Inilah pelajaran pertama yang kami kemukakan kepada wargabinaan saat kami
pertama kali mengajar di Elcipi (LAPAS KELAS 1 CIPINANG). Hal ini penting kami sampaikan kepada
wargabinaan karena setiap wargabinaan yang berada di Elcipi adalah orang-orang
yang telah melanggar ketentuan Allah SWT (ketentuan hukum akhirat) sekaligus
melanggar ketentuan hukum negara (ketentuan hukum dunia).
Dengan mendahulukan pelaksanaan ketentuan hukum akhirat dalam hal ini menyadari
kesalahan-kesalahan yang diikuti dengan melakukan proses taubatan nasuha kepada
Allah SWT berarti ketentuan hukum dunia bisa teratasi, dalam hal ini pasrah dan
menerima hukuman yang telah ditetapkan oleh pengadilan dan yang juga telah
memiliki keputusan hukum yang tetap (inkrah).
Namun apabila hukum dunia yang didahulukan dibandingkan dengan ketentuan
hukum akhirat berarti wargabinaan tersebut belum menyadari akan kesalahan-kesalahan
yang telah dilakukannya sehingga hidup yang dijalani dalam lapas masih dalam
kondisi belum mau melakukan taubat. Jika
ini terjadi maka ketentuan hukum akhirat tidak akan teratasi dengan baik
sehingga Allah SWT tidak akan membantu proses perbaikan diri para wargabinaan selama
di dalam lapas.
Dan agar proses taubatan
nasuha kepada Allah SWT dapat berjalan dengan baik dan benar, terdapat 3 (tiga)
ketentuan yang harus diwaspadai dan jika sampai kita mengabaikannya bukan tidak
mungkin proses taubatan nasuha menjadi gagal dan berantakan. Dan inilah yang
harus kita waspadai, yaitu:
1. Adanya Batasan Waktu
(Batasan Usia Seseorang). Untuk itu ketahuilah bahwa sepanjang ruh masih belum tiba di kerongkongan, berarti kita
masih diberi kesempatan oleh Allah SWT untuk merubah apa-apa yang ada pada jiwa
kita sepanjang diri kita sendiri mau
mengadakan perubahan. Allah SWT berkehendak kepada kita agar kita sendiri yang
aktif memulai terlebih dahulu untuk mengadakan perubahan maka barulah Allah SWT
menolong kita menuju kepada perubahan yang kita harapkan, dalam hal ini dari
syirik dan musyrik kepada ketauhidan. Allah SWT berfirman: “Sesungguhnya
Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka merubah keadaan diri
mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan suatu kaum maka tidak
ada yang dapat menolaknya dan tidak ada pelindung bagi mereka selain Dia.
(surat Ar Rad (13) ayat 11)”. Allah SWT hanya akan mengubah suatu
keadaan diri kita apabila kita sendiri telah berupaya untuk mengadakan
perubahan yang ada pada diri kita sendiri. Apa maksudnya? Sepanjang diri kita
masih mempertahankan kemalasan serta
hanya diam (tanpa aktifitas) untuk berubah ke arah perbaikan diri maka
sepanjang itu pula Allah SWT tidak akan merubah diri kita.
Buang
rasa malas ganti dengan sifat aktif untuk berbuat ke arah perbaikan diri maka
Allah SWT akan merubah diri kita sesuai dengan jihad atau kesungguhan diri kita
untuk mengadakan sebuah perubahan. Apalagi kesempatan untuk melakukan perubahan
masih ada karena ruh belum tiba di kerongkongan. Sebagaimana firman-Nya berikut
ini: “Dan
sekiranya Allah menghukum manusia disebabkan apa yang telah mereka perbuat,
niscaya Dia tidak akan menyisakan satu pun makhluk bergerak yang bernyawa di
bumi ini, tetapi Dia menangguhkan (hukuman)nya sampai waktu yang sudah
ditentukan. Nanti apabila ajal mereka tiba, maka Allah Maha Melihat (keadaan)
hamba hambaNya. (surat Fathir (35) ayat 45)
2. Adanya Rumus Dasar
Kesuksesan. Rumus
dasar sebuah kesuksesan sejati tentang perubahan diri adalah menggapainya harus
di awal perjalanan, bukan di akhir perja-lanan. Rumus ini harus kita hadapi
dengan kuatnya tekad kita untuk berubah yang harus diimbangi dengan menambah
kecepatan, menambah kekuatan, menambah kesungguhan untuk merubah perilaku dan
perbuatan tanpa melanggar syariat dan hakekat yang berlaku. Hal ini
sangat diperlukan karena merubah perilaku diri dari yang sesuai dengan kehendak
syaitan menjadi yang sesuai dengan kehendak Allah SWT sebelum ruh tiba di
kerongkongan. Jika bukan sekarang kapan lagi.
3. Kesempatan hanya ada
pada sisa usia yang kita miliki. Pendeknya waktu yang kita miliki yaitu hanya
antara waktu maghrib sampai waktu isya, atau hanya pada sisa usia yang kita
miliki yang jumlahnya lamanya tidak kita ketahui dengan pasti, mengharuskan
kita untuk lebih fokus dengan menambah kualitas ibadah yang kita lakukan, yang
tidak hanya ibadah wajib semata melainkan harus ditambah dengan ibadah-ibadah
sunnah baik yang menyertai ibadah wajib ataupun tidak. Agar proses ini menjadi
lebih mudah dan cepat, maka segera tambahkan jumlah infaq dan sedekah serta
jariah yang kita lakukan agar dengan tambahan ini mampu mempercepat kita menuju
jiwa muthmainnah.
Adanya 3 (tiga) buah
ketentuan diatas ini, disinilah proses hijrah dari orang yang pernah dihukum
menjadi warga yang dapat dibanggakan oleh keluarga yaitu dengan melakukan suatu
tindakan dengan kesadaran dan dorongan yang berasal dari diri sendiri untuk
memperbaiki diri dari suatu kondisi tertentu menuju suatu kondisi yang
dikehendaki Allah SWT. Tanpa adanya kesadaran dari diri sendiri dan upaya yang
sungguh-sungguh maka upaya taubatan nasuha tidak akan pernah terjadi pada diri
kita. Dan berikut ini akan kami kemukakan langkah-langkah yang harus kita
lakukan di dalam melaksanakan konsep taubatan nasuha, yaitu:
1. Evaluasi Diri. Pertama-tama yang
bisa dilakukan bagi mereka yang ingin melakukan taubatan nasuha adalah evaluasi
diri. Merenungi tentang dosa-dosa yang telah dilaku-kannya. Tanpa proses
merenungi diri, maka kita tidak akan menemukan apa kesalahan dan dosa yang
telah kita perbuat. Akhirnya dapat dikatakan bahwa melakukan proses evaluasi
diri secara mendalam merupakan syarat mutlak untuk melaksanakan konsep taubatan
nasuha.
2. Akui Kesalahan. Dengan cara
mengakui segala kesalahan yang telah diperbuat, dan meminta ampun kepada Allah
SWT adalah langkah berikutnya dalam melakukan proses taubatan nasuha. Kesalahan
kepada siapa pun juga perlu kita sadari, sehingga kita bisa memohon ampun serta
berkomitmen untuk tidak akan mengulangi kesalahan tersebut.
3. Perbaiki Kesalahan. Setelah mengakui
dan menyadari semua kesalahan yang telah diperbuat, maka perbaikilah semua
kekeliruan tersebut. Ini adalah salah satu bukti bahwa diri kita telah
bersungguh-sungguh melakukan proses taubatan nasuha. Dalam langkah ini, Allah
SWT akan menilai bukan hanya dari niat
yang kita tanamkan dalam diri, akan tetapi Allah SWT juga akan menilai amalan
baik yang kita perbuat secara konsisten walaupun kecil.
4. Mohon Ampun Kepada
Allah SWT. Selanjutnya
memohon ampun kepada Allah dengan melakukan shalat tobat dan berdoa dengan
berserah diri pada-Nya atas segala dosa yang telah kita perbuat, baik secara
disengaja ataupun tidak disengaja. Karena hanya Allah SWT yang dapat
menilainya, maka minta ampunlah setiap saat, atau di setiap kesempatan. Ingat,
Allah Maha Pengampun dan Penyayang, maka memohon ampunlah kepada Allah dengan
sungguh-sungguh.
5. Bertobat dengan
Kondisi Beriman. Allah
SWT hanya akan menghapus dosa-dosa (kesalahan) manusia dengan syarat yang
melaksanakan proses taubatan nasuhan merupakan orang yang dalam keadaan
beriman. Sementara orang yang tidak dalam kondisi beriman kepada Allah, belum
tentu akan diterima pertobatannya. Dan agar janji Allah SWT untuk mengampuni
dosa dan kesalahan manusia maka manusia-manusia yang berdosa itu haruslah mau
memohon ampun kepada-Nya yang dilandasi dengan keimanan. Hal ini dikarenakan
orang yang beriman akan selalu senantiasa menjaga dirinya dengan perilaku dan
perbuatannya yang sesuai dengan kehendak Allah SWT. Kemudian dia tidak akan
mengulang dosa lagi kesalahan yang pernah
dilakukannya. Bahkan mereka akan menjauhi perbuatan yang keliru dan
membawa dampak yang buruk. Dan juga karena orang beriman tidak akan
melaksanakan hal-hal yang dilarang Allah SWT secara sengaja.
6. Taubat sebelum ruh
tiba di kerongkongan.
Sebagai orang yang akan mengalami kematian, mari kita perhatikan firman-Nya
yang termaktub dalam surat An Nissa’ (4) ayat 18 berikut ini: “Dan
taubat itu tidaklah (diterima Allah) dari mereka yang melakukan kejahatan
hingga apabila datang ajal kepada seseorang di antara mereka, (barulah) dia
mengatakan, “Saya benar-benar bertaubat sekarang”. Dan tidak (pula diterima
taubat) dari orang-orang yang meninggal sedang mereka di dalam kekafiran. Bagi
orang-orang itu telah Kami sediaka azab yang pedih. (surat An Nisaa’ (4) ayat
18).” Ayat ini menengaskan bahwa sebelum ajal menjemput, alangkah
baiknya sebagai seorang muslim bertaubat setiap waktu dengan menyadari
kesalahan yang diperbuat. Manusia tidak tahu kapan ajal datang. Sedangkan
kematian dalam kondisi belum bertobat adalah salah satu penyebab hati gelisah
menurut ajaran Islam dan yang mengakibatkan Allah SWT murka kepadanya.
Akhirnya, tanpa
melalui proses “Taubatan Nasuha” yang
Anda laksanakan dengan sungguh-sungguh maka Allah SWT tidak akan pernah
memaafkan segala bentuk kesalahan yang pernah Anda lakukan yang mengakibatkan
diri Anda masuk penjara. Dan dengan adanya kesempatan “Taubatan Nasuha” yang Allah SWT berikan berarti Allah SWT masih
memberikan kesempatan ke dua bagi makhluk-Nya yang ingin kembali ke jalan yang
lurus sehingga makhluk-Nya bisa kembali sesuai dengan kehendak Allah SWT. Untuk
itu manfaatkanlah waktu yang masih tersisa, manfaatkanlah sisa masa aktif diri
kita di muka bumi ini. Agar di waktu yang tersisa ini dapat mengemba-likan diri
kita sesuai dengan kehendak Allah SWT sehingga dapat menghantarkan diri kita
pulang kampung ke kampung kebahagiaan, syurga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar