Label

MEMANUSIAKAN MANUSIA: INILAH JATIDIRI MANUSIA YANG SESUNGGUHNYA (79) SETAN HARUS JADI PECUNDANG: DIRI PEMENANG (68) SEBUAH PENGALAMAN PRIBADI MENGAJAR KETAUHIDAN DI LAPAS CIPINANG (65) INILAH ALQURAN YANG SESUNGGUHNYA (60) ROUTE TO 1.6.799 JALAN MENUJU MAKRIFATULLAH (59) MUTIARA-MUTIARA KEHIDUPAN: JALAN MENUJU KERIDHAAN ALLAH SWT (54) PUASA SEBAGAI KEBUTUHAN ORANG BERIMAN (50) ENERGI UNTUK MEMOTIVASI DIRI & MENJAGA KEFITRAHAN JIWA (44) RUMUS KEHIDUPAN: TAHU DIRI TAHU ATURAN MAIN DAN TAHU TUJUAN AKHIR (38) TAUHID ILMU YANG WAJIB KITA MILIKI (36) THE ART OF DYING: DATANG FITRAH KEMBALI FITRAH (33) JIWA YANG TENANG LAGI BAHAGIA (27) BUKU PANDUAN UMROH (26) SHALAT ADALAH KEBUTUHAN DIRI (25) HAJI DAN UMROH : JADIKAN DIRI TAMU YANG SUDAH DINANTIKAN KEDATANGANNYA OLEH TUAN RUMAH (24) IKHSAN: INILAH CERMINAN DIRI KITA (24) RUKUN IMAN ADALAH PONDASI DASAR DIINUL ISLAM (23) ZAKAT ADALAH HAK ALLAH SWT YANG HARUS DITUNAIKAN (20) KUMPULAN NASEHAT UNTUK KEHIDUPAN YANG LEBIH BAIK (19) MUTIARA HIKMAH DARI GENERASI TABI'IN DAN TABI'UT TABIIN (18) INSPRIRASI KESEHATAN DIRI (15) SYAHADAT SEBAGAI SEBUAH PERNYATAAN SIKAP (14) DIINUL ISLAM ADALAH AGAMA FITRAH (13) KUMPULAN DOA-DOA (10) BEBERAPA MUKJIZAT RASULULLAH SAW (5) DOSA DAN JUGA KEJAHATAN (5) DZIKIR UNTUK KEBAIKAN DIRI (4) INSPIRASI DARI PARA SAHABAT NABI (4) INILAH IBADAH YANG DISUKAI NABI MUHAMMAD SAW (3) PEMIMPIN DA KEPEMIMPINAN (3) TAHU NABI MUHAMMAD SAW (3) DIALOQ TOKOH ISLAM (2) SABAR ILMU TINGKAT TINGGI (2) SURAT TERBUKA UNTUK PEROKOK dan KORUPTOR (2) IKHLAS DAN SYUKUR (1)

Selasa, 14 Mei 2024

HUBBUL YANG 7 SEBAGAI ENERGI PENGGERAK MANUSIA (PART 6 of 7)

 

2.  Hubbul Riasah Yang Sudah Tidak Fitrah. Berikut ini akan kami kemukakan kondisi dari keinginan untuk memimpin  yang sudah tidak sesuai dengan nilai-nilai kebaikan atau kondisi keinginan untuk memimpin yang di dalam pelaksanaannya sudah dikendalikan atau di bawah pengaruh sifat-sifat dasar Jasmani atau jasmani sudah menguasai keinginan untuk memimpin. Adapun keinginan untuk memimpin yang sudah tidak fitrah lagi dapat kami kemukakan sebagai berikut:

 

a.  Takabur. Pemimpin dan kepemimpinan yang dilaksanakan di dalam koridor Nilai-Nilai Kebaikan atau keinginan untuk memimpin yang dikendalikan oleh sifat-sifat dasar ruhani, tidak akan pernah menjadikan atau menghasilkan pemimpin atau kepemimpinan yang mempunyai sifat takabur, sombong, riya, tidak mau mengalah hanya mau menang sendiri dst atau menjadikan diri atau orang lain menjadi Fir’aun-Fir’aun generasi baru. Jika hal ini yang terjadi setelah mempergunakan keinginan untuk memimpin berarti kita telah mengeksploitasi secara tidak benar dan telah keluar dari rel kebenaran atas kepemilikan Hubbul Riasah yang ada di dalam diri. Hal ini sebagaimana dikemukakan oleh Allah SWT dalam firman-Nya: “Sesungguh-nya orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan menyombongkan diri terhadapnya, sekali-kali tidak akan dibukakan bagi mereka pintu-pintu langit dan tidak (pula) mereka masuk surga, hingga unta masuk ke lobang jarum. Demikianlah Kami memberi pembalasan kepada orang-orang yang berbuat kejahatan. (surat Al A’raaf (7) ayat 40).” dan juga berdasarkan surat Az Zumar (39) ayat 60 berikut ini: ““Dan pada hari kiamat kamu akan melihat orang-orang yang berbuat dusta terhadap Allah, mukanya menjadi hitam. Bukankah dalam neraka Jahannam itu ada tempat bagi orang-orang yang menyombongkan diri? (surat Az Zumar (39) ayat 60).” Selanjutnya adakah akibat yang ditimbulkan dari sikap Takabur, Sombong dan Riya kepada diri kita? Allah SWT melalui surat Al A’raaf (7) ayat 40 dan surat Az Zumar (39) ayat 60 menyatakan dengan tegas tidak akan memberikan tempat sedikitpun bagi mereka untuk masuk ke dalam pintu langit maupun pintu syurga sebelum unta masuk ke dalam lubang jarum sebab tempat mereka adalah Neraka Jahannam.

 

b.    Mulut Manis Hati Busuk. Penggunaan energi dan dorongan dari keinginan un-tuk memimpin tidak boleh menjadikan diri kita mulut manis hati busuk, jauh panggang dari api, serta bentuk manis kualitas hancur. Jika sampai kondisi ini terjadi pada diri kita maka ketentuan hadits yang kami kemukakan di bawah ini berlaku kepada diri kita. Nabi SAW bersabda: Akan datang sesudahku penguasa-penguasa yang memerintahmu. Di atas mimbar mereka memberi petunjuk dan ajaran dengan bijaksana, tetapi bila telah turun mimbar mereka melakukan tipu daya dan pencurian. Hati mereka lebih busuk dari bangkai. (Hadits Riwayat Ath Thabarani). Adanya kondisi yang kami kemukakan di atas menunjukkan kepada diri kita bahwa bangkai saja bisa lebih baik dari diri kita dan jika sekarang hati kita lebih busuk dari bangkai berarti bersiap-siaplah menanggung segala resiko atas penggunaan Hubbul Riasah kepada Allah SWT.

 

c.     Keras Hati. Penggunaan energi dan dorongan dari keinginan untuk memimpin jika dipergunakan di dalam koridor Nilai-Nilai Kebaikan yang masih fitrah tidak akan menjadikan dan membuat diri kita baik langsung ataupun tidak langsung mempu-nyai sifat yang keras hati atau mempunyai sifat bebal atau mempunyai sifat kepala batu. Hal ini dikarenakan Nilai-Nilai kebaikan akan membuat manusia memiliki hati yang riang, bermuka manis serta selalu bersahaja kepada siapapun dan selalu memberikan manfaat bagi sesama manusia.

 

d.     Dzalim. Sifat Dzalim atau berperilaku yang tidak manusiawi tidak akan pernah terjadi jika kita mempergunakan dan mendayagunakan dengan baik keinginan untuk memimpin dalam koridor Nilai-Nilai Kebaikan yang sesuai dengan kehendak Allah SWT. Akan tetapi pemimpin atau kepemimpinan yang kita lakukan justru  menghasilkan sifat dan perbuatan dzalim ini berarti diri kita telah mempergunakan Nilai-Nilai Syaitani sebagai acuan dasar saat menjadi khalifah di muka bumi. Allah SWT berfirman: Jika kamu (pada perang Uhud) mendapat luka, maka sesungguhnya kaum (kafir) itupun (pada perang Badar) mendapat luka yang serupa. Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu, Kami pergilirkan di antara manusia (agar mereka mendapat pelajaran); dan supaya Allah membedakan orang-orang yang beriman (dengan orang-orang kafir) dan supaya sebagian kamu dijadikan-Nya (gugur sebagai) syuhada. Dan Allah tidak menyukai orang-orang yang zalim. (surat Ali ‘Imran (3) ayat 140). Sifat dzalim dan perilaku dzalim sangat tidak disukai oleh Allah SWT dan neraka Jahannam-lah tempat kembali mereka semua. Hal yang tidak akan mungkin terjadi adalah jika kita memiliki sifat dan perilaku dzalim dapat menghantarkan diri kita pulang ke kampung kebahagiaan.  

 

e.   Durhaka kepada Ibu Bapak. Perilaku pemimpin yang baik yang sesuai dengan ketentuan Allah SWT adalah pemimpin yang berbakti kepada Ibu Bapak. Pemimpin yang dapat berbakti kepada ibu dan bapak berarti pemimpin tersebut tahu dari mana ia berasal dan tahu bagaimana ia harus bersikap kepada ibu bapak. Jika ini yang anda lakukan setelah anda menjadi pemimpin maka anda telah mendapatkan ridha Allah SWT melalui ridha orang tua dan juga berarti bahwa anda telah memberikan kuasa kepada ruhani untuk menjadi komandan atas keinginan untuk memimpin. Hal ini dikemukakan oleh Allah SWT dalam firman-Nya, Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. (surat Al Israa’ (17) ayat 23)

 

Hal yang harus kita perhatikan adalah sepanjang ruhani menjadi penguasa atas keinginan untuk memimpin yang dilandasi pelaksanaan ibadah ikhsan sebagai satu kesatuan pelaksanaan Diinul Islam secara kaffah, tidak akan menghasilkan pemimpin dan kepemimpinan yang durhaka kepada ibu bapak seperti “Malin Kundang” yang durhaka kepada ibunya serta tidak akan  menja-dikan pemimpin yang durhaka kepada rakyatnya, dikarenakan pemimpin tersebut selalu melaksanakan nilai-nilai kebaikan yang berasal dari Nilai-Nilai Ilahiah.

 

f.    Pemalas. Seorang Pemimpin di dalam melaksanakan kepemimpinannya tidak akan sukses jika yang bersangkutan dihinggapi atau dijangkiti atau mempunyai sifat pemalas. Pemimpin yang baik diharuskan dan diwajibkan mempunyai kedisiplinan yang tinggi, rajin serta selalu mau belajar dan menjunjung tinggi azas profesionalitas serta kekeluargaan. Pemalas berasal dari sifat-sifat jasmani dan jika sifat malas ada di dalam diri pemimpin maka keinginan untuk memimpin yang anda miliki telah dijajah atau telah dieksploitasi oleh jasmani. Hasil akhir dari kepemimpinan jenis ini akan menghasilkan pemimpin yang ingin dilayani oleh rakyatnya sendiri. 

 

g.     Kafir. Seorang pemimpin dengan kepemimpinan yang dilakukannya belum dan tidak dapat dikatakan telah sukses mempergunakan keinginan untuk memimpin jika menjadikan diri sang pemimpin menjadi kafir dan juga mengkafirkan orang lain. Contoh dari pemimpin yang kafir yang juga mengharuskan orang lain menjadi kafir adalah Fir’aun. Dimana Fir’aun mempergunakan Hubbul Riasahnya di luar kepantasan dan kepatutan sehingga ia menyatakan bahwa dirinya adalah Tuhan dan orang lain diharuskan untuk mempertuhankan dirinya. Allah SWT berfirman: “Dan jika (ada sesuatu) yang kamu herankan, maka yang patut mengherankan adalah ucapan mereka: “Apabila kami telah menjadi tanah, apakah kami sesungguhnya akan (dikembalikan) menjadi makhluk yang baru?” Orang-orang itulah yang kafir kepada Tuhannya; dan orang-orang itulah (yang dilekatkan) belenggu di lehernya; maka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya.(surat Ar Ra’d (13) ayat 5). Selanjutnya dengan adanya keinginan untuk memimpin yang ada pada diri kita, tidak boleh serta tidak dapat pula dibenarkan jika kita sampai  menghasilkan Fir’aun-Fir’aun generasi baru yang bertindak tanpa tahu malu, yang bertindak diluar koridor hukum yang berlaku, yang bertindak melebihi umat-umat terdahulu yang telah dihancur luluhlantahkan oleh Allah SWT sehingga merasa lebih hebat dan lebih kuat daripada Allah SWTbahkan lebih t terdahulu yang telah dihancur luluhlantah oleh ALLAH SWTlaku, yang bertindak melebihi umat-umat terdahulu a.

 

Allah SWT berfirman: “Kerajaan yang hak pada hari itu adalah kepunyaan Tuhan Yang Maha Pemurah. Dan adalah (hari itu), satu hari yang penuh kesukaran bagi orang-orang kafir.(surat Al Furqaan (25) ayat 26). Jika kita sampai menghasilkan Fir’aun-Fir’aun generasi baru yang berasal dari penggunaan energi dan dorongan atas keinginan untuk memimpin maka kita telah gagal mendayagunakan Hubbul Riasah di dalam koridor Nilai-Nilai Kebaikan atau kita telah menyerahkan kekuasaan dan pengelolaan Hubbul Riasah kepada jasmani. Hasil akhir dari ini semua akan menghantarkan diri kita ke neraka Jahannam.

 

Sebagai abd’ (hamba)-Nya yang juga khalifah-Nya di muka bumi yang saat ini sedang mempergunakan Hubbul Riasah (keinginan untuk memimpin), ada satu hal yang harus kita perhatikan saat hidup di dunia ini, yaitu Allah SWT tidak membutuhkan apapun juga dari penggunaan dan pendayagunaan Hubbul Riasah sebab Allah SWT sudah Maha dan akan Maha selamanya. Allah SWT tidak memperdulikan apakah Hubbul Riasah mau dipergunakan dengan cara-cara Ilahiah ataukah mau dipergunakan dengan cara-cara syaitani, yang pasti adalah Allah SWT akan meminta pertanggungjawaban dari Hubbul Riasah  yang ada pada diri kita selama diri kita menjadi hambaNya yang juga khalifahNya di muka bumi. 

 

Saat ini sampai dengan ruh belum berpisah dengan jasmani, di dalam diri kita sudah ada tujuh Hubbul, tahukah kita berapa komposisi masing-masing Hubbul yang ada pada diri kita? Hanya Allah SWT sajalah yang paling tahu berapa komposisi masing-masing Hubbul yang ada di dalam diri kita. Samakah komposisi masing-masing Hubbul manusia? Komposisi dari masing-masing Hubbul antara satu manusia dengan manusia lainnya berbeda-beda. Adakah pengaruh perbedaan Hubbul di antara sesama manusia? Adanya perbedaan Hubbul akan menjadikan masyarakat menjadi dinamis dikarenakan dengan adanya perbedaan ini akan melahirkan minat-minat yang berbeda atau bakat-bakat yang berbeda, yang pada akhirnya akan memudahkan masyarakat melaksanakan kehidupan sosial.

 

Sekarang dapatkah Hubbul (kecintaan atau kecenderungan) dihilangkan dalam diri? Hubbul yang ada di dalam diri manusia merupakan sunnatullah yang harus kita terima sehingga Hubbul tidak boleh dihilangkan atau ditiadakan sehingga habis di dalam diri. Hubbul harus tetap ada dan terpelihara di dalam diri, gunakan, dayagunakan Hubbul sebaik mungkin tetapi jangan sampai membayakan apalagi menghancurkan diri kita atau dengan kata lain Hubbul harus seperti api yang menyala, terangnya kita gunakan tetapi api tersebut tidak boleh membakar diri kita sendiri. Sekarang apa jadinya jika manusia tidak memiliki Hubbul? Kehidupan manusia akan menjadi monoton, lambat, tidak ada aktivitas yang berarti, yang pada akhirnya akan menggagalkan program penghambaan dan program kekhalifahan di muka bumi yang telah direncanakan oleh Allah SWT.

 

Sebagai abd’ (hamba)-Nya yang juga sekaligus khalifah-Nya di muka bumi, mari kita perdalam lagi pembelajaran tentang Hubbul ini dengan sebaik mungkin. Untuk itu akan kami kemukakan beberapa pertanyaan berikut ini:

 

1.       Dimanakah Hubbul Diletakkan oleh Allah SWT?.  Hubbul diletakkan oleh Allah SWT di dalam diri manusia sehingga Hubbul akan mengisi keseluruhan jasmani dan ruh manusia. Adanya kondisi ini berarti Hubbul dapat dipergunakan baik oleh jasmani maupun ruh manusia. Selanjutnya Hubbul yang ada di dalam diri  manusia akan menjadi mesin penggerak atau akan menjadi energi pendorong bagi manusia untuk melakukan sesuatu untuk kepentingan manusia itu sendiri, atau untuk menunjukkan jati diri seseorang melalui aktivitas-aktivitas yang dilakukannya seperti memimpin, memuji dan dipuji, belajar dan mempelajari ilmu dan pengetahuan, mencari nafkah, berkumpul atau berorganisasi dan juga menikah. Adanya Hubbul di dalam diri akan mendorong manusia berbuat sesuatu, melakukan sesuatu, memperlihatkan sesuatu kepada khalayak bahwa ia ada di dalam masyarakat sehingga terjadilah interaksi di antara masyarakat dan melalui Hubbul pula akan diketahui bakat seseorang atau kecenderungan seseorang atau pola tingkah laku seseorang sehingga kita tahu bagaimana menangani orang tersebut atau mengantisipasi orang tersebut atau kita tahu bagaimana harus bersikap menghadapi orang lain yang mempunyai kecenderungan atau memiliki tingkat Hubbul tertentu.

 

Hubbul tidak dapat dihilangkan atau tidak boleh dibuang layaknya barang bekas yang sudah tidak terpakai lagi atau habis manis sepah dibuang. Hubbul harus dipergunakan atau harus didayagunakan oleh setiap manusia untuk keperluan (kemaslahatan) manusia itu sendiri termasuk di dalamnya untuk kepentingan keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Manusia tidak boleh merusak, tidak boleh mengkebiri, tidak boleh mengkambing hitamkan, tidak boleh menganak-emaskan serta tidak diperkenakan untuk  mengeksploi-tasi Hubbul di luar nilai-nilai kebaikan. Untuk itu Hubbul yang ada di dalam diri manusia wajib dipelihara, wajib dijaga, wajib didayagunakan sesuai dengan ukuran-ukuran atau aturan-aturan atau norma-norma yang berlaku di dalam kerangka mensukseskan manusia menjadi abd’ (hamba)-Nya yang juga khalifah-Nya di muka bumi yang sesuai dengan kehendak Allah. Hal yang harus kita perhatikan adalah Allah SWT akan meminta pertanggungjawaban kepada setiap manusia, tanpa terkecuali termasuk diri kita, atas penggunaan Hubbul saat diri kita hidup di dunia.

 

2.  Adakah Hubungan Hubbul Dengan Jasmani dan Ruh?. Jasmani dan juga Ruh mempunyai hubungan yang sangat erat dengan Hubbul yang ada di dalam diri manusia. Hal ini dikarenakan Hubbul baru dapat dipergunakan atau baru dapat didayagunakan sebagai energi pendorong jika jasmani dan ruh masih bersatu. Atau dengan kata lain hanya pada saat manusia hidup di muka bumi sajalah Hubbul dapat dipergunakan baik oleh jasmani maupun oleh ruhi. Hal yang harus kita ketahui dengan pasti adalah penggunaan atau pemakaian atau pendayagunaan dari Hubbul oleh jasmani maupun oleh ruh akan memberikan dampak yang sangat berlawanan baik ditinjau dari sisi tata cara penggunaan Hubbul maupun dari hasil akhir dari penggunaan Hubbul.

 

Hubbul jika dipergunakan, dimanfaatkan serta didayagunakan oleh jasmani maka hasil akhir dari penggunaan Hubbul akan sesuai dengan nilai-nilai keburukan yang berasal dari sifat dasar alam atau sesuai dengan sifat alamiah jasmani yang paling dikehendaki syaitan. Sedangkan jika Hubbul  dipergunakan, didayagunakan oleh ruh maka hasil akhirnya akan sesuai dengan nilai-nilai kebaikan. Adanya kondisi ini menunjukkan kepada diri kita bahwa pilihan untuk menjadikan ruhani atau jasmani menjadi komandan bagi Hubbul ada pada diri kita sendiri sehingga hasil akhirnya pun diri kita sendiri pula yang akan merasakannya.

 

Sekarang ada pertanyaan baru, ke manakah perginya Hubbul setelah ruh berpisah dengan jasmani? Setelah berpisahnya jasmani dengan ruh maka Hubbul sebagai perhiasan bagi manusia saat hidup di dunia hilang seiring dengan tibanya kematian (Hubbul tidak ikut siapa-siapa). Jasmani akan pulang ke pekuburan tanpa membawa serta Hubbul atau jasmani akan kembali ke tanah tanpa membawa apa-apa kecuali kain putih. Sedangkan Ruh pulang ke alam barzah untuk menunggu waktu  mempertang-gungjawabkan segala penggunaan dan pendayagunaan Amanah yang 7 dan Hubbul yang 7 dihadapan Allah SWT.  Jika ini yang akan terjadi pada diri kita, sudahkah kita mempersiapkan diri sebaik mungkin untuk proses mempertanggungjawabkan segala perbuatan yang telah kita lakukan dihadapan Allah SWT?

 

3.  Adakah Hubungan Antara Hubbul Dengan Amanah Yang 7 sebagai Modal Dasar Manusia?. Hubbul serta Amanah yang 7 merupakan pemberian Allah SWT atau sesuatu yang berasal dari Allah SWT yang diberikan kepada setiap manusia baik laki-laki maupun perempuan sebagai alat bantu atau sarana bagi manusia untuk melaksanakan tugas sebagai khalifah di muka bumi. Jika Hubbul dan Amanah yang 7 asalnya dari Allah SWT maka dapat dipastikan Hubbul dan Amanah yang 7 pasti sesuatu yang baik dan bermanfaat serta berdayaguna tinggi bagi kepentingan hidup dan kehidupan manusia sepanjang keduanya dipergunakan, dimanfaatkan, didayagunakan di dalam koridor nilai-nilai kebaikan. Jika ini yang terjadi maka akan dapat menghantarkan diri kita bahagia dunia dan akhirat.

 

Demikian pula sebaliknya jika keduanya dipergunakan, dimanfaatkan, didayagunakan di dalam koridor nilai-nilai keburukan maka hasilnya akan sesat lagi menyesatkan manusia yang pada akhirnya akan dapat menghantarkan diri kita menempuh hidup baru bersama syaitan di neraka Jahannam. Selanjutnya adakah hubungan antara Amanah yang 7 dengan Hubbul  yang 7 yang ada di dalam diri manusia? Amanah yang 7 dan Hubbul yang 7 mempunyai hubungan yang erat, kait mengkait baik langsung maupun tidak langsung dimana dari hasil dayaguna atau hasil olahan antara Hubbul yang 7 dan Amanah yang 7 tersebut akan menghasilkan sesuatu yang baik maupun yang tidak baik atau akan menjadikan diri kita sesuai dengan kehendak Allah SWT atau menjadikan diri kita sesuai dengan kehendak syaitan.

 

Adanya kondisi dan ketentuan baik atau  buruk, sesuai kehendak Allah SWT atau sesuai kehendak syaitan akan sangat tergantung siapakah yang mengendalikan atau siapakah yang menjadi komandan bagi Hubbul yang 7 dan Amanah yang 7 tersebut.Jika ruh yang menjadi komandan maka hasilnya sesuai dengan Nilai-Nilai Kebaikan yang dikehendaki Allah SWT. Sedangkan jika jasmani menjadi komandan maka hasilnya sesuai dengan Nilai-Nilai Keburukan yang dikehendaki syaitan. Untuk itu berhati-hatilah dengan Amanah yang 7 dan juga Hubbul yang 7  dikarenakan apapun hasil akhirnya akan dimintakan pertanggungjawaban nya oleh Allah SWT.


Selanjutnya akan kami contohkan 3(tiga) buah kemungkinan kombinasi antara Hubbul yang 7 dengan Amanah yang 7 yang dapat terjadi pada diri manusia, yaitu:

 

a.   Jika diri kita memiliki Hubbul Riasah tinggi, kemudian hal ini ditunjang dengan kemampuan Ilmu, Kalam, Pendengaran, Penglihatan serta Kehendak yang kuat pula maka hasil dari kepemimpinan yang kita lakukan belum tentu baik hasilnya walaupun kondisi dari bauran Hubbul Riasah dan Amanah yang 7 memungkinkan kita berhasil menjadi seorang pemimpin. Kenapa hal ini bisa terjadi? Semuanya sangat tergantung sejauh mana jasmani atau ruh mempengaruhi Hubbul Riasah dan Amanah yang 7.  Berikutnya jika sampai jasmani mampu mengendalikan dan mempengaruhi Hubbul Riasah dan Amanah yang 7 dari pemimpin tersebut maka kepemimpinannya akan berada di dalam koridor nilai-nilai keburukan. Sedangkan jika ruh mampu mengendalikan, mampu mempengaruhi Hubbul Riasah dan Amanah yang 7 dari pemimpin tersebut maka kepemimpinan-nya akan berada di dalam koridor nilai-nilai kebaikan.

 

b.  Jika kita mempunyai Hubbul Istitlaq yang tinggi yang kemudian ditunjang dengan kemampuan Ilmu, Kalam, Pendengaran, Penglihatan serta Kehendak yang kuat pula, secara kasat mata akan dapat menjadikan diri kita seorang Ilmuwan. Selanjutnya dapatkah diri kita menjadi seorang Ilmuwan yang sesuai dengan kehendak Allah SWT? Hasilnya sangat  tergantung siapa yang mengendalikan atau siapa yang menjadi komandan atas Hubbul dan Amanah yang 7 tersebut.

 

c.   Jika kita mempunyai Hubbul Maal yang tinggi yang kemudian ditunjang de-ngan kemampuan Ilmu, Kekuatan, serta Kehendak  yang kuat, secara kasat mata akan menjadikan diri kita seorang milyarder atau kita akan memiliki harta dan kekayaan yang melimpah. Sekarang apakah milyarder atau harta kekayaan yang melimpah tersebut secara otomatis memenuhi koridor Nilai-Nilai Kebaikan? Semuanya sangat tergantung siapa yang mengendalikan atau siapa yang menjadi komandan bagi Hubbul dan Amanah yang 7 tersebut.

 

Hal yang harus kita perhatikan adalah sepanjang milyarder dapat menjadikan diri kita menjadi seorang yang dermawan atau harta kekayaan yang kita miliki  melanggar ketentuan halal dan haram, berarti diri kita telah salah di dalam mempergunakan Hubbul Maal dan Amanah yang 7. Amanah yang 7 dan Hubbul yang 7 merupakan anugerah yang diberikan oleh Allah SWT kepada setiap manusia tanpa terkecuali. Sebagai sebuah Anugerah dari Allah SWT dapat dipastikan baik Amanah 7 dan Hubbul yang 7 adalah baik lagi bermanfaat. Akan tetapi jika sesuatu yang baik lagi bermanfaat tidak menghasilkan sesuatu atau tidak dapat menjadikan diri manusia baik lagi bermanfaat sesuai dengan koridor pemilik Amanah 7 dan juga Hubbul yang 7 maka berhati-hatilah di dalam mempergunakan Amanah yang 7 dan juga Hubbul yang 7 sebab akan dimintakan pertanggung jawabannya oleh Allah SWT kelak.

 

4. Adakah Hubungan Hubbul Dengan Asmaul Husna?. Setiap manusia pasti memiliki Hubbul, yang terdiri dari Hubbul Syahwat (Ingin Berhubungan Dengan Lawan Jenis), Hubbul Hurriyah (Ingin Bebas), Hubbul Istitlaq (Ingin Tahu), Hubbul Jam’i (Ingin Berkumpul), Hubbul Maal (Ingin Harta Kekayaan), Hubbul Maadah (Ingin Dipuji) dan Hubbul Riasah (Ingin Jadi Pemimpin). Hubbul diberikan oleh Allah SWT sebagai sebuah perhiasan bagi manusia guna mensukseskan, guna memudahkan manusia menjadi abd’ (hamba)-Nya yang juga khalifah-Nya di muka bumi. Lalu adakah hubungan antara Hubbul yang kita miliki dengan perbuatan-perbuatan Allah SWT yang berjumlah 99 (sembilan puluh sembilan) seperti yang termaktub dalam Asmaul Husna? Hubbul yang ada pada diri manusia tidak dapat dipisahkan dengan Af’al atau perbuatan-perbuatan Allah SWT yang berjumlah 99 (sembilan puluh sembilan) seperti yang termaktub dalam Asmaul Husna. Apa buktinya?

 

a.  Lihat dan perhatikanlah Hubbul Syahwat (Keinginan untuk  Berhubungan Dengan Lawan Jenis) yang keberadaannya tidak dapat dipisahkan dengan perbuatan Ar Rakhman dan Ar Rahiem yang dimiliki oleh Allah SWT sehingga tidak berlebihan jika Hubbul Syahwat dikatakan sebagai tetesan dari Ar Rakhman dan  Ar Rahiem yang dimiliki Allah SWT. 


b.   Lihatlah Hubbul Hurriyah (Ingin Bebas) yang keberadaannya tidak dapat di pisahkan  dengan Al Aziz dan Al Jabbar yang dimiliki Allah SWT sehingga tidak berlebihan jika Hubbul Hurriyah dikatakan sebagai tetesan dari Al Aziz dan Al Jabbar yang dimiliki Allah SWT.


c.  Lihatlah Hubbul Istitlaq (Ingin Tahu) yang keberadaannya tidak dapat di pisahkan dengan Al 'Aliem dan Ar Rasyid yang dimiliki Allah SWT sehingga tidak berlebihan jika Hubbul Istitlaq dikatakan sebagai tetesan dari Al 'Aliem dan Ar Rasyid yang dimiliki Allah SWT.


d.  Lihatlah Hubbul Jam’i (Ingin Berkumpul) yang keberadaannya tidak dapat dipisahkan dengan Al Jaami’ yang dimiliki  Allah SWT sehingga tidak berlebihan jika Hubbul Jam'i dikatakan sebagai tetesan dari Al Jaami’ yang dimiliki Allah SWT.


e.     Lihatlah Hubbul Maal (Ingin Harta Kekayaan) yang keberadaannya tidak dapat dipisahkan dengan Ghoniyy, Al Waajid dan Al Mughniy yang dimiliki oleh Allah SWT sehingga tidak berlebihan jika Hubbul Maal dikatakan sebagai tetesan Al Ghoniyy, Al Waajid dan Al Mughniy yang dimiliki Allah SWT.


f.  Lihatlah Hubbul Maadah (Ingin Dipuji) yang keberadaannya tidak dapat dipisahkan dengan Al Hamid yang dimiliki Allah SWT sehingga tidak berlebihan jika Hubbul Maadah dikatakan sebagai tetesan Al Hamid yang dimiliki Allah SWT.


g.    Lihatlah Hubbul Riasah (Ingin Jadi Pemimpin) yang keberadaannya tidak dapat dipisahkan dengan Al Maalik yang dimiliki oleh Allah SWT sehingga tidak berlebihan jika Hubbul Riasah dikatakan sebagai tetesan Al Maalik yang dimiliki Allah SWT.

 

Sebagai abd’ (hamba)-Nya yang juga khalifah-Nya di muka bumi sudahkah kita mendayagunakan Hubbul sesuai dengan kriteria pemilik Asmaul Husna? Jika sampai diri kita mendayagunakan Hubbul tidak sesuai dengan kebesaran dan kemahaan Allah SWT sehingga belum mencerminkan kebesaran dan kemahaan Allah SWT yang termaktub dalam nama-namaNya yang indah lagi baik berarti apa yang kita lakukan belum sesuai dengan kehendak Allah SWT. Untuk itu bersiap-siaplah untuk memper-tanggungjawabkan itu semua dihadapan Allah SWT dikarenakan apa yang diberikan oleh Allah SWT bukanlah barang gratisan yang bisa seenaknya kita pergunakan tanpa menghiraukan Allah SWT selaku pemberi Hubbul.

 

5. Adakah Hubungan Hubbul Dengan Kekhalifahan Manusia Di Muka Bumi?. Khalifah adalah pengatur, pemelihara, penjaga, pengayom, pengawas terhadap apa-apa yang telah Allah SWT ciptakan di muka bumi. Adanya khalifah di muka bumi, maka khalifah tersebut secara tidak langsung adalah pelaksana tugas-tugas sehari-hari Allah SWT atau perpanjangan tangan Allah SWT (Ex Officio Allah SWT) di muka bumi dengan demikian akan terciptalah kedamaian dan akan terciptalah ketentraman di muka bumi oleh sebab adanya khalifah. Jika ini yang harus dilakukan oleh manusia, berarti untuk menjadi khalifah yang baik dan benar maka kita harus memiliki atau mempersiapkan hal-hal sebagai berikut :

 

a.       Ilmu yang tidak dapat dipisahkan dengan Hubbul Istitlaq.

b.   Pemimpin atau Kepemimpinan yang tidak dapat dipisahkan dengan Hubbul Riasah.

c.  Keuangan atau Kemampuan Finansial yang tidak dapat dipisahkan dengan Hubbul Maal.

d.  Kelompok atau Jamaah yang tidak dapat dipisahkan dengan Hubbul Jam'I dikarenakan manusia adalah makhluk sosial.

e.     Aktualisasi Diri yang tidak dapat dipisahkan dengan Hubbul Maadah.

f.  Kebebasan untuk bertindak yang tidak dapat dipisahkan dengan Hubbul Hurriyah.

 

Sekarang dapatkah kita melaksanakan fungsi kekhalifahan dengan baik dan benar jika tidak ada Hubbul atau Keinginan di dalam diri? Hubbul mutlak diperlukan bagi manusia untuk memudahkan manusia melaksanakan tugas sebagai khalifah di muka bumi. Akan tetapi dengan Hubbul saja belum tentu dapat menjadikan manusia menjadi khalifah yang sekaligus makhluk pilihan atau menjadikan manusia sesuai dengan kehendak Allah SWT. Hal ini dikarenakan seorang manusia baru dapat dikatakan sesuai dengankehendak Allah jika manusia mampu memenuhi kualifikasi sebagai berikut: Manusia mampu melaksanakan perintah dan laranganNya;  Manusia tidak boleh mensyerikatkan Allah SWT dengan sesuatu; Manusia diwajibkan berbakti kepada kedua orang tua serta mampu melaksanakan Diinul Islam secara kaffah.

 

Dan jika diri ini ingin sukses menjadi abd’ (hamba)-Nya yang juga khalifah-Nya di muka bumi yang sekaligus menjadi Makhluk Pilihan maka dibutuhkan energi, semangat, dorongan serta kekuatan yang berasal dari Amanah yang 7 dan Hubbul yang 7 yang masih fitrah serta melaksanakan Diinul Islam secara kaffah. Akan tetapi jika manusia hanya ingin sukses di menjadi khalifah saja di dunia ini yang tentunya sesuai dengan kehendak syaitan maka serahkanlah pengelolaan dan manajemen Amanah yang 7 dan Hubbul yang 7 kepada jasmani dengan mengabaikan Diinul Islam saat hidup di muka bumi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar