Taubah (9) ayat
20 berikut ini: “orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah
dengan harta, benda dan diri mereka, adalah lebih Tinggi derajatnya di sisi
Allah; dan Itulah orang-orang yang mendapat kemenangan. (surat At Taubah (9)
ayat 20)”.
Secara garis besar,
hijrah dibedakan menjadi dua macam, yaitu hijrah makaniyah yang dapat diartikan sebagai berpindah dari
satu tempat ke tempat lain dan hijrah
maknawiyah yang dapat diartikan sebagai mengubah diri, dari yang buruk
menjadi lebih baik demi mengharap keridhaan Allah SWT).
Contoh hijrah
makaniyah adalah peristiwa hijrahnya Rasulullah dari Makkah ke Madinah
serta hijrahnya Nabi Ibrahim as, sebagaimana firman-Nya berikut ini: “Maka
Luth membenarkan (kenabian)nya. dan berkatalah Ibrahim: "Sesungguhnya aku
akan berpindah ke (tempat yang diperintahkan) Tuhanku (kepadaku); Sesungguhnya
Dialah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (surat Al Ankabutt (29) ayat 26)”.
Sedangkan hijrahnya Nabi Musa as, dikemukakan dalam surat Al Qashash
(28) ayat 21 berikut ini: “Maka keluarlah Musa dari kota itu dengan
rasa takut menunggu-nunggu dengan khawatir, Dia berdoa: "Ya Tuhanku,
selamatkanlah aku dari orang-orang yang zalim itu".
Adapun Hijrah Maknawiyah dapat dibedakan
menjadi empat kelompok besar, sebagaimana kami kemukakan di bawah ini, yaitu :
1. Hijrah i'tiqadiyah (hijrah keyakinan), ketika seorang
Muslim mencoba mening-katkan keimanannya agar terhindar dari kemusyrikan.
2. Hijrah fikriyah (hijrah pemikiran), ketika seseorang
memutuskan kembali meng-kaji pemikiran Islam yang berdasar pada sabda Rasulullah
dan firman Allah demi menghindari pemikiran yang sesat.
3. Hijrah syu'uriyyah adalah berubahnya seseorang yang dapat
dilihat dari penam-pilannya, seperti gaya berbusana dan kebiasaannya dalam
kehidupan sehari-hari. Hijrah ini biasa dilakukan untuk menghindari budaya yang
jauh dari nilai Islam, seperti cara berpakaian, hiasan wajah, rumah, dan
lainnya.
4. Hijrah sulukiyyah (hijrah tingkah laku atau kepribadian).
Hijrah ini digambarkan dengan tekad untuk mengubah kebiasaan dan tingkah laku
buruk menjadi lebih baik. "Seperti orang yang sebelumnya selalu berbuat
buruk, seperti mencuri, membunuh, atau lainnya, bertekad berubah kepribadiannya
menjadi pribadi yang berakhlak mulia,
Hijrah merupakan fase
terpenting dalam hidup dan kehidupan seseorang untuk memperbaiki diri atau
untuk proses kembali kepada fitrahnya seorang manusia (dari jiwa fujur menuju
jiwa taqwa).
Untuk itu ingatlah
dan lalu perhatikanlah dengan sebaik baiknya saat diri kita menjadikan hijrah
sebagai motivasi diri, yaitu:
1. Sumber kekuatan itu
ada dalam dirimu. Carilah dia di dalam jiwamu dan respon-lah kehendak hatimu.
Hal ini akan menjadi mudah jika kita sudah tahu diri, sudah tahu aturan dan
sudah pula tahu tujuan akhir.
2. Rahasia rahasia
spektakuler yang dimiliki oleh orang orang besar dalam kehidupan ini terletak
pada kemampuan mereka berinteraksi dan melepaskan tali kekang dari kekuatan
akal yang mereka miliki. Sesungguhnya, Anda pun mampu melakukan hal yang
serupa.
3. Alam bawah sadar
Anda, sesungguhnya memiliki solusi atas masalah yang Anda hadapi. Apabila Anda
berkata kepada alam bawah sadar Anda sebelum tidur, “Saya ingin bangun pada jam
03:30,” niscaya dia akan membangunkan Anda pada jam itu.
4. Alam bawah sadar Anda
bertanggungjawab atas seluruh anggota tubuh Anda sebaimana ia mampu
menyembuhkan penyakit yang Anda derita. Gerakan diri Anda setiap malam agar ia
dapat tertidur melalui pikiran yang benar. Jadikan alam bawah sadar Anda
sebagai pelayan terpercaya, niscaya ia akan mematuhi Anda.
5. Setiap pikiran yang
muncul pada dasarnya adalah sebab, dan setiap situasi adalah pengaruh dan
hasil.
6. Jika Anda ingin
menulis sebuah buku, drama, atau menyampaikan ceramah yang baik di hadapan
publik, hendaklah Anda transfer pikiran dan perasaan Anda dengan cinta kepada
alam bawah sadar Anda, niscaya dia akan merespons hal tersebut dengan baik
sesuai apa yang ia terima.
7. Seorang nahkoda harus
memberikan instruksi dan arahan yang benar kepada awak kapal lainnya,
sebagaimana Anda harus memberi instruksi, informasi dan arahan, dalam bentuk
pikiran-pikiran dan prediksi, kepada alam bawah sadar Anda, yang menentukan dan
memutuskan seluruh pengalaman Anda.
8. Jangan terlalu sering
menggunakan kalimat kalimat, “Aku tak mampu membeli barang ini.” Atau “Aku tak
mampu melakukan hal ini.” Dan sebagainya. Karena alam bawah sadar Anda akan menerima dan terpengaruh oleh
kalimat tersebut, sehingga ia memahami bahwa sesungguhnya, Anda tidak memiliki
uang dan kemampuan untuk melakukan apa yang Anda inginkan. Akan tetapi,
tanamkan dalam diri Anda kalimat, “Aku mampu melakukan segala sesuatu melalui
kekuatan alam bawah sadar yang aku miliki.”
9. Sesungguhnya, undang
undang kehidupan merupakan undang- undang keyakinan, dan yang diyakini adalah
pikiran yang terdapat dalam akal Anda. Anda tentu takkan meyakini sesuatu yang
mendatangkan petaka atau bahaya bagi kehidupan Anda. Kekuatan alam bawah sadar
Anda terwujud melalui kemampuannya memberi ilham dan menguatkan sikap Anda. Ini
juga sesuai dengan keyakinan yang selama ini terbentuk dalam diri Anda.
10. Ubahlah pikiran
pikiran Anda agar Anda dapat mengubah perjalanan hidup dan kehidupan Anda.
Berdasarkan sepuluh
hal yang kami kemukakan di atas ini, terlihat dengan jelas bahwa kekuatan untuk
hijrah sudah ada di dalam diri kita masing masing, sekarang tergantung kepada
diri kita sendiri maukah memanfaatkan modal dasar ini untuk kemajuan diri sendiri
menjadi lebih baik!.
Sekarang apa jadinya
jika modal dasar yang sudah ada di dalam diri lalu kita kombinasikan dengan 4
(empat) fasilitas yang telah dipersiapkan oleh Allah SWT kepada setiap orang
yang siap berhijrah sebagaimana kami kemukakan
berikut ini:
1. Allah SWT adalah
penolong dan siap menolong. Inilah janji Allah SWT kepada orang yang mau
bertawakkal, semakin berkualitas tawakkal diri kita maka semakin berkualitas
pertolongan Allah SWT kepadanya hamba-Nya. Hal ini berdasarkan ketentuan surat
Ali Imran (3) ayat 160 berikut ini: “jika Allah menolong kamu, Maka tak adalah
orang yang dapat mengalahkan kamu; jika Allah membiarkan kamu (tidak memberi
pertolongan), Maka siapakah gerangan yang dapat menolong kamu (selain) dari
Allah sesudah itu? karena itu hendaklah kepada Allah saja orang-orang mukmin
bertawakkal. (surat Ali Imran (3) ayat 160)”.
Dan jika Allah SWT
sudah menolong seseorang maka tidak seorangpun yang dapat menggagalkannya,
demikian pula sebaliknya, apabila Allah SWT tidak mau memberikan pertolongan
maka tidak seorangpun yang mampu menolongnya. Apakah kita tidak mempercayai
pernyataan Allah SWT ini?
2. Allah SWT siap
menjadikan diri kita berkuasa di muka bumi. Bagi siapa saja yang mau beriman dan
mengerjakan amal yang shaleh akan dijadikan oleh Allah SWT berkuasa di muka
bumi. Hal ini berdasarkan firman-Nya berikut ini: Allah telah berjanji kepada
orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh
bahwa Dia sungguh- sungguh akan menjadikan mereka berkuasa dimuka bumi,
sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan
sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk
mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam
ketakutan menjadi aman sentausa. mereka tetap menyembahku-Ku dengan tiada
mempersekutukan sesuatu apapun dengan aku. dan Barangsiapa yang (tetap) kafir
sesudah (janji) itu, Maka mereka Itulah orang-orang yang fasik. dan dirikanlah
sembahyang, tunaikanlah zakat, dan taatlah kepada rasul, supaya kamu diberi
rahmat. (surat An Nuur (24) ayat 55, 56)”. Lalu apakah kita masih ragu untuk melakukan
proses hijrah dalam kerangka memperbaiki diri?
3. Allah SWT adalah
pemberi rezeki dan siap memberi rezeki. Berdasarkan firman Allah SWT berikut ini: Hai
manusia, ingatlah akan nikmat Allah kepadamu. Adakah Pencipta selain Allah yang
dapat memberikan rezeki kepada kamu dari langit dan bumi? tidak ada Tuhan
selain dia; Maka Mengapakah kamu berpaling (dari ketauhidan)? (surat Faathir
(35) ayat 3)”. Hanya Allah SWT lah yang dapat memberikan rezeki kepada
kamu dari langit bumi, mengapa kamu ragu dan berpaling dari Allah SWT sehingga
ragu pula melaksanakan hijrah dalam kerangka memperbaiki diri?
4. Allah SWT adalah
pelindung dan siap melindungi. Berdasarkan firman Allah SWT berikut ini: Katakanlah:
"Sekali-kali tidak akan menimpa Kami melainkan apa yang telah ditetapkan
Allah untuk kami. Dialah pelindung Kami, dan hanya kepada Allah orang-orang
yang beriman harus bertawakal." (surat At Taubah (9) ayat 51)”. Allah
SWT adalah pelindung dan siap memberikan perlindungan dari apapun juga
sepanjang kita beriman dan bertawakkal, lalu apa yang harus kita takuti?
Sekarang renungkanlah
apa apa yang kami kemukakan di atas, apakah hal tidak bisa menjadi penyemangat,
atau pendorong bagi setiap manusia yang ingin berubah menuju kepada perubahan
dari kegelapan menuju yang terang, dari jiwa fujur menuju jiwa taqwa sehingga
kita mampu kembali fitrah, yang pada akhirnya menjadikan diri kita menjadi
khalifah yang dibanggakan oleh Allah SWT.
Ingat, kesempatan untuk berubah hanya ada pada sisa usia yang kita miliki,
selebihnya ada adalah penyesalan untuk tidak mau berubah.
Wahai masa lalu yang telah berakhir,
terbenamlah engkau seperti mentarimu. Aku tidak akan meratapimu dan engkau juga
tak akan melihatku mengenangmu. Pasalnya, engkau telah meninggalkanku serta
tidak akan kembali kepadaku selamanya.Wahai masa depan, engkau berada dalam
alam yang masih tersembunyi.
Aku tidak mau bermimpi dan berangan angan. Aku
juga tidak akan menjual diri dengan segala ilusi. Aku tidak akan tergesa gesa
mengejar kelahiran sesuatu yang tiada. Sebab, esok masih hampa karena belum
tercipta dan belum tiba. “Harimu adalah harimu saat ini, wahai
manusia.” Sebuah ungkapan yang menakjubkan bagi yang ingin hidup indah
dan mulia serta tenang lagi lapang di dunia dan di akhirat kelak bahagia.
Sebagai abd’ (hamba)-Nya yang sekaligus khalifah-Nya yang sangat
membutuhkan jiwa muthmainnah, maka tidak ada jalan lain kecuali berjuang untuk
mempertahankannya, berjuang agar bisa memperoleh dan merasakan nikmatnya. Namun
semua itu terpulang kepada diri kita masing masing maukah memperjuang kannya
sehingga menjadi wujud yang nyata.
Mudah mudahan kita mampu menjadikan jiwa kita
jiwa yang muthmainnah serta mampu pula menampilkannya dalam hidup dan kehidupan
kita sehingga tidak hanya kesalehan diri yang kita raih namun kesalehan sosial
bisa kita tunjukkan kepada keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Amien.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar