Label

MEMANUSIAKAN MANUSIA: INILAH JATIDIRI MANUSIA YANG SESUNGGUHNYA (79) SETAN HARUS JADI PECUNDANG: DIRI PEMENANG (68) SEBUAH PENGALAMAN PRIBADI MENGAJAR KETAUHIDAN DI LAPAS CIPINANG (65) INILAH ALQURAN YANG SESUNGGUHNYA (60) ROUTE TO 1.6.799 JALAN MENUJU MAKRIFATULLAH (59) MUTIARA-MUTIARA KEHIDUPAN: JALAN MENUJU KERIDHAAN ALLAH SWT (54) PUASA SEBAGAI KEBUTUHAN ORANG BERIMAN (50) ENERGI UNTUK MEMOTIVASI DIRI & MENJAGA KEFITRAHAN JIWA (44) RUMUS KEHIDUPAN: TAHU DIRI TAHU ATURAN MAIN DAN TAHU TUJUAN AKHIR (38) TAUHID ILMU YANG WAJIB KITA MILIKI (36) THE ART OF DYING: DATANG FITRAH KEMBALI FITRAH (33) JIWA YANG TENANG LAGI BAHAGIA (27) BUKU PANDUAN UMROH (26) SHALAT ADALAH KEBUTUHAN DIRI (25) HAJI DAN UMROH : JADIKAN DIRI TAMU YANG SUDAH DINANTIKAN KEDATANGANNYA OLEH TUAN RUMAH (24) IKHSAN: INILAH CERMINAN DIRI KITA (24) RUKUN IMAN ADALAH PONDASI DASAR DIINUL ISLAM (23) ZAKAT ADALAH HAK ALLAH SWT YANG HARUS DITUNAIKAN (20) KUMPULAN NASEHAT UNTUK KEHIDUPAN YANG LEBIH BAIK (19) MUTIARA HIKMAH DARI GENERASI TABI'IN DAN TABI'UT TABIIN (18) INSPRIRASI KESEHATAN DIRI (15) SYAHADAT SEBAGAI SEBUAH PERNYATAAN SIKAP (14) DIINUL ISLAM ADALAH AGAMA FITRAH (13) KUMPULAN DOA-DOA (10) BEBERAPA MUKJIZAT RASULULLAH SAW (5) DOSA DAN JUGA KEJAHATAN (5) DZIKIR UNTUK KEBAIKAN DIRI (4) INSPIRASI DARI PARA SAHABAT NABI (4) INILAH IBADAH YANG DISUKAI NABI MUHAMMAD SAW (3) PEMIMPIN DA KEPEMIMPINAN (3) TAHU NABI MUHAMMAD SAW (3) DIALOQ TOKOH ISLAM (2) SABAR ILMU TINGKAT TINGGI (2) SURAT TERBUKA UNTUK PEROKOK dan KORUPTOR (2) IKHLAS DAN SYUKUR (1)

Rabu, 15 Mei 2024

SETAN SANG MUSUH ABADI MANUSIA (PART 3 of 6)

 

Sekarang mari kita perhatikan dengan seksama surat Al A’raaf (7) ayat 16-17 berikut ini: iblis menjawab: "Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus, kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat).” serta surat Shaad (38) ayat 82-83 berikut ini: iblis menjawab: "Demi kekuasaan Engkau aku akan menyesatkan mereka semuanya, kecuali hamba-hamba-Mu yang mukhlis di antara mereka.”  Ayat di atas ini mengemukakan tentang iblis (syaitan) sebagai musuh abadi manusia, memiliki hal-hal yang tidak dimiliki oleh manusia yang telah dijadikannya kafir, yaitu :

 

a.  Sejahat-jahatnya iblis/setan, dia masih dapat menempatkan diri sebagai seorang hamba kepada Tuhannya. Iblis/setan masih tetap mengakui Allah SWT sebagai Tuhannya Yang Maha Mulia. Hal ini sangat bertolak belakang dengan manusia yang telah Kafir atau yang telah berbuat syirik lagi musyrik, dimana ia telah meniadakan Allah SWT sebagai Tuhan bagi semesta alam. Adanya kondisi ini berarti setan masih tinggi kedudukannya dibandingkan dengan manusia kafir, atau manusia yang telah berbuat syirik/musyrik;

 

b.  Sesombong-sombongnya setan yang bertekad untuk menggoda dan merayu anak keturunan Nabi Adam as, melalui muka belakang kanan kiri serta melalui aliran darah. Setan masih memiliki kejujuran untuk mengakui keutamaan manusia-manusia yang mukhlis. Jika kita ingin keluar dari gangguan dan godaan setan, pintu keluar yang diakui secara jujur oleh setan adalah pintu manusia yang mukhlis. Sekarang bandingkan dengan manusia-manusia yang telah dibuat menjadi kesetanan, perilakunya telah melebihi setan itu sendiri. Ia sudah tidak takut lagi dengan Allah SWT, apalagi dengan manusia.

 

Adanya dua hal yang kami kemukakan di atas, kiranya dapat kita jadikan pembelajaran agar diri kita tahu bahwa setan selaku musuh diri kita masih memiliki martabat dengan tetap masih mengakui Allah SWT sebagai Tuhannya. Dan jika sampai kita berperilaku melebihi setan, memang sudah sepantasnya diri kita diberi ganjaran pulang kampung ke neraka Jahannam oleh Allah SWT. 


Lalu berjarakkah setan kepada diri kita? Jika kita memperhatikan surat Az Zukhruf (43) ayat 36 berikut ini: Barangsiapa yang berpaling dari pengajaran Tuhan Yang Maha Pemurah  (AlQur’an), Kami adakan baginya syaitan (yang menyesatkan) maka syaitan itulah yang menjadi teman yang selalu menyertainya. (surat Az Zukhruf (43) ayat 36). Setan sudah menyertai diri kita dimanapun kita berada. Akan tetapi walaupun setan sudah menyertai diri kita tidak otomatis setan itu memiliki jarak kepada diri kita.

 

Jauh dekatnya setan kepada diri kita sangat tergantung kepada diri kita sendiri, yaitu sejauh mana kita mau diganggu atau digoda, atau dipengaruhi oleh setan. Jika kita mau diganggu, mau digoda, atau mau dipengaruhi  oleh setan maka setan sudah tidak berjarak lagi dengan diri kita. Lain halnya jika kita berusaha untuk menghindar dari gangguan dan godaan serta pengaruh setan maka jarak antara antara diri kita dengan setan memiliki jarak, walaupun setan itu sendiri ada pada aliran darah dan daging kita.

 

Adanya kondisi ini menunjukkan kepada diri kita bahwa jauh dekatnya setan kepada diri kita sangat tergantung kepada diri kita sendiri, yaitu sejauh mana kita mau menerima ataupun menolak gangguan dan godaan serta rayuan dari setan melalui ahwa (hawa nafsu) atau melalui sifat alamiah jasmani yang kita perturutkan. Contohnya jika kita mempeturut-kan rasa malas untuk belajar maka setan akan melancarkan aksinya kepada diri kira. Saat diri kita belajar yang seharusnya konsentrasi ke depan lalu kita membuka hp maka setan datang kepada diri kita untuk membuyarkan konsetrasi belajar. Jika ini kondisi dasar setan kepada diri kita dan juga kondisi dasar kita kepada setan, lalu apa yang bisa kita perbuat dengan keadaan ini? 

Keberadaan setan adalah sunnatullah yang harus kita hadapi sebagai musuh tidak dapat kita hindari. Akan tetapi kita harus bisa menghadapi setan dengan cara-cara yang terhormat sesuai dengan kehormatan yang kita miliki yang tentunya harus sesuai dengan kehendak Allah SWT.  

Lalu dimanakah posisi Allah SWT saat setan mengepung diri kita? Posisi Allah SWT sudah pula bersama diri kita. Hal ini dikarenakan  jarak antara kemahaan dan kebesaran Allah SWT kepada diri kita lebih dekat atau bahkan diri kita sudah tidak bisa dipisahkan dengan kebesaran dan kemahaan Allah SWT dibandingkan posisi diri kita kepada syaitan. Adanya kondisi ini berarti antara diri kita dengan syaitan masih memiliki jarak sedangkan kepada Allah SWT sudah tidak berjarak sepanjang diri kita tidak melepaskan diri dari Allah SWT.

 

Selanjutnya jika posisi Allah SWT lebih dekat kepada diri kita, kenapa harus kepada setan kita melapor, kenapa harus kepada setan kita berlindung, kenapa kepada setan kita mengadu, kenapa harus setan yang kita jadikan konsultan, padahal Allah SWT sudah bersama diri kita? Allah SWT melalui surat An Nahl (16) ayat 99-100 berikut ini: Sesungguhnya syaitan itu tidak ada kekuasaan-Nya atas orang-orang yang beriman dan bertawakkal kepada Tuhannya. Sesungguhnya kekuasaanNya (syaitan) hanyalah atas orang-orang yang mengambilnya Jadi pemimpin dan atas orang-orang yang mempersekutukannya dengan Allah.” Ayat ini menerangkan bahwa setan tidak memiliki kemampuan, apapun, atau setan tidak akan bisa mengganggu dan menggoda orang yang beriman kepada Allah SWT dan juga kepada orang yang bertawakkal kepada Allah SWT.

 

Sebagai abd’ (hamba)-Nya yang juga khalifah-Nya di muka bumi, kami berharap jangan sampai diri kita termasuk orang-orang yang ingin terhindar dari gangguan setan namun  mempergunakan jalan yang paling disukai oleh setan, atau jangan sampai diri kita bermaksud terhindar dari gangguan setan namun jalannya justru yang  paling dibenci oleh Allah SWT. Mudah-mudahan diri kita mampu mengatasi setan baik dalam wujud aslinya maupun yang sudah berubah wujud menjadi manusia, atau manusia itu sendiri yang telah berubah wujud menjadi setan, melalui bantuan dan pertolongan Allah SWT yang pada akhirnya dapat menghantarkan diri kita menjadi pemenang dan setan menjadi pecundang.

 

Sekarang mari kita perhatikan 2 (dua) buah sikap setan kepada diri kita, yang keduanya pasti dilaksanakan oleh setan tanpa memandang latar belakang siapa diri kita, sebagaimana berikut ini: Allah SWT berikut: iblis menjawab: “Demi kekuasaan Engkau aku akan menyesatkan mereka semuanya,kecuali hamba-hamba-Mu yang mukhlis di antara mereka[1304]. (surat Shaad (38) ayat 82-83)

[1304] Yang dimaksud dengan mukhlis ialah orang-orang yang telah diberi taufiq untuk mentaati segala petunjuk dan perintah Allah s.w.t.

 

Allah SWT berfirman: “iblis menjawab: “Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus,  kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat). (surat Al A’raaf (7) ayat 16-17). Dimana syaitan akan mengganggu kita. Setan akan menggoda siapapun juga tanpa terkecuali, termasuk di dalamnya diri kita, untuk dihalangi  dari jalan yang lurus dari muka, dari belakang, dari kiri, dari kanan, semuanya akan disesatkan.

 

Jika ini sikap setan kepada diri kita lalu bagaimana sikap Allah SWT kepada diri kita? Sikap Allah SWT kepada diri sangat berbeda dengan sikap setan kepada diri kita. Apa buktinya?

 

a.   Allah SWT Tidak Lepas Tangan. Allah SWT tidak akan lepas tangan kepada diri kita dengan selalu memberikan penjagaan kepada diri kita sepanjang diri kita mau menjadi hamba Allah SWT yang mukhlis. Hal ini sebagaimana dikemukakan dalam surat Al Hijr (15) ayat 40-41-42 yang kami kemukakan berikut ini: kecuali hamba-hamba Engkau yang mukhlis[799] di antara mereka”. Allah berfirman: “Ini adalah jalan yang lurus, kewajiban Aku-lah (menjaganya)[800]. Sesungguhnya hamba-hamba-Ku tidak ada kekuasaan bagimu terhadap mereka, kecuali orang-orang yang mengikut kamu, Yaitu orang-orang yang sesat.

 

[799] Yang dimaksud dengan mukhlis ialah orang-orang yang telah diberi taufiq untuk mentaati segala petunjuk dan perintah Allah s.w.t.

[800] Maksudnya pemberian taufiq dari Allah s.w.t. untuk mentaati-Nya, sehingga seseorang terlepas dari tipu daya syaitan mengikuti jalan yang Lurus yang dijaga Allah s.w.t. Jadi sesat atau tidaknya seseorang adalah Allah yang menentukan.

 

b.    Allah SWT Tidak Berpaling. Allah SWT tidak akan pernah berpaling dari diri kita sepanjang diri kita selalu berada di dalam pengajaran Allah SWT, selalu berada bersama Allah SWT, selalu di dalam kehendak Allah SWT. Sebagaimana dikemukakan dalam surat Az Zukhruf (43) ayat 36 yang kami kemukakan di bawah ini, “Barangsiapa yang berpaling dari pengajaran Tuhan yang Maha Pemurah (Al Quran), Kami adakan baginya syaitan (yang menyesatkan) Maka syaitan Itulah yang menjadi teman yang selalu menyertainya.”

 

c.   Allah SWT Memberikan Ampunan. Allah SWT akan tetap memberikan ampunan kepada diri kita walaupun dosa dan kesalahan kita sepenuh wadah di muka bumi, sepanjang diri kita tidak pernah melalukan perbuatan syirik/musyrik kepada Allah SWT. Hal ini sebagaimana dikemukakan dalam hadits yang kami kemukakan berikut ini: Abu Dardaa ra, berkata: Nabi SAW bersabda: Allah ta’ala berfirman: Andaikan hamba-Ku menghadap Aku dengan dosa-dosa sepenuh wadah-wadah yang ada di bumi, namun ia tidak bersyirik menyekutukan sesuatu kepada-Ku, akan kuhadapinya dengan pengampunan sepenuh wadah-wadah itu. (Hadits Riwayat Ath Thabrani, 272:127)”  Selain itu, Allah SWT akan tetap memberikan ampunan kepada diri kita, sepanjang diri kita minta ampun kepada Allah SWT. Hal ini berdasarkan hadits yang kami kemukakan berikut ini: Abu Said ra, berkata: Nabi SAW bersabda: Allah ta’ala berfirman: Berkata Iblis kepada Tuhannya: Demi keagungan dan kebesaran-Mu, akan aku sesatkan selalu anak-anak Adam selama ruh dikandung badan mereka. Lalu Allah berfirman kepadanya: Demi keagungan dan kebesaran-Ku akan Aku ampuni mereka selama mereka beristighfar minta ampun pada-Ku. (Hadits Riwayat Abu Nua’im, 272:261). Lalu adakah perbedaan yang mencolok antara sikap syaitan kepada diri kita dibandingkan dengan sikap Allah SWT kepada diri kita?

 

Berdasarkan uraian yang kami kemukakan diatas, terlihat sangat jelas bahwa sikap setan kepada diri kita sangatlah bertolak belakang dengan sikap Allah SWT kepada diri kita. Jika ini kondisinya, lalu apakah ketentuan hadits yang kami kemukakan berikut ini: Ibnu Abbas ra, berkata: Nabi SAW bersabda: Allah ta’ala berfirman: Wahai anak Adam! Jika engkau ingat kepada-Ku Aku Ingat kepadamu dan bila engkau lupa kepada-Ku Akupun ingat kepadamu. Dan jika engkau ta’at kepada-Ku pergilah kemana saja engkau suka, pada tempat dimana Aku berkawan dengan engkau dan engkau berkawan dengan da-Ku. Engkau berpaling dari pada-Ku padahal Aku menghadap kepadamu. Siapakah yang memberimu makan dikala engkau masih janin di dalam perut ibumu. Aku selalu mengurusmu dan memeliharamu sampai terlaksanalah kehendak-Ku bagimu, maka setelah Aku keluarkan engkau ke alam dunia engkau berbuat banyak maksiat. Apakah demikian seharusnya pembalasan kepada yang telah berbuat kebaikan kepadamu. (Hadits Riwayat Abu Nasher Rabi’ah bin Ali Al-ajli dan Arrafi’ie, 272:182).” Akan kita sia-siakan begitu saja berlalu tanpa kesan saat diri kita hidup di dunia.

 

Dimana Allah SWT tetap terus ingat kepada diri kita walaupun kita tidak ingat kepada Allah SWT. Masih tidak cukupkah Allah SWT membela diri kita! Sebagai abd’ (hamba) yang juga khalifah di muka bumi yang pasti berhadapan dengan setan, sekarang semuanya terpulang kepada diri kita saat menghadapi setan. Hal ini dikarenakan pada saat diri kita menghadapi setan, maka pada saat itu juga Allah SWT juga sudah bersama diri kita, yang kedekatannya bahkan lebih dekat dengan kedekatan diri kita kepada setan. Silahkan kita memilih, karena pilihan hanya ada dua. Jika kita berpaling dari Allah SWT, maka syaitan siap mengganggu dan menggoda diri kita dan jika kita menghadap, berkomunikasi, bersinergi dengan Allah SWT maka setan yang akan berpaling dari diri kita.

 

Hal yang harus kita ketahui bahwa setan yang ada di dalam diri ataupun yang ada di luar diri, keberadaannya tidak dapat kita hilangkan atau kita bunuh. Setan tetap akan terus bersama diri kita sampai ruh berpisah dengan jasmani. Namun yang bisa kita lakukan hanyalah mengurangi kekuatan setan, mensayat-sayat kekuatan setan di dalam mengganggu diri kita melalui makanan dan minuman yang memenuhi konsep halal lagi baik (thayyib), melalui pekerjaan dan penghasilan yang memenuhi konsep halal lagi baik,  serta melalui sinergi dengan Allah SWT melalui ibadah wajib dan ibadah sunnah di dalam kerangka melaksanakan Diinul Islam secara kaffah. Sehingga setannya tetap ada bersama diri kita, namun kekuatan untuk mempengaruhi diri kita menjadi lemah. Semoga hal ini mampu kita laksanakan.

 

C.     VISI, MISI DAN STRATEGI SYAITAN.

 

Sebagaimana telah kita ketahui bersama bahwa Allah SWT selaku pencipta dan pemilik dari rencana besar konsep penghambaan dan kekhalifahan di muka bumi telah menetapkan bahwa setan adalah musuh bagi manusia yang akan berlangsung sampai dengan hari kiamat kelak. Setan sebagai musuh tentu harus bisa kita kalahkan maka sesuailah diri kita dengan kehendak Allah SWT. Akan tetapi akan menjadi sebuah kekonyolan dalam diri kita jika kita yang sudah ditetapkan oleh Allah SWT untuk bermusuhan dengan setan lalu kita ingin menang melawan setan tetapi kita tidak tahu dan tidak mengerti (tidak memiliki ilmu) tentang setan. Dan agar diri kita mampu memenangkan pertandingan melawan setan secara bermartabat, mari kita bahas terlebih dahulu tentang adanya proklamasi (adanya pernyataan sikap) resmi dari iblis/setan tentang permusuhan ini.

 

Iblis/setan sudah meniup genderang perang dengan pernyataan sikapnya yaitu akan menyesatkan manusia dari jalan yang lurus, sebagaimana dikemukakan dalam surat Al A’raf (7) ayat 16, 17, 18 yang kami kemukakan berikut ini: “Iblis menjawab: "Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus, kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat). Allah berfirman: "Keluarlah kamu dari surga itu sebagai orang terhina lagi terusir. Sesungguhnya Barangsiapa di antara mereka mengikuti kamu, benar-benar aku akan mengisi neraka Jahannam dengan kamu semuanya".  Dan hal ini bukanlah isapan jempol belaka, namun benar-benar dilaksanakannya dengan baik oleh setan.

 

Dan untuk mempertegas proklamasi atas pernyataan sikap yang telah dikemukakan oleh setan, berikut ini akan kami kemukakan beberapa hal yang harus kita jadikan pedoman saat menghadapi syaitan ini, yaitu:

 

1.    Adanya Izin dari Allah SWT. Syaitan di dalam melaksanakan aksinya kepada anak dan keturunan dari Nabi Adam as, sudah memperoleh persetujuan dari Allah SWT sehingga kita tidak bisa mempersalahkan setan di dalam menyesatkan manusia. Sehingga kita tidak bisa menghindarinya melainkan harus kita hadapi dengan sebaik baiknya. Selain daripada itu, kita tidak bisa membatalkan persetujuan Allah SWT ini kepada setan karena keputusan ini merupakan suatu sunatullah yang harus kita hadapi.

 

2.    Menggelincirkan dari Jalan Yang Lurus. Setan akan menggangu kita dari jalan yang lurus. Lalu apakah itu jalan yang lurus. Berikut ini akan kami kemukakan salah satu pengertian dari jalan yang lurus itu. Apa yang dimaksud dengan jalan yang lurus? Yaitu jalan yang menentramkan jiwa kita, dan jalan yang membuat kita mengerti siapa diri kita yang sebenarnya. Sehingga kita paham dengan aliran pikiran yang muncul di benak kita. Jalan yang membuat kita senantiasa sadar sepenuhnya siapa diri kita yang sebenarnya, dan siapa Tuhan kita yang sebenarnya. Dalam mencari identitas diri, aku sering bertanya dalam hati, “apa yang sebenarnya aku cari?” Saat engkau bertanya seperti itu, engkau sedang mencari identitas dirimu yang paling tepat, yang akan engkau perankan dalam kehidupanmu. Kesadaran menjadikan identitas dirimu sebagai medium untuk berkomunikasi dengan apa saja dan siapa saja di dunia fisik. Bila engkau masih bertanya demikian di dalam hati, ketahuilah engkau sedang kembali memperjelas identitas yang akan engkau mainkan dalam kehidupan. Identitas diperlukan di kehidupan ini, namun sadari bahwa identitas itu tidak permanen. Kematian akan memaksa engkau terpisah dengan identitas. (Pardamean Harahap dalam bukunya “Iqro! Menyingkap Makna dari Fenomena Hidup Sehari Hari” Inner Voice Publishing Jakarta, 2012)

 

Jika kita berpedoman dengan pengertian jalan lurus di atas, berarti setan akan berusaha agar manusia tidak bisa memperoleh ketenangan jiwa yang hakiki serta setan juga berusaha agar manusia tidak tahu siapa dirinya yang sesungguhnya sehingga manusia tidak tahu diri dan juga tidak tahu tentang Allah SWT. Jika manusia sudah tidak tahu diri dan tidak tahu Allah SWT langkah berikutnya adalah jangan sampai manusia tahu aturan main dan tahu tujuan akhir dari perjalanan hidupnya.

 

3.    Setan Ada Disekitar Kita. Setan akan menggangu manusia dari empat arah yaitu dari muka, dari belakang, dari kanan dan dari kiri manusia. Ini berarti setan masih memiliki kelemahan yaitu setan tidak bisa masuk dari posisi atas, yaitu posisi saat diri kita meminta pertolongan dari Allah SWT melalui menengadahkan tangan ke atas. Dan melalui kelemahan ini pulalah kita bisa mengalahkan musuh abadi ini.

 

4.     Adanya Tempat Kembali. Hasil akhir dari permainan ini adalah baik manusia dan setan akan dimasukkan ke dalam neraka jahannam dikarenakan keduanya hina dan terusir. Untuk maksud tersebut di atas maka setan pun telah menyusun misi, visi dan strategi untuk menjerumuskan manusia tersebut. Adapun visi dan misi syaitan dapat kita lihat di dalam surat Al Mujadilah (58) ayat 19 berikut ini: “syaitan telah menguasai mereka lalu menjadikan mereka lupa mengingat Allah; mereka Itulah golongan syaitan. ketahuilah, bahwa Sesungguhnya golongan syaitan Itulah golongan yang merugi. (surat Al Mujadilah (58) ayat 19).” Berdasarkan surat Al Mujadilah (58) ayat 19 ini, visi setan adalah memperbudak manusia dengan cara menguasai mereka, sedangkan misinya adalah mengkondisikan agar manusia lupa kepada Allah dan lupa kepada dirinya sendiri. Dan jika manusia sudah lupa diri dan lupa dengan Allah SWT maka mudahlah setan melaksanakan aksinya.

 

Lalu apakah hanya itu saja visi dan misi iblis/setan itu? Berikut ini akan kami kemukakan misi dari iblis/setan yang lainnya, yang kesemuanya siap untuk dilaksanakannya, yaitu: 

 

a.   Berdasarkan surat Al Hasyr (59) ayat 16, misi iblis/setan adalah menyeru agar manusia menjadi kafir dan setelah manusia kafir mereka berlepas diri.

b.     Berdasarkan surat Al A’raf (7) ayat 20, misi iblis/setan adalah membisikkan ke dalam pikiran manusia agar melanggar ketetapan Allah SWT.

c.     Berdasarkan surat Al A’raf (7) ayat 21, misi iblis/setan adalah bersumpah atas nama Allah SWT agar manusia berbuat ingkar.

d.    Berdasarkan surat Al Isra’ (17) ayat 64 berikut ini:  “dan hasunglah siapa yang kamu sanggupi di antara mereka dengan ajakanmu, dan kerahkanlah terhadap mereka pasukan berkuda dan pasukanmu yang berjalan kaki dan berserikatlah dengan mereka pada harta dan anak-anak dan beri janjilah mereka. dan tidak ada yang dijanjikan oleh syaitan kepada mereka melainkan tipuan belaka.” misi iblis/setan adalah menserikati manusia melalui anak dan harta mereka melalui iming iming atau janji janji serta melalui tipuan. 

e.   Berdasarkan surat Saba (34) ayat 20 berikut ini: “dan Sesungguhnya iblis telah dapat membuktikan kebenaran sangkaannya terhadap mereka lalu mereka mengikutinya, kecuali sebahagian orang-orang yang beriman.” misi dari iblis/setan adalah membuktikan persangkaannya menjadi pembenaran.

f.   Berdasarkan surat Al Baqarah (2) ayat 268 berikut ini:  “syaitan menjanjikan (menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan dan menyuruh kamu berbuat kejahatan (kikir); sedang Allah menjadikan untukmu ampunan daripada-Nya dan karunia. dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengatahui.” misi iblis/setan adalah menakut nakuti manusia dengan kemiskinan lalu menyuruh untuk berbuat kejahatan atas dasar kemiskinan itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar