Hari yang Anda jalani sekarang ini terdiri dari
beberapa jam. Menit menitnya terangkai menjadi hitungan tahun dan detik
detiknya terangkai menjadi hitungan bulan. Di dalamnya Anda menanam kebaikan,
mengukir perbuatan mulia, meminta ampunan dari dosa, mengingat Allah, serta
bersiap siap untuk meninggalkan dunia. Anda bisa mengisi hari ini dengan
kegembiraan dan kebahagiaan, kedamaian dan ketenangan. Di dalamnya Anda ridha
terhadap rezeki, istri/suami, anak anak, pekerjaan, rumah, ilmu dan kedudukan
Anda.
Allah berfirman: "Hai Musa, Sesungguhnya
aku memilih (melebihkan) kamu dan manusia yang lain (di masamu) untuk membawa
risalah-Ku dan untuk berbicara langsung dengan-Ku, sebab itu berpegang teguhlah
kepada apa yang aku berikan kepadamu dan hendaklah kamu Termasuk orang-orang
yang bersyukur." (surat Al A’raaf (7) ayat 144)
Jalani hari ini tanpa rasa duka, lara, lirih,
gelisah, murka, iri dan dengki yang membara. Apabila Anda bisa meminum air
segar pada hari ini, tidak usah merisaukan air kemarin yang asin atau air esok
yang keruh dan panas.
Pada hari ini aku harus mengatur tutur kataku.
Aku tidak akan mengeluarkan ungkapan kasar, cacian, dan gunjingan. Pada hari
ini akau akan mengatur rumah dan kantorku agar tidak berantakan, teratur dan
rapi. Hanya pada hari ini aku hidup, Karena itu, aku harus memperhatikan
kebersihan tubuh, memperbaiki penampilan, memperhatikan kerapihan, serta
teratur dalam berjalan, berbicara dan bergerak.
Hanya pada hari ini aku hidup, karenanya, aku
berusaha untuk mentaati Allah, mendirikan shalat sesempurna mungkin, membekali
diri dengan amalan sunnah, berinteraksi dengan AlQuran, menghafal pelajaran,
serta menelaah buku yang bermanfaat.
Hanya pada hari ini aku hidup, karenanya, aku
akan menanamkan sifat sifat mulia dalam
hati, serta mencabut pohon kejahatan darinya berikut semua rantingnya yang
berupa rasa sombong, ujub, riya, hasud, dengki, malas, pelit dan buruk sangka.
Hanya pada hari ini kau hidup, karenanya, aku
harus bermanfaat bagi orang lain, mempersembahkan kebaikan untuk mereka,
menjenguk orang sakit, mengantarkan jenazah, memberikan petunjuk kepada orang
yang sedang bingung, memberi makan orang yang lapar, menolong orang yang sedang
kesulitan, membantu orang yang didzalimi, mengasihi yang lemah, memuliakan
orang yang berilmu, menyayangi yang muda, serta menghormati yang tua.
Wahai masa lalu yang telah berakhir,
terbenamlah seperti mentarimu. Aku tidak akan meratapimu dan engkau juga tak
akan melihatku mengenangmu. Pasalnya, engkau telah meninggalkanku serta tidak
akan kembali kepadaku selamanya.
Wahai masa depan, engkau berada dalam alam yang
masih tersembunyi.Aku tidak mau bermimpi dan berangan angan. Aku juga tidak
akan menjual diri dengan segala ilusi. Aku tidak akan tergesa gesa mengejar
kelahiran sesuatu yang tiada. Sebab, esok masih hampa karena belum tercipta dan
belum tiba. “Harimu adalah harimu saat ini, wahai manusia.” Sebuah ungkapan
yang menakjubkan dalam kamu bahagia bagi yang ingin hidup indah dan mulia di
dunia dan di akhirat kelak.
Berikut ini akan kami kemukakan beberapa
rahasia dari Dr Aidh Al Qarni, agar
hidup yang kita lakoni saat ini lebih tenteram dan bahagia, yang kami ambil
dari buku “Ya Allah, Kenapa Aku Diuji” karya Ibnu Qayyim Al Jauziyah, sebagai
berikut:
1. Renungkan dan Bersyukurlah. Renungkanlah bermacam macam nikmat yang Allah
curahkan pada kita dari segala penujuru, baik dari atas maupun dari bawah, sebagaimana
firman-Nya: “dan Dia telah memberikan
kepadamu (keperluanmu) dan segala apa yang kamu mohonkan kepadanya. dan jika
kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya.
Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah).
(surat Ibrahim (14) ayat 34). Kesehatan,
kedamaian, ketentraman, makanan, pakaian, udara, dan air. Tanpa sadar
sebenarnya kita telah menggenggam dunia dan memiliki kehidupan. Sebagaimana
firman-Nya: “tidakkah kamu perhatikan
Sesungguhnya Allah telah menundukkan untuk (kepentingan)mu apa yang di langit
dan apa yang di bumi dan menyempurnakan untukmu nikmat-Nya lahir dan bathin. dan
di antara manusia ada yang membantah tentang (keesaan) Allah tanpa ilmu
pengetahuan atau petunjuk dan tanpa kitab yang memberi penerangan. (surat Luqman (31) ayat 20). Kita
memiliki dua mata, lisan, dua bibir, dua tangan dan dua kaki. “Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang
kamu dustakan? (surat At Rahman (55)
ayat 13)
Apakah menurut kita sepele ketika kita bisa
berjalan dengan kedua kaki padahal banyak kaki lain yang lumpuh?!. Apakah
sepele ketika kita bisa bertumpu dengan kedua betis, sementara banyak betis
lain yang teramputasi?! Apakah sepele ketika kita bisa tidur nyenyak, sementara
banyak orang lain yang tidak bisa tidur lantaran sakit?! Renungkan pendengaran
kita yang tidak tuli, penglihatan kita yang tidak buta, kulit kita yang tidak
terkena sopak, dan lepra, serta akal kita yang masih waras, tidak gila.
Maukah mata kita ditukar dengan segunung emas?
Maukah kita menjual pendengaran dengan sebukit perak? Maukah kita membeli
istana yang indah dengan lisan sehingga kita menjadi bisu? Maukah kita menukar
ke dua tangan ini dengan kalung mutiara dan permata? Jadi, demikian banyak dan
melimpah nikmat yang ada pada kita. Hanya saja, kita tidak sadar. Kita risau,
sedih dan gelisah, padahal kita masih bisa menikmati sepotong roti hangat, air
dingin dan tidur nyenyak, dan berada dalam kondisi sehat. Kita meratapi yang
tiada, sementara lupa bersyukur terhadap apa yang ada. Kita risau dengan
kerugian harta yang diderita, padahal di tanganmu terdapat kunci kebahagiaan
serta limpahan nikmat dan kebaikan. Renungkan dan bersyukurlah! “dan (juga) pada dirimu sendiri. Maka Apakah
kamu tidak memperhatikan? (surat Adz
Dzariyaat (51) ayat 21)
2. Yang Lalu Biarlah Berlalu. Mengingat ingat, mengenang dan meratapi
kejadian kejadian tidak menyenangkan di masa lalu merupakan sikap bodoh dan
kurang waras. Sikap tersebut mematikan
tekad dan menghancurkan kehidupan yang sedang dijalani. Bagi orang berakal,
berkas masa lalu harus dilipat dan dilupakan. Ia harus ditutup rapat dan diikat
kuat tanpa perlu dimunculkan kembali dalam ingatan. Ia telah berakhir dan
berlalu. Kesedihan tidak akan bisa mengembalikannya. Kerisauan tidak akan bisa
memperbaikinya. Duka tidak akan bisa meluruskannya. Lara pun tidak bisa menghi-dupkannya.
Sebab, ia telah tiada.
Janganlah kita hidup dalam bayang bayang masa
lalu. Selamatkan diri kita dari itu. Apakah
kita ingin agar air sungai kembali ke hulunya, matahari ke tempat terbitnya,
bayi ke dalam perut ibunya, dan air mata ke mata airnya?! Dengan terus
mengenang, merisaukan dan meratapi masa lalu berarti kita menempatkan diri pada
kondisi dan posisi cemas dan risau berkepanjangan.Terpaku pada lembaran masa
lalu berari menyianyiakan masa kini, membuang buang potensi, serta mengabaikan
masa di hadapan mata. Setelah menyebutkan sejumlah umat berikut perilakunya,
Allah kemudian berfirman, “itu adalah
umat yang lalu; baginya apa yang telah diusahakannya dan bagimu apa yang sudah
kamu usahakan, dan kamu tidak akan diminta pertanggungan jawab tentang apa yang
telah mereka kerjakan.” (surat Al
Baqarah (2) ayat 134).
Persoalannya sudah selesai dan sudah lewat.
Tidak perlu memeriksa bangkai zaman dan mengembalikan roda sejarah. Orang
yang kembali ke masa lalu seperti orang yang menumbuk gandum yang sudah menjadi
tepung atau menggergaji serbuk bekas gergajian. Bencana yang menimpa
kita adalah ketidakmampuan kita menghadapi masa kini dan sibuk mengenang masa lalu. Kita lupakan istana kita
yang indah dan kita ratapi puing puing yang sudah hancur. Andaikan seluruh jin
dan manusia berkumpul untuk mengembalikan sesuatu yang telah berlalu, mereka
tidak akan mampu karena memang mustahil terwujud. Manusia tidak melihat dan tidak
menoleh ke belakang. Angin berhembus ke depan. Air mengalir ke depan. Rombongan
berjalan ke depan. Karena itu, jangan melawan hukum kehidupan.
3. Jangan Berharap Terima Kasih Dari Orang. Allah menciptakan hamba agar mereka
mengingatNya. Allah memberikan rezeki kepada makhluk agar mereka bersyukur
kepada-Nya. Namun, banyak yang menyembah dan bersyukur kepada selain-Nya.
Sebab, kecenderungan untuk membangkang, mengingkari, dan kufur terhadap nikmat
demikian dominan dalam diri manusia. Karena itu, jangan merasa aneh apabila
mereka mengingkari kebaikan Anda, menghilangkan jasa Anda, dan melupakan budi
baik Anda. Bahkan, bisa jadi mereka memusuhi serta menjadi dengki pada Anda
lantaran Anda berbuat baik pada mereka.
Perhatikanlah lembaran dunia yang nyata ini. Di
dalamnya terdapat cerita tentang orang tua yang telah mendidik, memberi makan,
pakaian, minuman, dan pengajaran kepada anaknya. Orang tua rela begadang sampai
si anak tidur, rela lapar sampai si anak kenyang, serta rela dirinya penat
sampai si anak istirahat. Namun, ketika beranjak dewasa dan kuat, si anak
ibarat anjing galak terhadap orang tuanya. Ia menghardik, memaki, durhaka, dan
menjadi bencana.
Karena itu, orang yang lembaran kebaikannya
lenyap di hadapan mereka yang fitrahnya rusak hendaknya bersikap tenang.
Hendaknya ia merasa cukup dengan pahala di sisi Tuhan. Nasihat ini tidak
mengajak Anda untuk menanggalkan perbuatan mulia dan menghentikan sikap berbuat
baik kepada orang. Maksudnya, Anda harus siap menerima sikap orang yang
mengingkari kebaikan kira. Janganlah risau dengan tingkah laku mereka.
Siapa yang melakukan kebaikan balasannya tidak
akan hilang. Perbuatan baik antara Allah dan manusia tidak sirna.
Kerjakanlah kebaikan dengan mengharap ridha
Allah. Dengan demikian, Anda telah sukses dan berhasil; tak peduli orang lain
menyepelekan dan mengingkarinya. Pujilah Allah karena Anda telah berbuat baik,
sementara ia berbuat buruk. Tangan di atas lebih baik daripada tangan di
bawah.Janganlah heran dan terkejut jika Anda memberikan pena kepada orang bodoh
lalu ia menuliskan kata ejekan pada Anda. Jangan heran jika Anda Tuhan. Apatah
lagi terhadap diriku dan diri Anda.
4. Berbuat Baik Kepada Orang Membuat Hidup Menjadi
Lapang. Kemulian men-jadi namanya.
Kebaikan menjadi perlambangnya. Kebajikan menjadi cita rasanya. Pihak yang
paling mendapat manfaat dari perbuatan membahagiakan orang lain adalah
pelakunya sendiri. Mereka segera dapat memetik buahnya dalam jiwa, akhlak, dan
pribadi mereka. Yaitu berupa kelapangan, ketenangan dan ketentraman. Jika kita ditimpa kerisauan dan kemurungan
cobalah berbuat baik kepada orang lain, niscaya kita akan mendapatkan kelapangan
dan ketenangan. Berilah orang yang kesulitan, tolonglah orang yang teraniaya,
selamatkan orang yang menderita, berikan makan orang yang lapar, jenguklah
orang sakit, dan bantulah orang yang tertimpa musibah, kita pasti akan
merasakan kebahagiaan.
Berbuat baik seperti minyak kesturi. Ia
bermanfaat baik bagi yang membawanya, yang menjualnya, maupun yang membelinya.
Dampak psikologis dari perbuatan baik merupakan obat berkah yang terdapat di
apotik muli orang orang yang kalbu mereka dihiasi oleh kebajikan dan kebaikan.
Wahai yang sedang diserang mimpi buruk,
kegalauan, dan ketakutan, marilah menuju taman kebaikan dan sibukkan diri
dengan memberi, menjamu, menolong, dan melayani orang lain, pasti akan mengecap
dan meraih kebahagiaan. “Padahal tidak
ada seseorangpun memberikan suatu nikmat kepadanya yang harus dibalasnya,
tetapi (dia memberikan itu semata-mata) karena mencari keridhaan Tuhannya yang
Maha tinggi. dan kelak Dia benar-benar
mendapat kepuasan.” (surat Al Lail
(92) ayat 19, 20, 21)
5. Isi Waktu Luang Dengan Bekerja dan Berkarya. Para penganggur biasanya se-nang bergosip, sebab
pikiran mereka terpecah kemana mana. “mereka
rela berada bersama orang-orang yang tidak berperang[653], dan hati mereka
telah dikunci mati Maka mereka tidak mengetahui (kebahagiaan beriman dan
berjihad). (surat At Taubah (9) ayat
87)
[653]
Maksudnya: wanita-wanita, anak-anak, orang-orang lemah, orang-orang yang sakit
dan orang-orang yang sudah tua.
Kondisi paling berbahaya bagi pikiran pada saat
pemiliknya menganggur tidak bekerja. Ia ibarat mobil yang berjalan cepat tanpa
ada pengemudi yang mengendalikannya. Ketika menganggur, bersiap siaplah untuk
risau, resah, dan gelisah karena kekosongan tersebut akan menghadirkan file
file tentang masa lalu, masa kini dan masa depan. Akhirnya Anda galau, karena
itu, camkan pesanku: lakukan hal bermanfaat daripada membiarkan waktu luang
begitu saja. Sebab, ia merupakan bentuk pembunuhan yang samar dan bunuh diri
dengan tablet penenang.
Berleha-eha adalah kelalaian dan waktu luang
merupakan pencuri professional. Sementara, akalmu menjadi korban dari perang
fantasi dan khayalan. Maka sekarang bangkitlah, bacalah, bertasbihlah,
belajarlah, tulislah, atur perpustakaan Anda, tata rumah Anda, atau berikan
bantuan kepada orang sehingga Anda bisa mengisi waktu luang.
Ingat, tabiat manusia seperti pepohonan : ada
yang manis dan kecut, ada yang panjang dan ytang pendek. Begitulah seharisnya
diri Anda. Jika Anda seperti pisang, jangan berubah menjadi apel. Pasalnya,
Anda tampak indah dan bernilai ketika menjadi pisang. Perbedaan warna kulit,
bahasa, dan potensi kita merupakan salah satu tanda kekuasaan Tuhan, karena
itu, janganlah dilawan.
6. Bersama Kesulitan Ada Kemudahan. Wahai manusia, setelah lapar ada kenyang,
setelah haus ada rasa segar, setelah begadang ada tidur, setelah sakit ada
sehat, yang tiada pasti akan sampai, yang tersesat akan menemukan jalan,
kesulitan akan hilang, dan kegelapan akan sirna. “ Maka kamu akan melihat orang-orang yang ada penyakit dalam hatinya
(orang-orang munafik) bersegera mendekati mereka (Yahudi dan Nasrani), seraya
berkata: "Kami takut akan mendapat bencana". Mudah-mudahan Allah akan
mendatangkan kemenangan (kepada Rasul-Nya), atau sesuatu keputusan dari
sisi-Nya. Maka karena itu, mereka menjadi menyesal terhadap apa yang mereka
rahasiakan dalam diri mereka”.
(surat Al Maaidah (5) ayat 52)
Jika Anda melihat padang pasir yang luas
membentang, ketahulah bahwa sesudah itu terdapat taman hijau yang rimbun. Jika
Anda melihat tali yang demikian kuat, ketahuilah bahwa pada suatu saat ia akan
putus juga. Bersama air mata ada senyuman. Bersama takut ada rasa aman. Bersama
kekhawatiran ada ketenangan.
Orang yang diperbudak oleh kondisinya dan
tertawan oleh gelapnya keadaan hanya melihat masalah, kesulitan dan derita. Mereka
hanya melihat dinding kamar dan pintu rumah saja. Padahal, seharusnya mereka
mau melihat apa di balik dinding dan memikirkan apa di balik pagar. Karena
itu, jangan resah karena keadaan tidak mungkin terus sama. Sebaik baik ibadah
adalah menantikan jalan keluar. Hari demi hari terus berjalan. Waktu
terus berputar, sementara yang ghaib tidak nampak dan Tuhan yang Maha Bijaksana
sibuk mengatur. Semoga sesudah itu Allah menghadirkan jalan keluar. Bersama
kesulitan ada kemudahan.
7. Jangan Hancurkan Diri Karena Hal Sepele. Banyak orang resah lantaran sesuatu yang kecil
dan sepele. Di mata orang pesimis, sesuatu yang kecil tampak besar. Sebaliknya, hal
yang besar tampak kecil dimata orang besar.
Perhatikan kondisi orang munafik, apa yang
menjadi perhatian mereka. Mereka berkata, “Jangan pergi berjuang dalam keadaan
panas,” “Izinkan aku untuk tidak ikut berjihad dan jangan uji aku,” “Rumah kami
kosong,” “Kami khawatir nasib buruk
menimpa kami,” Yang Allah dan RasulNya berikan kepada kami hanya janji kosong,”
Demikian gambaran jiwa yang sangat buruk.
Yang menjadi perhatian mereka hanya persoalan
perut, makan, tempat tinggal, dan istana. Mata mereka tidak pernah tertuju
kepada langit keteladanan. Mereka tidak pernah melihat bintang kemuliaan.
Perhatian dan pengetahuan mereka hanya terbatas pada kendaraan, pakaian,
sandal, dan makanan. Lihatlah kondisi sebagian besar manusia. Sepanjang hari
mereka risau karena perselisihan dengan istri, anak, kerabat atau karena
mendengar ungkapan makian atau sikap yang sepele. Itulah bencana yang menimpa
mereka. Bukan tujuan tujuan mulia yang menyibukkan mereka. Mereka tidak
memiliki perhatian agung untuk mengisi waktu mereka.
Ada pepatang yang berbunyi, “Jika air keluar
dari wadahnya, maka wadah tadi akan diisi dengan udara.” Karena itu, renungkan
persoalan yang menjadi perhatian Anda, apakah ia layak mendapat tempat
sedemikian rupa. Sebab, untuk itu Anda curahkan pikiran, tenaga, darah dan
waktu Anda. Ini tentu saja sebuah kerugian besar. Para psikolog berkata,
“Berikan porsi yang logis untuk segala hal.” Secara lebih tepat Al Qur’an
menegaskan, “dan memberinya rezki dari
arah yang tiada disangka-sangkanya. dan Barangsiapa yang bertawakkal kepada
Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan
urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah Mengadakan ketentuan
bagi tiap-tiap sesuatu.” (surat Ath
Thalaaq (65) ayat 3) Berikan porsi dan kadar yang sesuai dengan segala hal.
Jangan sampai Anda berbuat dzalim dan berlebihan.
8. Terimalah Jatah Yang Allah Berikan Untuk Anda,
Anda Pasti Menjadi Orang Paling Kaya. Anda
harus menerima bagian yang telah ditetapkan untuk Anda, entah terkait dengan
fisik, harta, anak, tempat tinggal, ataupun potensi dan bakat. Demikianlah
bunyi firman Allah, “Allah berfirman:
"Hai Musa, Sesungguhnya aku memilih (melebihkan) kamu dan manusia yang
lain (di masamu) untuk membawa risalah-Ku dan untuk berbicara langsung
dengan-Ku, sebab itu berpegang teguhlah kepada apa yang aku berikan kepadamu
dan hendaklah kamu Termasuk orang-orang yang bersyukur." (surat Al A’raaf (7) ayat 144).
Sebagian besar ulama terdahulu dan sebagian
besar generasi pertama adalah orang orang miskin. Mereka tidak memiliki banyak
harta, tidak memiliki rumah mewah, kendaraan dan pelayan. Namun, mereka bisa
membuat diri sendiri dan orang lain bahagia. Sebab, mereka mempergunakan
karunia yang Allah berikan jalan yang benar. Karena itu, usia, waktu dam
potensi mereka menjadi berkah. Sebaliknya, sebagian orang diberi limpahan
harta, anak, dan karunia, namun hal itu justru menjadi sebab penderitaan dan
kemalangan. Sebab, mereka telah menyimpang dari fitrah yang lurus dan jalan
yang benar.Ini menjadi bukti nyata bahwa dunia bukan segalanya.
Jika Anda ingin bahagia, terimalah bentuk rupa
Anda yang telah Allah gariskan; terimalah posisi Anda di tengah keluarga dan
masyarakat, suara Anda, kecerdasan Anda, dan penghasilan Anda, serta terimalah
meski kurang daripada apa yang Anda dapatkan sekarang. Jadi, nilai Anda
terletak pada potensi, ilmu, amal shaleh, manfaat, dan akhlak Anda. Janga
bersedih atas ketampanan, kecantikan, harta, dan keluarga yang hilang.
Terimalah jatah yang telah Allah tetapkan.
9. Hadapi Hidup Sebagaimana Adanya. “Dunia tercipta dalam kondisi keruh, tapi
da-ri sana engkau menghendakinya bersih.” Demikianlah kondisi dunia.
Dunia disesaki berbagai kelezatan, banyak beban, hidup sulit, cepat berubah,
berhias kekotoran, dan Anda pun senantiasa dalam keadaan susah payah. Anak,
istri, teman, sahabat, rumah dan pekerjaan, semuanya mendatangkan kekeruhan dan
kadangkala menyulitkan. Karena itu, padamkan hawa panas keburukannya dengan
hawa dingin kebaikannya agar Anda selamat.
Allah berkehendak dunia berupa gabungan dari
dua hal yang berlawanan, dua jenis, dua kelompok, dan dua pendapat. Yaitu baik
dan buruk, saleh dan rusak, serta gembira dan sedih. Kemudian, kebaikan,
kesalehan, dan kegembiraan murni hanya terdapat di syurga, sementara keburukan,
kerusakan, dan kesedihan murni semuanya terkumpul di neraka. Dalam sebuah
hadits disebutkan, “Dunia terlaknat dan terlaknat pula apapun di dalamnya
kecuali dzikir, serta orang berilmu dan penuntut ilmu.” Karena itu, jalani
kenyataan yang ada. Jangan melanglang buana ke alam khayalan dan idealism.
Hadapilah dunia sebagaimana adanya dan berinteraksilah dengannya! Tidak ada
teman tanpa cacat dan tidak ada sesuatu yang sempurna di dunia. Sebab, kesucian
dan kesempurnaan bukanlah karakter dan sifatnya.
10. Katakan,
“Berjalanlah Dimuka bumi!” Yang
bisa melapangkan hati dan mele-nyapkan kerisauan adalah berjalan menyusuri
sejumlah kampong dan negeri, berjalan di muka bumi yang luas, dan melihat kitab
alam yang terhampar guna menyaksikan pena kekuasaan Tuhan. Di atas lembaran
alam wujud tertulis tanda-tanda keindahan-Nya agar Anda bisa melihat taman-taman
yang indah dan kebun yang rimbun. Keluarlah dari rumah, perhatikan alam sekitar
di kanan kiri Anda, naiklah ke atas pohon, reguklah air yang jernih, dan
dekatilah ranting pohon melati. Di sana jiwa Anda akan terasa lapang seperti
burung yang berkicau yang terbang di
angkasa kebahagiaan.
Keluarlah dari rumah, buanglah sesuatu yang
selama ini menutupi mata Anda. Lalu, berjalanlah di bumi Allah yang luas ini
seraya berdzikir dan bertasbih kepadaNya. Menyendiri di kamar sempit tanpa
melakukan aktivitas berguna merupakan jalan menuju bunuh diri. Kamar Anda bukan
alam dan Anda bukan bukan satu satunya manusia. Mengapa Anda menyerah di
hadapan kerisauan. Ucapkanlah dengan segenap penglihatan, pendengaran, dan
perasaan Anda, “Berangkatlah baik di kala
ringan maupun berat.” Berjalan menyusuri bumi adalah wisata yang dianjurkan
untuk mereka yang sedang galau serta diselimuti gelapnya kamar sempit. Marilah
melanglang buana agar kita bahagia, gembira, berpikir dan merenung.
11. Ingatkan
Dirimu Dengan Syurga Seluas Langit dan Bumi. Jika di dunia ini Anda berada dalam kondisi
lapar, miskin, sedih, sakit, kehilangan hak, atau teraniaya, ingatkan diri
kepada kenikmatan, kelapangan, kebahagiaan, dan kedamaian abadi di syurga. Jika
Anda yakin terhadapnya dan beramal untuknya maka seluruh kerugian berubah
menjadi keberuntungan. Ujian yang menimpa Anda berubah menjadi karunia.
Orang yang paling cerdas adalah orang yang
beramal untuk akhirat karena ia lebih baik dan lebih kekal. Sebaliknya, orang
yang paling bodoh dan dungu adalah orang orang yang memandang dunia sebagai
tempat tinggal dan angan angan terakhir mereka. Karenanya, mereka menjadi orang
yang paling risau saat terkena musibah dan paling menyesal saat mendapat ujian.
Andaikan mereka melepas hijab yang menutupi
hati dan kebodohan yang membungkus mata, tentu mereka akan teringat dengan
negeri abadi berikut segala kenikmatan dan istananya. Tentu mereka akan
mendengar dan memperhatikan firman Tuhan saat menggambarkannya. Sungguh ia
merupakan negeri yang layak mendapat perhatian dan upaya manusia.
Apakah kita telah mengetahui gambaran penduduk
syurga bahwa mereka tidak sakit, tidak bersedih, tidak mati, senantiasa muda,
serta pakaian mereka tidak pernah usang. Mereka berada dalam kamar kamar yang
bagian luarnya terlihat dari dalam dan bagian dalamnya terlihat dari luar. Di
dalam syurga terdapat sesuatu yang tidak pernah terlihat mata, tidak terdengar
oleh telinga, serta tak terlintas dalam hati manusia dan yang terakhir akan melihat wajah Allah SWT. Sungguh kesenangan yang
sempurna dan kegembiraan yang tak terkira. Lalu, mengapa kita tidak mau
berpikir dan merenungkannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar