A. HUBBUL SYAHWAT (INGIN
BERHUBUNGAN DENGAN LAWAN JENIS)
Adakah Hubbul
Syahwat di dalam diri kita? Di dalam diri setiap manusia, baik laki-laki
ataupun perempuan semuanya mempunyai keinginan untuk menjalin hubungan atau
tertarik atau mempunyai perasaan dengan lawan jenis. Laki-laki ingin berhubungan atau tertarik atau mempunyai perasaan
dengan perempuan sedangkan perempuan juga ingin berhubungan atau tertarik atau mempunyai perasaan dengan
laki-laki. Inilah salah satu ketentuan fitrah Allah SWT kepada setiap manusia
baik laki-laki maupun perempuan. Lalu untuk apakah Allah SWT memberikan
Hubbul Syahwat kepada setiap manusia?
Allah SWT
memberikan Hubbul Syahwat kepada setiap manusia baik laki-laki ataupun
perempuan, tentunya di dalam kerangka rencana besar manusia untuk dijadikan
sebagai abd’ (hamba)-Nya yang juga khalifah-Nya di muka bumi serta ada maksud
dan tujuan yang jelas dibalik pemberian Hubbul Syahwat tersebut. Allah SWT
berfirman: ““Dijadikan indah pada (pandangan) manusia
kecintaan kepada apa-apa yang diingini, Yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta
yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan
sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat
kembali yang baik (surga). (surat An Nisaa’ (4) ayat 14)
Adanya Hubbul
Syahwat yang ada di dalam diri setiap manusia baik laki-laki dan perempuan maka
akan menimbulkan atau akan menumbuhkan, apa yang dinamakan dengan : rasa kasih sayang diantara laki-laki dan
perempuan; rasa lindung melindungi di antara sesama (memberikan perlindungan);
menambah rasa persaudaraan dan juga untuk
menambah banyak Silaturrahmi. Selain daripada itu, Hubbul Syahwat diberikan kepada setiap manusia
baik laki-laki dan perempuan bukan hanya terbatas yang kami sebutkan di atas
saja tetapi dengan adanya Hubbul Syahwat diharapkan akan terciptalah “Regenerasi
baik dari sisi abd’(hamba) dan juga kekhalifahan ” yang ada di muka bumi atau adanya renegerasi keluarga
yang “Sakinah Mawaddah Wa Rahmah”
di dunia ini, termasuk di dalamnya anak dan keturunan kita.
Dan hal yang harus
kita perhatikan adalah untuk mencapai apa yang disebut dengan keluarga sakinah
maka Allah SWT memberikan sebuah syarat mutlak yang harus dilaksanakan oleh
manusia, apakah itu? Syarat
mutlak yang harus dipenuhi oleh setiap manusia untuk mencapai atau menjadikan
atau mendirikan keluarga sakinah maka harus melakukan ikatan pernikahan,
sebagaimana firmanNya berikut ini: “dan Dia (pula) yang menciptakan manusia dari air lalu Dia jadikan manusia
itu (punya) keturunan dan mushaharah[1070] dan adalah Tuhanmu Maha Kuasa. (surat Al Furqaan (25) ayat
54)
[1070] Mushaharah artinya hubungan kekeluargaan
yang berasal dari perkawinan, seperti menantu, ipar, mertua dan sebagainya.
Tanpa adanya ikatan pernikahan yang sesuai
dengan syariat agama Islam maka ketentuan untuk mendapatkan keluarga sakinah
sesuai yang telah digariskan oleh Allah SWT melalui pemberian Hubbul Syahwat
tidak dapat terpenuhi. Apakah itu pernikahan? Pernikahan adalah sebuah perbuatan
atau tindakan untuk melakukan pernikahan antara seorang lelaki dengan seorang
perempuan yang didahului dengan adanya Ijab Qabul dihadapan Wali dan saksi dari
pihak lelaki dan pihak perempuan sesuai dengan ketentuan Agama dan ketentuan
Hukum Negara yang berlaku. Adanya Mushaharah akan menimbulkan hubungan
kekeluargaan antara keluarga pihak lelaki dan keluarga pihak wanita dan
seterusnya akan menjadi sebuah cikal bakal keluarga serta masyarakat.
Sekarang di tengah-tengah masyarakat banyak
terdapat kumpul kebo atau hidup bersama tanpa ikatan pernikahan atau praktek
prostitusi atau pornografi dan pornoaksi atau kegiatan lesbian atau kegiatan
homoseksual atau biseksual atau timbulnya HIV AIDS atau perselingkuhan atau
kekerasan di dalam rumah tangga,
mungkinkah hal ini semua sesuai dengan apa yang Allah SWT maksudkan dari
diberikannya Hubbul Syahwat kepada manusia? Allah SWT memberikan Hubbul Syahwat bukanlah
untuk tujuan tersebut di atas dan jika ini yang terjadi di tengah masyarakat
berarti telah terjadi penyalahgunaan Hubbul Syahwat yang diberikan oleh Allah SWT kepada diri
manusia atau telah terjadi kesalahan besar di dalam memanfaatkan dan
mendayagunakan Hubbul Syahwat atau telah terjadi eksploitasi Hubbul Syahwat
oleh jasmani atau Hubbul Syahwat telah dipergunakan di dalam koridor
Nilai-Nilai Keburukan yang sangat dikehendaki oleh syaitan.
Allah SWT selaku
pemberi dan pencipta Hubbul juga melarang atau tidak merestui dan serta akan
menghukum manusia jika melakukan hal itu semua (lihat dan pelajari kembali tentang Kaum atau Umat dari Nabi Luth as, yang
melakukan praktek homoseksual dan praktek lesbianisme, LGBTQQIIAAP, yang
kemudian dihancurkan oleh Allah SWT) sebagaimana firmanNya berikut ini: “dan Sesungguhnya mereka telah membujuknya (agar menyerahkan) tamunya
(kepada mereka), lalu Kami butakan mata mereka, Maka rasakanlah azab-Ku dan
ancaman-ancaman-Ku. (surat Al Qamar (54) ayat 37). Hal yang harus kita
perhatikan adalah Hubbul Syahwat yang diberikan oleh Allah SWT tidak bisa dan
tidak boleh dipergunakan dan diperlakukan semena-mena atau bukanlah sesuatu
yang bersifat gratisan (maksudnya barang gratisan yang bisa dipergunakan dengan
seenaknya saja) sebab semuanya akan dimintakan pertanggungjawabannya oleh Allah
SWT kelak.
Sekarang Allah SWT
sudah menetapkan ketentuan yang berlaku bagi Hubbul Syahwat di muka bumi ini.
Lalu masih beranikah diri kita memberlakukan Hubbul Syahwat dengan cara-cara
jahiliah atau menyerahkan kekuasaan dan penguasaan Hubbul Syahwat kepada jasmani
seperti yang dilakukan oleh umat Nabi Luth as,? Jika kita ingin merasakan azab seperti yang pernah dirasakan oleh umat
Nabi Luth as, lakukanlah penyimpangan penggunaan Hubbul Syahwat mulai saat ini
juga. Selain
daripada itu, ada satu hal yang harus kita ketahui tentang pendayagunaan Hubbul
Syahwat yaitu Hubbul Syahwat apakah mau dipergunakan sesuai dengan kehendak Allah
SWT atau mau dipergunakan sesuai dengan kehendak ahwa (hawa nafsu) dan juga syaitan,
Allah SWT tidak memperdulikan itu semua karena manusia diberi kebebasan untuk
memilih. Akan tetapi yang pasti adalah Allah SWT akan meminta
pertanggungjawaban dari manusia atas Hubbul Syahwat yang telah diberikan kepada
manusia. Pilihan sekarang
ada pada diri kita sendiri, bukan kepada orang lain. Apakah mau mempergunakan
dan mendayagunakan Hubbul Syahwat sesuai dengan kehendak Allah SWT atau
mempergunakan dan mendayagunakan sesuai dengan kehendak syaitan. Segala resiko
tanggung sendiri.
B. HUBBUL HURRIYAH
(INGIN BEBAS).
Adakah Hubbul Hurriyah di dalam diri kita? Di dalam setiap diri manusia
baik itu laki-laki maupun perempuan pasti mempunyai Hubbul Hurriyah atau
Keinginan Untuk Bebas ataupun keinginan untuk merdeka. Adanya Hubbul Hurriyah akan membuat
manusia mempunyai energi untuk bergerak atau adanya kekuatan atau adanya dorongan
untuk keluar dari persoalan atau himpitan atau keinginan untuk berkuasa
sehingga manusia tersebut menjadi terbebas atau
memperoleh kemerdekaan atas usaha yang dilakukannya. Setelah anda tahu mempunyai keinginan untuk bebas apakah yang anda
rasakan? Adanya keinginan untuk bebas
akan mendorong diri kita untuk berfikir
atau berusaha atau berupaya keluar mencari penyelesaian atas persoalan
kemiskinan, kebodohan, kemelaratan atau himpitan kehidupan atau narkoba atau
memperoleh kemerdekaan dengan berbagai cara. Tanpa
adanya keinginan dan kemauan untuk bebas dapatkah kita merasakan arti merdeka
setelah dijajah?
Tanpa adanya niat atau keinginan untuk bebas dari penderiataan dapatkah
kita merasakan kenikmatan hidup? Tanpa ada kekuatan untuk bebas dapatkah kita
keluar dari persoalan kemiskinan, kebodohan, kemelaratan atau himpitan
kehidupan? Keinginan
untuk bebas diberikan Allah SWT kepada
setiap manusia dalam rangka manusia dapat bergerak atau dapat termotivasi untuk
melakukan sebuah tindakan nyata sehingga dapat keluar dari segala persoalan
atau dapat keluar dari segala keadaan yang kurang menyenangkan dan
menyengsarakan saat menjadi abd’ (hamba) yang juga khalifah di muka bumi.
Setelah diri kita mempunyai keinginan untuk bebas yang diperoleh dari
Allah SWT, lalu dapatkah keinginan untuk
bebas itu dipergunakan dengan seenaknya tanpa mengindahkan peraturan dan
ketentuan Allah SWT seolah-olah pemberian itu bersifat gratis? Keinginan untuk bebas harus dipergunakan di dalam koridor peraturan dan
ketentuan yang telah Allah SWT berikan
atau di dalam koridor hukum negara atau di dalam koridor Nilai-Nilai Kebaikan
yang sesuai dengan Nama-Nama Allah SWT Yang Indah. Agar diri kita tidak salah langkah di dalam mempergunakan Hubbul
Hurriyah, berikut ini akan kami kemukakan kondisi dasar dari Hubbul Hurriyah
ditinjau dari sisi kefitrahannya, yaitu:
1. Hubbul Hurriyah Yang
Masih Fitrah. Sebagai makhluk yang terhormat maka kita harus
menyadari bahwa Hubbul Hurriyah atau keinginan untuk bebas yang berasal dari
Allah SWT, bukanlah sesuatu yang bersifat gratis atau barang gratisan sehingga
Hubbul Hurriyah bisa dipergunakan, bisa didayagunakan, dengan seenaknya saja
tanpa menghi-raukan maksud dan tujuan awal dari pemberian Hubbul Hurriyah itu
sendiri. Agar diri kita jangan sampai salah di dalam mempergunakan, di dalam
mendayagunakan Hubbul Hurriyah saat hidup di dunia, berikut ini akan kami
kemukakan beberapa kehendak Allah SWT yang yang dapat kita jadikan pedoman di
dalam mempergunakan Hubbul Hurriyah sehingga kita selalu berada di dalam
kehendak Allah SWT atau jika kita ingin mempertahankan kefitrahan Hubbul
Hurriyah, yaitu :
a. Berlaku Lemah Lembut.
Kita
tidak diperkenankan untuk bersikap kasar lagi berhati keras di dalam menghadapi
sesuatu problem atau suatu urusan. Jika ini yang diperintahkan oleh Allah SWT berarti kita harus mempergunakan keinginan
untuk bebas dengan cara atau dengan sikap yang lemah lembut atau bukan dengan
sikap yang kasar. Ini berarti keinginan
untuk bebas harus dipergunakan dengan cara yang sopan lagi santun dan bukan
dengan cara merendahkan martabat orang lain atau dengan cara yang tidak
bertentangan dengan hukum dan syariat yang berlaku atau dengan kata lain kita diwajibkan oleh
Allah SWT untuk mempergunakan dan mendayagunakan keinginan untuk bebas yang
harus sesuai dengan nilai-nilai kebaikan, sebagaimana dikemukakan dalam
surat Ali Imran (3) ayat 159 berikut
ini: “Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut
terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah
mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma’afkanlah mereka,
mohonkan ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan
itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada
Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.” Sekarang beranikah diri kita mempergunakan keinginan untuk bebas dengan
cara melanggar nilai-nilai kebaikan saat diri kita menjadi khalifah di muka
bumi? Jika sampai diri kita berani melakukan hal ini berarti kita sudah berada
di dalam kehendak syaitan dan juga sudah memiliki tiket masuk ke Neraka
Jahannam.
b. Tawakkal. Tawakkal merupakan koridor yang harus
dipatuhi dan dijadikan pedoman di dalam mempergunakan keinginan untuk bebas.
Apakah itu keinginan untuk bebas dari kemiskinan, apakah itu keinginan untuk
bebas dari kebodohan, apakah keinginan untuk bebas dari kemelaratan, apakah
keinginan untuk bebas dari himpitan persoalan hidup dan lain sebagainya.
Sebagaimana dikemukakan dalam surat Al
Anfaal (8) ayat 2 yang kami kemukakan berikut ini: “Sesungguhnya orang-orang
yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetarlah hati
mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, bertambahlah iman
mereka (karenanya) dan kepada Tuhanlah mereka bertawakkal.” Jika hal ini yang telah diperintahkan oleh Allah SWT maka tidak
sepantasnya, tidak sepatutnya dan sepantasnya keinginan untuk bebas
dipergunakan dengan cara-cara melanggar hukum baik hukum negara maupun syariat
Agama. Salah satu cara yang terbaik keluar dari permasalahan yang kita hadapi
adalah melalui usaha dan doa atau disebut juga dengan istilah Tawakkal.
Jika sekarang diri kita
mengalami problematika hidup, lalu kita berkeinginan untuk keluar dari problem
tersebut, maka jalan yang terbaik yang harus kita tempuh adalah Tawakkal
melalui usaha dan doa. Jika kita hanya mengandalkan usaha semata saat ingin keluar dari suatu
problem berarti diri kita tidak membutuhkan pertolongan dari Allah SWT. Akan
tetapi jika kita merasa membutuhkan pertolongan dari Allah SWT atau kita merasa
tidak mampu sendirian keluar dari problem, berarti usaha harus dibarengi dengan
doa. Kenapa harus melalui doa kita memohon kepada Allah SWT? Doa akan
memberikan keteguhan dan ketenangan saat melakukan usaha serta melalui doa kita
berharap pertolongan dan kekuatan dari Allah SWT sehingga dapat terbebas dari
permasalahan atau dari segala problem yang kita hadapi. Sekarang dapatkah kita
hanya berdoa saja tanpa melakukan usaha? Jika kita hanya berdoa saja tanpa
melakukan usaha, tidak ada bedanya kita dengan pungguk yang selalu merindukan
bulan.
c. Gagah
Perkasa (dikuatkan Allah SWT). Upaya untuk membebaskan diri dari belenggu
kehidupan baik itu memerangi kemiskinan,
memerangi kebodohan, memerangi kemelaratan, himpitan persoalan hidup, kenakalan
anak, narkoba dan lain sebagainya yang menimpa diri dan keluarga kita jika dilakukan
dengan cara-cara atau melalui koridor yang Allah SWT tetapkan maka Allah SWT
melalui surat Ali Imran (3) ayat 13 berikut ini: “Sesungguhnya telah ada tanda bagi kamu pada dua
golongan yang telah bertemu (bertempur). Segolongan berperang di jalan Allah
dan (segolongan) yang lain kafir yang dengan mata kepala melihat (seakan-akan)
orang-orang muslimin dua kali jumlah mereka. Allah menguatkan dengan
bantuan-Nya siapa yang dikehendaki-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu
terdapat pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai mata hati.” telah menjanjikan
pertolongan kepada manusia. Allah SWT
akan memberikan kekuatan dan kemampuan
tambahan yang lebih sepanjang manusia mampu mempergunakan keinginan
untuk bebas sesuai dengan nilai-nilai kebaikan sehingga manusia atau diri kita
menjadi gagah dan percaya diri di dalam mengarungi hidup dan kehidupan. Jika Allah
SWT sudah menjanjikan kepada diri kita tambahan kekuatan dan kemampuan yang
lebih, sekarang semuanya terpulang kepada diri kita sendiri, mau menerima
pertolongan atau tidak mau menerima pertolongan dan bantuan dari Allah SWT.
Yang pasti Allah SWT tidak pernah rugi sedikitpun jika manusia tidak mau
menerima pertolongan dari Allah SWT.
d. Penakluk. Usaha dan Upaya untuk melakukan keinginan untuk bebas sepanjang
dipergunakan di dalam batasan dan kriteria nilai-nilai kebaikan maka kita akan
menjadi penakluk atau pemenang sehingga kita akan terbebas dari segala problem
dan belenggu, apakah itu memerangi
kemiskinan, kebodohan, kemelaratan, himpitan persoalan hidup, kenakalan
anak, narkoba dan lain sebagainya. Allah SWT berfirman: “Yusuf berkata: “Wahai
Tuhanku, penjara lebih aku sukai daripada memenuhi ajakan mereka kepadaku. Dan
jika tidak Engkau hindarkan daripadaku tipu daya mereka, tentu aku akan cenderung
untuk (memenuhi keinginan mereka) dan tentulah aku termasuk orang-orang yang
bodoh.(surat Yusuf (12) ayat 33). Keinginan untuk bebas
di dalam diri setiap manusia bukan untuk menjadikan manusia mempunyai sifat
lembek atau selalu menerima nasib apa adanya atau menjadi seorang pecundang. Akan tetapi
menjadikan penakluk, pemenang, juara atas keberhasilan keluar dari segala
persoalan dan permasalahan hidup melalui koridor nilai-nilai kebaikan.
e.
Ridha
dan Diridhai Allah SWT. Seperti kita
ketahui bersama bahwa bebas dan merdeka dari kemiskinan, kebodohan,
kemelaratan, himpitan persoalan hidup, kenakalan anak, narkoba dan lain
sebagainya merupakan upaya dan usaha yang tidak mudah dan juga harus melalui
perjuangan yang keras. Dan jika sekarang kita telah mampu mengatasi segala
problem yang kita hadapi, apakah hal ini dapat dinilai sebagai suatu ibadah
bagi manusia? Allah SWT memiliki aturan sendiri saat menilai manusia
sehingga manusia tidak bisa menilai sendiri keberhasilan yang diperolehnya. aturan atau ketentuan apakah yang dipergunakan Allah SWT? Allah SWT
tidak serta merta menilai keberhasilan seseorang dari nilai akhir semata saat
ingin bebas dari kesusahan. Akan tetapi Allah SWT juga menilai proses dan tata cara
manusia membebaskan diri dari problem yang dihadapinya. Jika kita memperguna-kan
keinginan untuk bebas melalui proses dan tata cara yang sesuai dengan
Nilai-Nilai Kebaikan maka seluruh upaya dan usaha yang kita lakukan akan
diridhai oleh Allah SWT.
Allah SWT berfirman: “Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas
lagi di ridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam jama’ah hamba-hamba-Ku dan masuklah
ke dalam surga-Ku. (surat Al Fajr (89) ayat 27-28-29-30). Jika Allah SWT sudah ridha atas segala usaha dan upaya yang kita lakukan
maka Allah SWT menjanjikan syurga kepada diri kita. Demikian pula sebaliknya Allah
SWT akan memberikan kepada kita neraka jika kita melanggar ketentuan proses dan
tata cara untuk membebaskan diri dari problematika hidup. Sebagai abd’
(hamba)Nya yang juga khalifahNya yang sudah tahu diri, jadikan nilai-nilai
keinginan untuk bebas yang masih fitrah sebagai pedoman bagi diri kita untuk
keluar dari segala persoalan hidup yang kita hadapi sehingga keberadaan kita
selalu sesuai dengan kehendak Allah SWT.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar