Kebahagiaan kita yang
hakiki memerlukan ilmu dan pengetahuan yang absolute tentang segala hal.Ini
tidak akan mungkin dicapai oleh manusia. Karena itu, mengikuti jalur yang sudah
digariskan oleh Allah SWT dan berusaha menggapai ridhaNya dalam keadaan susah dan
senang, memberi kita banyak jaminan meraih perangkat yang menghantarkan kita
kepada ketentraman dan kemenangan. Melalui kerja keras dan pengamatan yang
dalam, kita harus berusaha menggali detail detailnya dan mengupayakan segala
hal yang bisa membantu kita mewujudkan kehidupan yang lebih tentram dan lebih
sedikit lukanya serta lebih banyak maknanya.
“Hakekatnya,
manusia pada umumnya tidak ingin meyakini suatu kenyataan, mereka hanya
berusaha meyakini apa yang ingin diyakininya saja"
Merupakan hal yang sulit bagi kita untuk mengetahui apa itu hakekat dari kebahagiaan, hakikat hidup tentram dalam kemenangan. Kita juga sulit menghadapi peristiwa peristiwa kehidupan ini dengan tegar dan hati lapang, selama kehidupan dunia dan kehidupan akhirat tidak kita lihat sebagai dua episode dari satu novel.Meskipun episode pertama lebih singkat dan lebih enteng, namun episode kedua tidak akan ada dan tidak akan enak dibaca kecuali setelah ada dan selesai dibacanya atau dilaluinya episode pertama. Ingat, orang yang tidak melewati kehidupan dunia, tidak akan mendapat tempat di akhirat dan syurga kelak. Ini menjadikan betapa pentingnya melihat kehidupan yang sekarang kita jalani di bumi ini tidak dengan sebelah mata (dianggap enteng dan remeh serta tanpa perjuangan dan doa). Sebab episode kehidupan dunia adalah satu satunya jalan menuju kehidupan yang abadi dan kekal.
Allah SWT berfirman: “Dan
di antara mereka ada orang yang bendoa: "Ya Tuhan Kami, berilah Kami
kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah Kami dari siksa
neraka"[127]. (surat Al Baqarah (2) ayat 201)
[127] Inilah doa yang sebaik-baiknya bagi seorang Muslim.
Sebagai abd’
(hamba)-Nya yang sekaligus khalifah-Nya di muka bumi tentu kita sangat berharap
episode episode kehidupan yang kita jalani sesuai dengan kehendak Allah SWT,
yaitu bahagia di dunia dan bahagia di akhirat dan terhindar dari siksa api
neraka (lihat surat Al Baqarah (2) ayat 201 di atas).
Agar apa yang menjadi
kehendak Allah SWT berlaku kepada diri kita maka Allah SWT sudah memberikan
modal dasar yang sangat hebat dan kepada diri kita, seperti ruh yang sangat
luar biasa, jasmani yang sangat hebat, adanya modal dasar yang berasal dari
sifat ma’ani Allah SWT, ada motor penggerak berupa hubbul yang tujuh, adanya
perasaan dan akal yang diletakkan di dalam hati serta diberikannya Diinul Islam
sebagai sebuah konsep ilahiah bagi kepentingan manusia. Lalu sudahkah kita
mempelajarinya, memahaminya, lalu melaksanakannya!
Agar rencana besar
konsep penghambaan dan konsep kekhalifahan di muka bumi berjalan sesuai dengan
kehendak-Nya maka setiap manusia juga telah diberikan oleh Allah SWT hati dan
pikiran yang sejatinya adalah sebuah software (perangkat lunak). Pikiran
hardwarenya (perangkat kerasnya) adalah otak, sedangkan hati hardwarenya (perangkat
kerasnya) adalah jantung. Software (perangkat lunak) dari pikiran itu sejatinya
untuk mengontrol gerak mekanis dari tubuh manusia, sedangkan software
(perangkat lunak) hati itu sejatinya untuk mengontrol gerak rasa/perasaan
(af’idah) dan juga gerak iradat (kehendak) manusia di dalam melaksanakan
tugasnya sebagai khalifah. Adanya hati dan pikiran yang diberikan oleh Allah
SWT sejatinya dapat kita pergunakan untuk kebaikan diri kita, keluarga dan anak
keturunan, masyarakat, bangsa dan juga negara.
Sebagai bahan
perbandingan, saat ini manusia baru bisa menciptakan software pikiran melalui
intelegensia buatan. Manusia belum bisa menciptakan apa yang dinamakan dengan
software hati. Hasilnya adalah terciptalah robot robat yang jalan hidupnya
kaku, karena tidak memiliki software hati. Disinilah letak yang paling mendasar
dari diberikannya pikiran dan hati oleh Allah SWT kepada manusia, sehingga
manusia tidak menjadi robot robot dalam kehidupannya atau menciptakan manusia
yang bersifat robot. Manusia harus mampu menjadi khalifah yang sesuai dengan
kehendakNya.
Di lain sisi, untuk
bisa meraih kebahagiaan hidup yang hakiki tidak memerlukan banyak pengetahuan
(pemikiran), tetapi memerlukan hikmah yang tertancap dalam hati (bisikan hati).
Karenanya, sedikit hikmah lebih bermanfaat sekalipun pengetahuan yang ada cuma
sedikit. Ketika kita tidak punya bisikan hati yang berasal dari hikmah karena
banyaknya pengetahuan seperti tidak
berarti apa apa bagi diri kita.
Allah SWT berfirman:
“Allah menganugerahkan Al Hikmah (kefahaman yang dalam tentang AlQuran dan As
Sunnah) kepada siapa yang dikehendaki-Nya. dan Barangsiapa yang dianugerahi
hikmah, ia benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak. dan hanya
orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah).
(surat Al Baqarah (2) ayat 269)
Lalu dimanakah Allah
SWT meletakkan hikmah itu? Hikmah tidak diletakkan oleh Allah SWT di dalam
pikiran seseorang. Hikmah diletakkan di dalam hati seseorang yang bersih dan
sehat (hati yang mukmin). Adanya kondisi ini maka dapat dikatakan hikmah
bukanlah sesuatu yang bisa kita dapatkan begitu saja, hikmah ada dan terasa di
dalam hati sepanjang hati kita memenuhi syarat dan ketentuan yang berlaku. Ayo
segera siapkan hati kita untuk bisa menerima hikmah hikmah yang sudah
dipersiapkan oleh Allah SWT kepada umatnya.
Malik bin Dinar
pernah berkata: “Sesungguhnya orang orang yang suka berbuat baik, hatinya didewasakan
dengan kebajikan dan orang orang yang suka berbuat maksiat hatinya dibusukkan
dengan kemaksiatan”. Allah SWT pasti mengetahui dan juga pasti melihat
kecenderungan ini. Oleh karena itu, perhatikanlah dengan seksama apa yang
menjadi kecenderunganmu itu. Untuk itu jangan membiasakan diri memikirkan
sesuatu yang akan melemahkan iman di hatimu. “Sesungguhnya lemah iman adalah
asal segala dosa, kecemasan dan kesedihan”. Sibukkan hatimu dengan
sesuatu yang membuatmu yakin. Sesungguhnya keyakinan akan mewariskan ketaatan,
menjauhkan kita dari kecemasan dan kesedihan, membuat kita merasa aman, dan
mendekatkanmu kepada ketenangan dan kegembiraan.
Adapun bisikan hati,
keadaannya sulit untuk dijelaskan. Ia bisa menjadi sumber kebaikan maupun
kejahatan. Dari situlah muncul suatu keinginan dan tekad. Barangsiapa memperhatikan bisikan
hatinya, pasti mampu mengendalikan hawa nafsunya. Barangsiapa dikalahkan oleh
bisikan hatinya, berarti dikalahkan oleh nafsunya. Barangsiapa meremehkan
bisikan hatinya maka kebinasaan akan menghampirinya. Bisikan senantiasa
menyertai hati hingga berubah menjadi sesuatu yang bathil. Allah SWT berfirman:
“dan orang-orang
kafir amal-amal mereka adalah laksana fatamorgana di tanah yang datar, yang
disangka air oleh orang-orang yang dahaga, tetapi bila didatanginya air itu Dia
tidak mendapatinya sesuatu apapun. dan didapatinya (ketetapan) Allah disisinya,
lalu Allah memberikan kepadanya perhitungan amal-amal dengan cukup dan Allah
adalah sangat cepat perhitungan-Nya[1042]. (surat An Nuur (24) ayat 39)
[1042] Orang-orang kafir, karena amal-amal mereka tidak
didasarkan atas iman, tidaklah mendapatkan Balasan dari Tuhan di akhirat
walaupun di dunia mereka mengira akan mendapatkan Balasan atas amalan mereka
itu.
Manusia yang paling
rendah komitmennya dan jiwanya adalah orang yang merasa puas dengan kenyataan
yang ada di dalam angan angan yang palsu, kemudian dibawa dan dijadikan
perhiasan untuk dirinya.Demi Allah, angan angan adalah modal mereka yang tak
punya harta dan barang perniagaan bagi para pemalas.. Angan angan adalah
makanan bagi jiwa yang kosong yang merasa puas hanya dengan mengkhayalkan
kenyataan dan selesainya perjalanan. Angan angan adalah sesuatu yang paling
membahayakan manusia, yang muncul dari kelemahan dan kemalasan. Angan angan
dapat menyebabkan manusia lalai, rugi, dan menyesal.
Orang yang
berangan-angan, ketika secara fisik gagal mencapai kenyataan, ia membawa
bayangan dan kenyataan itu ke dalam hatinya kemudian mendekap dan memeluknya.
Ia puas dengan khayalan yang dibuat oleh pikirannya. Padahal tindakannya itu
sama sekali tidak bermanfaat baginya. Perumpamaanya seperti orang yang lapar
dan haus yang menghadirkan makanan dan minuman dalam khayalannya. Khayalan itu
tidak akan pernah mengusir kelaparan dan kehausannya.
Hidup bersama
angan-angan menunjukkan rendah dan hinanya jiwa seseorang. Kemuliaan, kesucian,
dan kehormatan jiwa hanya dicapai dengan membersihkan segala khayalan palsu
dari hati dan mencegahnya melintas dalam pikiran. Obat yang paling mujarab
adalah menyibukkan diri dengan memikirkan sesuatu yang bermanfaat dan
meninggalkan yang tidak bermanfaat. Memikirkan sesuatu yang tidak bermanfaat
adalah pintu segala kejahatan. Orang yang memikirkan sesuatu yang tidak
bermanfaat, berarti telah kehilangan banyak hal. Ia berbuat sesuatu yang tak
berguna sehingga melewatkan sesuatu yang paling berguna.
Oleh karena itu,
angan angan dan pikiran, keinginan dan niat, merupakan sesuatu yang harus lebih
dahulu diperbaiki. Hal itu merupakan ciri khas seseorang yang dapat
membuatnya dekat maupun jauh dari Tuhan, yaitu Tuhan yang setiap orang
berbahagia jika berada di dekat-Nya dan mendapat ridha-Nya, dan menderita jika
berada jauh dari-Nya dan mendapat murka-Nya. Barangsiapa keinginan dan
pikirannya rendah dan hina, maka seluruh urusannya pun rendah dan hina. Dan jangan
sampai syaitan masuk dalam pikiran dan keinginan Anda, karena di situ dia akan
membuat kerusakan yang sulit diperbaiki; menimbulkan keraguan dan ide yang
berbahaya, dan menyulitkan Anda untuk memikirkan sesuatu yang bermanfaat bagi
hidup dan kehidupan. Jika Anda membiarkannya masuk ke dalam hati dan
membisikkan sesuatu, berarti Anda telah membantunya menguasai diri Anda.
Apa yang ingin
dimasukkan oleh syaitan ke dalam diri seseorang tidak lain adalah dorongan
untuk berandai-andai, memikirkan sesuatu yang keji dan haram, membuat
angan-angan palsu mengenai kebhatilan dan sesuatu yang mustahil. Bertolak dari sini,
syaitan kemudian menjadikan pikiran itu sebagai keinginan yang tak mungkin
dicapai dan tak mungkin habis sehingga menjadi pusat pikiran dan angan angannya
(inilah salah satu pintu masuk syaitan mengganggu dan menggoda manusia).
Cara memperbaikinya,
pertama dari sisi ilmu, hendaknya Anda menyibukkan pikiran Anda dengan ilmu dan
pengetahuan yang berkaitan dengan akidah, kematian, kehidupan setelahnya dan
sesuatu yang dapat merusak amal dan cara mencegahnya. Kedua, dari sisi
keinginan dan tekad, Anda harus menyibukkan diri Anda dengan keinginan yang
bermanfaat dan meninggalkan keinginan yang tidak bermanfaat dan berbahaya.
Pikiran yang paling
mulia dan bermanfaat adalah pikiran yang dicurahkan untuk Allah SWT dan untuk
kehidupan akhirat. Adapun yang termasuk yang dicurahkan untuk Allah SWT dapat
kami kemukakan sebagai berikut:
1. Pikiran yang
dicurahkan untuk merenungkan ayat ayat yang diturunkan Allah SWT, sekaligus
memahaminya. Inilah tujuan ayat ayat tersebut diturunkan, bukan hanya untuk
dibaca. Membacanya adalah sarana bukan tujuan dari diturunkannya Al Qur’an.
2. Pikiran yang
dicurahkan untuk merenungkan ayat ayat Allah SWT yang dikenal dengan ayat ayat
kauniyah (fenomena alam) kemudian mengambil pelajaran dan menjadikannya sebagai
bukti atas nama, sifat, hikmah, kebaikan dan keberadaanNya.
3. Pikiran yang
dicurahkan untuk nikmat, kebaikan dan usahaNya dalam membe-rikan kenyamanan
kepada ciptaanNya, serta luasnya rahmat, ampunan dan kasing sayangNya.
4. Pikiran yang
dicurahkan untuk aib diri sendiri dan banyaknya serta kekurangan perbuatan
perbuatan yang telah dikerjakan.
5. Pikiran yang
dicurahkan untuk waktu dan kewajiban yang menyertainya. Segala sesuatu yang
penting, semuanya tergantung pada waktu. Orang bijaksana tidak membiarkan
waktunya berlalu, sebab jika waktunya berlalu, berlalu pulalah seluruh manfaat
yang ingin diraihnya.
Kebalikan dari
pikiran di atas adalah pikiran yang dicurahkan untuk hal hal yang hina yang
terbetik di hati kebanyakan manusia, diantaranya:
1. Pikiran yang
dicurahkan untuk sesuatu yang tidak dianjurkan dan ilmu yang tidak bermanfaat.
Misalnya memikirkan bagaimana dzat dan sifat Allah, hal yang sebenarnya di luar
kesanggupan manusia.
2. Pikiran yang
dicurahkan untuk sesuatu yang tidak bermanfaat. Misalnya pikiran yang
dipergunakan untuk nongkrong di pinggir jalan, main kartu gaple dan lain
sebagainya.
3. Pikiran yang
dicurahkan untuk syahwat, kenikmatan dan cara mendapatkannya. Meskipun nikmat,
hal itu berakibat tidak bagi manusia, tidak hanya di dunia tetapi juga di
akhirat kelak.
4. Pikiran yang
dicurahkan untuk sesuatu yang belum terjadi dan bagaimana jika itu terjadi.
Seperti orang yang membayangkan dirinya menjadi pejabat, mendapatkan harta
karun. Ia memikirkan apa yang akan diperbuat, untuk apa ia membelanjakan,
bagai-mana ia mengambilnya dan lain sebagainya.
5. Pikiran yang
dicurahkan untuk kondisi orang lain dan hartanya, serta pikiran pi-kiran sejenis
yang berasal dari jiwa yang kosong dari mengingat Allah SWT, Rasul-Nya dan
kehidupan akhirat.
6. Pikiran yang
dicurahkan untuk muslihat dan makar yang tidak perlu untuk men-capai tujuan dan
keinginan yang halal maupun haram.
7. Pikiran yang
dicurahkan untuk syair syair dan segala jenisnya.
8. Pikiran yang
dicurahkan untuk pembahasan dan gagasn yang tidak ada wujudnya, bahkan sama
sekali tidak dibutuhkan manusia.
Kedelapan pikiran
yang telah kami kemukakan di atas ini, bahayanya lebih besar dibandingkan
dengan manfaatnya (manfaat lebih kecil dari mudharat). Sekarang bagaimana
caranya untuk menjaga bisikan hati (hikmah)? Jawaban dari pertanyaan ini adalah
banyak, yaitu:
1. Meyakini bahwa Allah
yang Mahasuci melihat hati Anda dan mengetahui bisi-kannya secara terperinci.
2. Malu kepada-Nya.
3. Mengagungkan-Nya
dengan meyakini bahwa Dia melihat bisikan itu di dalam ru-mahnya, yaitu hati
yang sebenarnya diciptakan untuk mengetahui dan mencintai-Nya.
4. Takut martabat Anda
akan jatuh di mata-Nya karena bisikan tersebut.
5. Lebih mengutamakanNya
sehingga hati Anda hanya mencintaiNya.
6. Khawatir bahwa
bisikan tersebut akan melahirkan kejahatan yang memakan iman dan cinta Anda
kepadaNya hingga tak tersisa dan Anda tidak merasa kehilangan apa apa.
7. Mengetahui bahwa
bisikan seperti biji bijian yang menangkap burung. Hendaknya Anda mengetahui
bahwa salah satu bisikan hati Anda adalah biji yang dipasang di dalam perangkap
untuk memburu Anda dan Anda tidak merasa.
8. Hendaknya Anda
mengetahui bahwa bisikan yang hina tidak bisa bersatu dengan bisikan iman dan
penyeru kepada cinta dan kembalki kepada Allah. Bahkan keduanya bertolak belakang
dalam segala hal. Jika kedua bersatu, pasti salah satu mengalahkan yang lain,
mengusirnya serta menduduki tempatnya. Lalu apakah yang akan terjadi pada hati
apabila bisikan nafsu dan syaitan dapat mengalahkan bisikan iman, ma’rifat dan
mahabbah (cinta) kemudian mengusir dan menduduki tempatnya? Apabila hidup, hati
pasti merasakan pedihnya penderitaan ini.
9. Mengetahui bahwa
bisikan adalah lautan khayal yang tak bertepi. Apabila hati masuk ke dalamnya,
maka hati akan tenggelam dan lenyak dalam kegelapan. Ia tidak dapat
menyelamatkan diri karena disana tidak ada jalan keluar. Hati yang dikuasai
oleh bisikan jahat akan jauh dari keberuntungan, tersiksa dan sibuk dengan
sesuatu yang tidak bermanfaat.
10. Mengetahui bahwa
bisikan jahat adalah lembah orang orang dungu dan angan angan orang bodoh yang
hanya membuahkan penyesalan dan kehinaan. Jika dapat mengalahkan hati, bisikan
tersebut akan melahirkan rasa was was padanya, melucuti kekuasaannya,
membinasakan rakyatnya dan menjadikannya tawanan dalam waktu yang lama.
Sebaliknya, bisikan iman adalah sumber dari segala kebaikan. Jika disemai di dalam hati kemudian disiram dan dijaga, ia akan membuahkan perbuatan yang terpuji, memenuhi hati dengan kebaikan, menggerakkan semua anggota tubuh untuk menjalankan perintah dan larangan-Nya, mendudukan sang raja di atas singgasananya sehingga rakyat menjadi tenang. Oleh sebab itu, kita harus senantiasa menjaga bisikan hati serta menjadikan perbuatan itu sebagai jalan dan amalnya yang paling utama.Akhirnya, jangan sampai sesuatu yang sangat berharga yang telah diberikan oleh Allah SWT justru membuat diri kita menjadi orang yang merugi, atau tidak sesuai dengan kehendak Allah SWT.
(Tulisan di atas ini merupakan inspirasi dari buku “Mengendalikan Hawa Nafsu karya dari “Ali
Ibn Muhammad Ad Dihami”).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar