Label

MEMANUSIAKAN MANUSIA: INILAH JATIDIRI MANUSIA YANG SESUNGGUHNYA (79) SETAN HARUS JADI PECUNDANG: DIRI PEMENANG (68) SEBUAH PENGALAMAN PRIBADI MENGAJAR KETAUHIDAN DI LAPAS CIPINANG (65) INILAH ALQURAN YANG SESUNGGUHNYA (60) ROUTE TO 1.6.799 JALAN MENUJU MAKRIFATULLAH (59) MUTIARA-MUTIARA KEHIDUPAN: JALAN MENUJU KERIDHAAN ALLAH SWT (54) PUASA SEBAGAI KEBUTUHAN ORANG BERIMAN (50) ENERGI UNTUK MEMOTIVASI DIRI & MENJAGA KEFITRAHAN JIWA (44) RUMUS KEHIDUPAN: TAHU DIRI TAHU ATURAN MAIN DAN TAHU TUJUAN AKHIR (38) TAUHID ILMU YANG WAJIB KITA MILIKI (36) THE ART OF DYING: DATANG FITRAH KEMBALI FITRAH (33) JIWA YANG TENANG LAGI BAHAGIA (27) BUKU PANDUAN UMROH (26) SHALAT ADALAH KEBUTUHAN DIRI (25) HAJI DAN UMROH : JADIKAN DIRI TAMU YANG SUDAH DINANTIKAN KEDATANGANNYA OLEH TUAN RUMAH (24) IKHSAN: INILAH CERMINAN DIRI KITA (24) RUKUN IMAN ADALAH PONDASI DASAR DIINUL ISLAM (23) ZAKAT ADALAH HAK ALLAH SWT YANG HARUS DITUNAIKAN (20) KUMPULAN NASEHAT UNTUK KEHIDUPAN YANG LEBIH BAIK (19) MUTIARA HIKMAH DARI GENERASI TABI'IN DAN TABI'UT TABIIN (18) INSPRIRASI KESEHATAN DIRI (15) SYAHADAT SEBAGAI SEBUAH PERNYATAAN SIKAP (14) DIINUL ISLAM ADALAH AGAMA FITRAH (13) KUMPULAN DOA-DOA (10) BEBERAPA MUKJIZAT RASULULLAH SAW (5) DOSA DAN JUGA KEJAHATAN (5) DZIKIR UNTUK KEBAIKAN DIRI (4) INSPIRASI DARI PARA SAHABAT NABI (4) INILAH IBADAH YANG DISUKAI NABI MUHAMMAD SAW (3) PEMIMPIN DA KEPEMIMPINAN (3) TAHU NABI MUHAMMAD SAW (3) DIALOQ TOKOH ISLAM (2) SABAR ILMU TINGKAT TINGGI (2) SURAT TERBUKA UNTUK PEROKOK dan KORUPTOR (2) IKHLAS DAN SYUKUR (1)

Senin, 20 Mei 2024

PROSES PERBAIKAN DAN PERUBAHAN DIRI (PART 3 of 5)


Sekarang apa yang harus kita lakukan jika ketidaksucian masih terdapat di dalam diri kita, atau diri kita masih belum sesuai dengan keadaan Allah SWT Yang Maha Suci? Berikut ini akan kami kemukakan beberapa cara yang telah ditunjukkan oleh Allah SWT jika kita berkeinginan untuk mensucikan jasmani maupun memfitrahkan ruhani, termasuk di dalamnya hal-hal yang masih belum suci yang terdapat di dalam harta kita, yaitu : 

 

1.   Berlindung Kepada Allah SWT. Untuk mensucikan gangguan syaitan maka kita harus selalu selalu berlindung kapanpun, dimanapun dan dalam keadaan apapun hanya kepada Allah SWT. Ingat, walaupun diri kita berada di Masjidil Haram, berada di Padang Arafah, berada di Muzdalifah, berada di Mina atau di Masjid Nabawi, di dalam perjalanan, saat belajar, saat sakratul maut, syaitan tetap ada di sana dan siap mengganggu siapapun juga dan hanya orang orang yang meminta perlindungan Allah SWT sajalah yang terhindar dari gangguan syaitan. Hal ini berdasarkan ketentuan surat Al Anfaal (8) ayat 11 berikut ini: “(ingatlah), ketika Allah menjadikan kamu mengantuk sebagai suatu penenteraman daripada-Nya, dan Allah menurunkan kepadamu hujan dari langit untuk mensucikan kamu dengan hujan itu dan menghilangkan dari kamu gangguan-gangguan syaitan dan untuk menguatkan hatimu dan memperteguh dengannya telapak kaki(mu)”. Untuk mensucikan gangguan syaitan maka kita harus selalu selalu berlindung kapanpun, dimanapun dan dalam keadaan apapun hanya kepada Allah SWT. Ingat, walaupun diri kita berada di Masjidil Haram, berada di Padang Arafah, berada di Muzdalifah, berada di Mina atau di Masjid Nabawi, di dalam perjalanan, saat belajar, saat sakratul maut, syaitan tetap ada di sana dan siap mengganggu siapapun juga dan hanya orang orang yang meminta perlindungan Allah SWT sajalah yang terhindar dari gangguan syaitan.

 

2.   Mandi Junub, Wudhu dan Tayammum. Untuk mensucikan jasmani, atau untuk mandi junub harus mempergunakan air yang suci dan jika kita dalam perjalanan kita diperbolehkan untuk melaksanakan Tayammum dengan mempergunakan tanah yang baik (bersih), atau dengan mempergunakan debu. Hal ini berdasarkan ketentuan surat Al Maaidah (5) ayat 6 berikut ini: “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, Maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki, dan jika kamu junub Maka mandilah, dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air (kakus) atau menyentuh perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air, Maka bertayammumlah dengan tanah yang baik (bersih); sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu. Allah tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, supaya kamu bersyukur”.

 

Timbul pertanyaan, apa yang harus kita lakukan dengan air ataupun dengan tanah yang bersih itu? Air yang bersih dapat kita gunakan untuk mandi jika kita sedang junub. Air juga kita pergunakan untuk wudhu, dalam rangka membasuh kedua tapak tangan tiga kali, kemudian memasukkan tangan ke dalam tempat air, lalu kumur dan menghirup dan mengeluarkan dari hidung, lalu membasuh muka tiga kali, dan kedua tangan sampai siku tiga kali, kemudian mengusap kepala, kemudian membasuh ke dua kaki hingga mata kaki tiga kali. Sebagaimana hadits berikut ini: Nabi SAW bersabda:Abdullah bin Zaid r.a. ketika ditanya tentang wudhu-nya Nabi SAW, ia minta mangkok berisi air wudhu, menyontohkan wudhu Nabi SAW, Maka menuangkan air ke tangan dan membasuh ke dua tapak tangan tiga kali, kemudian memasukkan tangan ke dalam mangkuk lalu kumur dan menghirup air dan mengeluarkannya dari hidung tiga kali, kemudian memasukkan tangan ke dalam air dan membasuh muka tiga kali, kemudian membasuh tangan hingga siku dua kali, kemudian memasukkan tangan ke dalam air lalu mengusap kepalanya dari muka sampai ke belakang satu kali, kemudian membasuh ke dua kaki hingga mata kaki. (Hadits Riwayat Bukhari, Muslim, Al-Lulu Wal Marjan No.136)

 

Nabi SAW juga bersabda: “Usman bin Affan r.a. minta bejana air untuk wudhu, lalu menuangkan air membasuh kedua tapak tangannya tiga kali, kemudian memasukkan tangan ke dalam tempat air, lalu kumur dan menghirup dan mengeluarkan dari hidung, lalu membasuh muka tiga kali, dan kedua tangan sampai siku tiga kali, kemudian mengusap kepalanya, kemudian membasuh ke dua kaki hingga mata kaki tiga kali, kemudian berkata: Rasulullah SAW bersabda: Siapa yang wudhu seperti wudhu'ku ini, lalu sembahyang dua rakaat dengan khusyu tidak berkata apa-apa dalam hatinya, maka ia akan diampunkan dosanya yang telah lalu”. Hadits Riwayat Bukhari, Muslim, Al-Lulu Wal Marjan No.135) Sekarang apa yang kita lakukan dengan tanah yang baik (bersih)? “Sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah yang bersih ” dalam rangka untuk bertayammum.

 

3.  Menunaikan Hak Allah SWT melalui Zakat. Untuk mensucikan harta, atau kekayaan yang kita miliki maka kita diwajibkan oleh Allah SWT untuk menunaikan zakat, atau membayar infaq, shadaqah, jariah atau wakaf jika memungkinkan. Hal ini berdasarkan ketentuan surat At Taubah (9) ayat 103 berikut ini: “ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui”.

 

Dan alangkah baiknya saat diri kita sudah berada di waktu maghrib menunju isya kita sudah menyelesaikan hak hak Allah SWT yang melekat pada harta kekayaan kita melalui zakat, melalui infaq dan shadaqah sehingga segalanya sudah bersih dan dengan kebersihan ini akan memudahkan dan mempercepat diri kita menghadap menuju jiwa muthmainnah. Selain daripada itu, alangkah hebatnya jika kita sudah pula melunasi hutang-hutang yang kita miliki sebelum malaikat maut datang menjemput kita.

 

4. Taubat hanya kepada Allah STW. Untuk mensucikan dosa yang pernah kita perbuat saat hidup di dunia maka kita diharuskan untuk bertaubat dengan sebenar-benarnya taubat hanya kepada Allah SWT semata. Hal ini berdasarkan ketentuan surat At Taubah (9) ayat 104 berikut ini: “tidaklah mereka mengetahui, bahwasanya Allah menerima taubat dari hamba-hamba-Nya dan menerima zakat dan bahwasanya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang?”. 

 

5.     Beriman dan Beramal Shaleh. Untuk mendapatkan sesuatu yang suci yang berasal dari Allah SWT (dalam hal ini adalah syurga dengan segala fasilitas di dalamnya) maka kita diwajibkan untuk beriman dan beramal shaleh tanpa putus-putusnya saat menjadi abd’ (hamba)-Nya yang sekaligus khalifah-Nya di muka bumi. Hal ini berdasarkan ketentuan surat An Nisaa’ (4) ayat 57 berikut ini: “dan orang-orang yang beriman dan mengerjakan amalan-amalan yang shaleh, kelak akan Kami masukkan mereka ke dalam surga yang di dalamnya mengalir sungai-sungai; kekal mereka di dalamnya; mereka di dalamnya mempunyai isteri-isteri yang Suci, dan Kami masukkan mereka ke tempat yang teduh lagi nyaman”. Serta menurut surat Al Baqarah (2) ayat 25 berikut ini: “dan sampaikanlah berita gembira kepada mereka yang beriman dan berbuat baik, bahwa bagi mereka disediakan surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya. Setiap mereka diberi rezki buah-buahan dalam surga-surga itu, mereka mengatakan : "Inilah yang pernah diberikan kepada Kami dahulu." mereka diberi buah-buahan yang serupa dan untuk mereka di dalamnya ada isteri-isteri yang suci dan mereka kekal di dalamnya”.  

 

6.  Bersedekah Secara Konsisten. Berdasarkan surat Al Mujaadilah (58) ayat 12 berikut ini: “Hai orang-orang beriman, apabila kamu Mengadakan pembicaraan khusus dengan Rasul hendaklah kamu mengeluarkan sedekah (kepada orang miskin) sebelum pembicaraan itu. yang demikian itu lebih baik bagimu dan lebih bersih; jika kamu tidak memperoleh (yang akan disedekahkan) Maka Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. kita diwajibkan untuk bersedekah terlebih dahulu sebelum berbicara dengan Nabi (atau jika kita ingin melakukan suatu kegiatan tertentu yang di dalamnya terdapat ketidakpastian) agar kesucian dan kemudahan dapat kita peroleh sehingga segala urusan dan keperluan kita dimudahkan oleh Allah SWT.

 

7.       Selalu Memohon Ampunan Kepada Allah. Untuk memperoleh dan mendapatkan kesucian dari Allah SWT maka diwajibkan oleh Allah SWT untuk selalu memohon ampun kepada Allah SWT atas dosa-dosa yang pernah kita perbuat. Hal ini berdasarkan ketentuan surat Ali Imran (3) ayat 15-16 berikut ini: “Katakanlah: "Inginkah aku kabarkan kepadamu apa yang lebih baik dari yang demikian itu?". untuk orang-orang yang bertakwa (kepada Allah), pada sisi Tuhan mereka ada surga yang mengalir dibawahnya sungai-sungai; mereka kekal didalamnya. dan (mereka dikaruniai) isteri-isteri yang disucikan serta keridhaan Allah. dan Allah Maha melihat akan hamba-hamba-Nya.(yaitu) orang-orang yang berdoa: Ya Tuhan Kami, Sesungguhnya Kami telah beriman, Maka ampunilah segala dosa Kami dan peliharalah Kami dari siksa neraka,"

 

Inilah cara yang diperkenankan oleh Allah SWT untuk mensucikan diri kita akibat pengaruh aktivitas kehidupan sehari-hari ditambah akibat pengaruh buruk dari ahwa (hawa nafsu) dan syaitan dan juga karena adanya tarik menarik antara kepentingan jasmani dengan ruh.

 

C.     HIJRAH SEBAGAI MOTIVASI DIRI.

 

Sekarang bagaimana dengan keadaan diri kita, apakah sudah tahu diri, tahu aturan dan tahu tujuan akhir? Apakah kita sudah berada di jalan yang lurus yang sesuai dengan kehendak Allah SWT?  Apakah jiwa kita masih berada di dalam kriteria jiwa fujur? Apakah kita sudah kembali ke dalam kriteria fitrah? Jika jawaban di atas belum sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh Allah SWT berarti kita harus berusaha untuk keluar dari hal hal yang negatif tersebut untuk menuju hal hal yang sesuai dengan kehendak Allah SWT. Disinilah letak pentingnya kita melakukan upaya yang sungguh sungguh (jihad) melalui apa yang dinamakan dengan proses hijrah. 

 

Hijrah berasal dari bahasa Arab yang berarti 'meninggalkan, menjauhkan dari dan berpindah tempat'. Dalam konteks sejarah, hijrah adalah kegiatan perpindahan yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW bersama para sahabat beliau dari kota Makkah ke kota Madinah, dengan tujuan mempertahankan dan menegakkan risalah Allah, berupa akidah dan syariat Islam. Sedangkan perintah berhijrah juga tertulis dalam perintah Allah SWT dalam surat Al Baqarah (2) ayat 218 berikut ini: “Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah dan berjihad di jalan Allah, mereka itu mengharapkan rahmat Allah, dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. Berhijrah bisa bermakna bertekad untuk mengubah diri demi meraih rahmat dan keridhaan Allah SWT.

 

Selain dari pada itu, berhijrah juga dapat diartikan sebagai salah satu prinsip hidup. Seseorang dapat dikatakan hijrah jika telah memenuhi dua syarat, yaitu ada sesuatu yang ditinggalkan dan ada sesuatu yang ditujunya (tujuan). Kedua-duanya harus dipenuhi oleh seorang yang berhijrah. Misalnya dengan meninggalkan segala hal yang buruk, seperti pikiran negatif dan maksiat, dan menuju keadaan yang lebih baik, positif, untuk menegakkan ajaran Islam atau dari jiwa fujur menuju jiwa taqwa.

 

Seseorang yang telah bertekad untuk berhijrah, dalam artian mengubah hidupnya menjadi lebih baik dari sebelumnya buruk, akan memperoleh derajat yang lebih tinggi di mata Allah sebagaimana yang telah dijanjikan oleh Allah SWT dalam surat At Taubah (9) ayat 20 berikut ini: “orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah dengan harta, benda dan diri mereka, adalah lebih Tinggi derajatnya di sisi Allah; dan Itulah orang-orang yang mendapat kemenangan. (surat At Taubah (9) ayat 20)”.

 

Secara garis besar, hijrah dibedakan menjadi dua macam, yaitu hijrah makaniyah yang dapat diartikan sebagai berpindah dari satu tempat ke tempat lain dan hijrah maknawiyah yang dapat diartikan sebagai mengubah diri, dari yang buruk menjadi lebih baik demi mengharap keridhaan Allah SWT).

 

Contoh hijrah makaniyah adalah peristiwa hijrahnya Rasulullah dari Makkah ke Madinah serta hijrahnya Nabi Ibrahim as, sebagaimana firman-Nya berikut ini: “Maka Luth membenarkan (kenabian)nya. dan berkatalah Ibrahim: "Sesungguhnya aku akan berpindah ke (tempat yang diperintahkan) Tuhanku (kepadaku); Sesungguhnya Dialah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (surat Al Ankabutt (29) ayat 26)”. Sedangkan hijrahnya Nabi Musa as, dikemukakan dalam surat Al Qashash (28) ayat 21 berikut ini: “Maka keluarlah Musa dari kota itu dengan rasa takut menunggu-nunggu dengan khawatir, Dia berdoa: "Ya Tuhanku, selamatkanlah aku dari orang-orang yang zalim itu".

 

Adapun Hijrah Maknawiyah dapat dibedakan menjadi empat kelompok besar, sebagaimana kami kemukakan di bawah ini, yaitu :

 

1.  Hijrah i'tiqadiyah (hijrah keyakinan), ketika seorang Muslim mencoba mening-katkan keimanannya agar terhindar dari kemusyrikan.

 

2.   Hijrah fikriyah (hijrah pemikiran), ketika seseorang memutuskan kembali meng-kaji pemikiran Islam yang berdasar pada sabda Rasulullah dan firman Allah demi menghindari pemikiran yang sesat.

 

3.   Hijrah syu'uriyyah adalah berubahnya seseorang yang dapat dilihat dari penam-pilannya, seperti gaya berbusana dan kebiasaannya dalam kehidupan sehari-hari. Hijrah ini biasa dilakukan untuk menghindari budaya yang jauh dari nilai Islam, seperti cara berpakaian, hiasan wajah, rumah, dan lainnya.

 

4.    Hijrah sulukiyyah (hijrah tingkah laku atau kepribadian). Hijrah ini digambarkan dengan tekad untuk mengubah kebiasaan dan tingkah laku buruk menjadi lebih baik. "Seperti orang yang sebelumnya selalu berbuat buruk, seperti mencuri, membunuh, atau lainnya, bertekad berubah kepribadiannya menjadi pribadi yang berakhlak mulia,

 

Hijrah merupakan fase terpenting dalam hidup dan kehidupan seseorang untuk memperbaiki diri atau untuk proses kembali kepada fitrahnya seorang manusia (dari jiwa fujur menuju jiwa taqwa).

 

Untuk itu ingatlah dan lalu perhatikanlah dengan sebaik baiknya saat diri kita menjadikan hijrah sebagai motivasi diri, yaitu:

 

1.   Sumber kekuatan itu ada dalam dirimu. Carilah dia di dalam jiwamu dan respon-lah kehendak hatimu. Hal ini akan menjadi mudah jika kita sudah tahu diri, sudah tahu aturan dan sudah pula tahu tujuan akhir.

 

2.    Rahasia rahasia spektakuler yang dimiliki oleh orang orang besar dalam kehidupan ini terletak pada kemampuan mereka berinteraksi dan melepaskan tali kekang dari kekuatan akal yang mereka miliki. Sesungguhnya, Anda pun mampu melakukan hal yang serupa.

 

3.   Alam bawah sadar Anda, sesungguhnya memiliki solusi atas masalah yang Anda hadapi. Apabila Anda berkata kepada alam bawah sadar Anda sebelum tidur, “Saya ingin bangun pada jam 03:30,” niscaya dia akan membangunkan Anda pada jam itu.

 

4. Alam bawah sadar Anda bertanggungjawab atas seluruh anggota tubuh Anda sebaimana ia mampu menyembuhkan penyakit yang Anda derita. Gerakan diri Anda setiap malam agar ia dapat tertidur melalui pikiran yang benar. Jadikan alam bawah sadar Anda sebagai pelayan terpercaya, niscaya ia akan mematuhi Anda.

 

5.   Setiap pikiran yang muncul pada dasarnya adalah sebab, dan setiap situasi adalah pengaruh dan hasil.

 

6.   Jika Anda ingin menulis sebuah buku, drama, atau menyampaikan ceramah yang baik di hadapan publik, hendaklah Anda transfer pikiran dan perasaan Anda dengan cinta kepada alam bawah sadar Anda, niscaya dia akan merespons hal tersebut dengan baik sesuai apa yang ia terima.

 

7.     Seorang nahkoda harus memberikan instruksi dan arahan yang benar kepada awak kapal lainnya, sebagaimana Anda harus memberi instruksi, informasi dan arahan, dalam bentuk pikiran-pikiran dan prediksi, kepada alam bawah sadar Anda, yang menentukan dan memutuskan seluruh pengalaman Anda.

 

8.  Jangan terlalu sering menggunakan kalimat kalimat, “Aku tak mampu membeli barang ini.” Atau “Aku tak mampu melakukan hal ini.” Dan sebagainya. Karena alam bawah sadar  Anda akan menerima dan terpengaruh oleh kalimat tersebut, sehingga ia memahami bahwa sesungguhnya, Anda tidak memiliki uang dan kemampuan untuk melakukan apa yang Anda inginkan. Akan tetapi, tanamkan dalam diri Anda kalimat, “Aku mampu melakukan segala sesuatu melalui kekuatan alam bawah sadar yang aku miliki.”

 

9.       Sesungguhnya, undang undang kehidupan merupakan undang- undang keyakinan, dan yang diyakini adalah pikiran yang terdapat dalam akal Anda. Anda tentu takkan meyakini sesuatu yang mendatangkan petaka atau bahaya bagi kehidupan Anda. Kekuatan alam bawah sadar Anda terwujud melalui kemampuannya memberi ilham dan menguatkan sikap Anda. Ini juga sesuai dengan keyakinan yang selama ini terbentuk dalam diri Anda.

 

10.   Ubahlah pikiran pikiran Anda agar Anda dapat mengubah perjalanan hidup dan kehidupan Anda. 

 

Berdasarkan sepuluh hal yang kami kemukakan di atas ini, terlihat dengan jelas bahwa kekuatan untuk hijrah sudah ada di dalam diri kita masing masing, sekarang tergantung kepada diri kita sendiri maukah memanfaatkan modal dasar ini untuk kemajuan diri sendiri menjadi lebih baik!.

 

Sekarang apa jadinya jika modal dasar yang sudah ada di dalam diri lalu kita kombinasikan dengan 4 (empat) fasilitas yang telah dipersiapkan oleh Allah SWT kepada setiap orang yang siap berhijrah  sebagaimana kami kemukakan berikut ini:  

 

1.   Allah SWT adalah penolong dan siap menolong. Inilah janji Allah SWT kepada orang yang mau bertawakkal, semakin berkualitas tawakkal diri kita maka semakin berkualitas pertolongan Allah SWT kepadanya hamba-Nya. Hal ini berdasarkan ketentuan surat Ali Imran (3) ayat 160 berikut ini: “jika Allah menolong kamu, Maka tak adalah orang yang dapat mengalahkan kamu; jika Allah membiarkan kamu (tidak memberi pertolongan), Maka siapakah gerangan yang dapat menolong kamu (selain) dari Allah sesudah itu? karena itu hendaklah kepada Allah saja orang-orang mukmin bertawakkal. (surat Ali Imran (3) ayat 160)”.

 

Dan jika Allah SWT sudah menolong seseorang maka tidak seorangpun yang dapat menggagalkannya, demikian pula sebaliknya, apabila Allah SWT tidak mau memberikan pertolongan maka tidak seorangpun yang mampu menolongnya. Apakah kita tidak mempercayai pernyataan Allah SWT ini?

 

2.   Allah SWT siap menjadikan diri kita berkuasa di muka bumi. Bagi siapa saja yang mau beriman dan mengerjakan amal yang shaleh akan dijadikan oleh Allah SWT berkuasa di muka bumi. Hal ini berdasarkan firman-Nya berikut ini: Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh- sungguh akan menjadikan mereka berkuasa dimuka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentausa. mereka tetap menyembahku-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan aku. dan Barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, Maka mereka Itulah orang-orang yang fasik. dan dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat, dan taatlah kepada rasul, supaya kamu diberi rahmat. (surat An Nuur (24) ayat 55, 56)”.  Lalu apakah kita masih ragu untuk melakukan proses hijrah dalam kerangka memperbaiki diri?

 

3.    Allah SWT adalah pemberi rezeki dan siap memberi rezeki. Berdasarkan firman Allah SWT berikut ini: Hai manusia, ingatlah akan nikmat Allah kepadamu. Adakah Pencipta selain Allah yang dapat memberikan rezeki kepada kamu dari langit dan bumi? tidak ada Tuhan selain dia; Maka Mengapakah kamu berpaling (dari ketauhidan)? (surat Faathir (35) ayat 3)”. Hanya Allah SWT lah yang dapat memberikan rezeki kepada kamu dari langit bumi, mengapa kamu ragu dan berpaling dari Allah SWT sehingga ragu pula melaksanakan hijrah dalam kerangka memperbaiki diri?

 

4.  Allah SWT adalah pelindung dan siap melindungi. Berdasarkan firman Allah SWT berikut ini: Katakanlah: "Sekali-kali tidak akan menimpa Kami melainkan apa yang telah ditetapkan Allah untuk kami. Dialah pelindung Kami, dan hanya kepada Allah orang-orang yang beriman harus bertawakal." (surat At Taubah (9) ayat 51)”. Allah SWT adalah pelindung dan siap memberikan perlindungan dari apapun juga sepanjang kita beriman dan bertawakkal, lalu apa yang harus kita takuti?

 

Sekarang renungkanlah apa apa yang kami kemukakan di atas, apakah hal tidak bisa menjadi penyemangat, atau pendorong bagi setiap manusia yang ingin berubah menuju kepada perubahan dari kegelapan menuju yang terang, dari jiwa fujur menuju jiwa taqwa sehingga kita mampu kembali fitrah, yang pada akhirnya menjadikan diri kita menjadi khalifah yang dibanggakan oleh Allah SWT. Ingat, kesempatan untuk berubah hanya ada pada sisa usia yang kita miliki, selebihnya ada adalah penyesalan untuk tidak mau berubah.

 

Wahai masa lalu yang telah berakhir, terbenamlah engkau seperti mentarimu. Aku tidak akan meratapimu dan engkau juga tak akan melihatku mengenangmu. Pasalnya, engkau telah meninggalkanku serta tidak akan kembali kepadaku selamanya.Wahai masa depan, engkau berada dalam alam yang masih tersembunyi.

 

Aku tidak mau bermimpi dan berangan angan. Aku juga tidak akan menjual diri dengan segala ilusi. Aku tidak akan tergesa gesa mengejar kelahiran sesuatu yang tiada. Sebab, esok masih hampa karena belum tercipta dan belum tiba. “Harimu adalah harimu saat ini, wahai manusia.” Sebuah ungkapan yang menakjubkan bagi yang ingin hidup indah dan mulia serta tenang lagi lapang di dunia dan di akhirat kelak bahagia. 

 

Sebagai abd’ (hamba)-Nya yang sekaligus khalifah-Nya yang sangat membutuhkan jiwa muthmainnah, maka tidak ada jalan lain kecuali berjuang untuk mempertahankannya, berjuang agar bisa memperoleh dan merasakan nikmatnya. Namun semua itu terpulang kepada diri kita masing masing maukah memperjuang kannya sehingga menjadi wujud yang nyata.

 

Mudah mudahan kita mampu menjadikan jiwa kita jiwa yang muthmainnah serta mampu pula menampilkannya dalam hidup dan kehidupan kita sehingga tidak hanya kesalehan diri yang kita raih namun kesalehan sosial bisa kita tunjukkan kepada keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Amien.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar