Label

MEMANUSIAKAN MANUSIA: INILAH JATIDIRI MANUSIA YANG SESUNGGUHNYA (79) SETAN HARUS JADI PECUNDANG: DIRI PEMENANG (68) SEBUAH PENGALAMAN PRIBADI MENGAJAR KETAUHIDAN DI LAPAS CIPINANG (65) INILAH ALQURAN YANG SESUNGGUHNYA (60) ROUTE TO 1.6.799 JALAN MENUJU MAKRIFATULLAH (59) MUTIARA-MUTIARA KEHIDUPAN: JALAN MENUJU KERIDHAAN ALLAH SWT (54) PUASA SEBAGAI KEBUTUHAN ORANG BERIMAN (50) ENERGI UNTUK MEMOTIVASI DIRI & MENJAGA KEFITRAHAN JIWA (44) RUMUS KEHIDUPAN: TAHU DIRI TAHU ATURAN MAIN DAN TAHU TUJUAN AKHIR (38) TAUHID ILMU YANG WAJIB KITA MILIKI (36) THE ART OF DYING: DATANG FITRAH KEMBALI FITRAH (33) JIWA YANG TENANG LAGI BAHAGIA (27) BUKU PANDUAN UMROH (26) SHALAT ADALAH KEBUTUHAN DIRI (25) HAJI DAN UMROH : JADIKAN DIRI TAMU YANG SUDAH DINANTIKAN KEDATANGANNYA OLEH TUAN RUMAH (24) IKHSAN: INILAH CERMINAN DIRI KITA (24) RUKUN IMAN ADALAH PONDASI DASAR DIINUL ISLAM (23) ZAKAT ADALAH HAK ALLAH SWT YANG HARUS DITUNAIKAN (20) KUMPULAN NASEHAT UNTUK KEHIDUPAN YANG LEBIH BAIK (19) MUTIARA HIKMAH DARI GENERASI TABI'IN DAN TABI'UT TABIIN (18) INSPRIRASI KESEHATAN DIRI (15) SYAHADAT SEBAGAI SEBUAH PERNYATAAN SIKAP (14) DIINUL ISLAM ADALAH AGAMA FITRAH (13) KUMPULAN DOA-DOA (10) BEBERAPA MUKJIZAT RASULULLAH SAW (5) DOSA DAN JUGA KEJAHATAN (5) DZIKIR UNTUK KEBAIKAN DIRI (4) INSPIRASI DARI PARA SAHABAT NABI (4) INILAH IBADAH YANG DISUKAI NABI MUHAMMAD SAW (3) PEMIMPIN DA KEPEMIMPINAN (3) TAHU NABI MUHAMMAD SAW (3) DIALOQ TOKOH ISLAM (2) SABAR ILMU TINGKAT TINGGI (2) SURAT TERBUKA UNTUK PEROKOK dan KORUPTOR (2) IKHLAS DAN SYUKUR (1)

Senin, 13 Mei 2024

HUBBUL YANG 7 SEBAGAI ENERGI PENGGERAK MANUSIA (PART 1 of 7)

 

Sebelum kami membahas lebih lanjut materi tentang energi penggerak manusia atau disebut juga dengan istilah Hubbul. Perkenankan kami untuk mengemukakan ilustrasi sebagai berikut: Katakan, hari sangat panas, kemudian timbul rasa haus dan lapar dalam diri, lalu apa yang terjadi? Adanya rasa haus dan lapar akan menimbulkan keinginan untuk melepaskan diri dari rasa haus dan lapar tersebut atau timbul sebuah perasaan yang tidak menyenangkan untuk membebaskan diri dari rasa haus dan lapar dengan melakukan akvitas makan dan minum.

 

Sekarang dapatkah kita bebas dari rasa haus dan lapar jika di dalam diri tidak memiliki keinginan untuk membebaskan diri dari rasa haus dan lapar? Menurut akal sehat, tanpa ada keinginan untuk membebaskan diri dari haus dan lapar mustahil rasa haus dan lapar akan hilang atau rasa haus dan lapar akan terus meminta untuk ditanggulangi. Untuk dapat menanggulangi rasa lapar dan haus, di dalam diri harus dimulai dari adanya keinginan untuk melepaskan dari rasa haus dan lapar terlebih dahulu, barulah kita bisa melakukan upaya makan dan minum.

 

Timbul pertanyaan dari manakah asalnya keinginan untuk membebaskan diri, apakah ia ada dengan sendirinya di dalam diri manusia ataukah ada yang memberikan? Keinginan untuk membebaskan diri tidak datang begitu saja di dalam diri manusia, ia ada karena ada yang mengadakannya, dalam hal ini adalah Allah SWT. Lalu untuk apakah Allah SWT mengadakan atau memberikan keinginan untuk membebaskan diri bagi manusia? Allah SWT memberikan keinginan untuk membebaskan diri bagi manusia untuk dijadikan sebagai motor penggerak dalam rangka menyelesaikan segala persoalan yang dihadapi manusia. Apakah Allah SWT hanya memberikan satu motor penggerak saja atau satu energi penggerak saja kepada setiap manusia?

 

Allah SWT memberikan tujuh bentuk energi penggerak yang terdiri dari: (1) Hubbul Syahwat: (2) Hubbul Maal; (3) Hubbul Riasah: (4) Hubbul Hurriyah; (5) Hubbul Jam'i; (6) Hubbul Istitlaq, serta (7) Hubbul Maadah, kepada setiap manusia tanpa terkecuali. Seperti apakah Hubbul yang diberikan Allah SWT kepada setiap manusia baik laki-laki maupun perempuan, apakah Hubbul yang diberikan oleh Allah SWT itu besarannya sama untuk setiap manusia? Hubbul yang diberikan Allah SWT  kepada setiap manusia berbeda-beda besarannya, berbeda-beda pula ukurannya, berbeda-beda komposisinya sehingga setiap manusia memliki besaran Hubbul yang berbeda-beda.

 

Kita tidak dapat mengetahui dengan pasti berapa komposisi dari masing-masing Hubbul yang ada di dalam diri manusia sebab hanya Allah SWT lah yang tahu persis berapa komposisi Hubbul yang ada di dalam diri manusia. Timbul pertanyaan lagi, adakah sesuatu manfaat atau suatu keadaan yang di akibatkan dari perbedaan Hubbul di dalam diri manusia? Adanya perbedaan Hubbul yang diterima oleh setiap manusia maka akan mempengaruhi tingkah dan perilaku manusia di dalam melakukan sebuah tindakan. Di lain sisi adanya besaran Hubbul yang berbeda-beda di dalam diri setiap manusia akan memudahkan manusia menilai bakat seseorang atau akan diketahui bakat dan kemampuan orang tersebut melalui Hubbul yang ada pada diri manusia.

 

Sekarang setelah memiliki Hubbul dalam diri, apa yang harus kita perbuat? Hubbul yang ada di dalam diri harus dikelola dengan baik dan benar, Hubbul tidak boleh dibunuh apalagi dikebiri sebab penggunaan dan pendayagunaan Hubbul dapat menghantarkan kita sesuai dengan kehendak Allah SWT atau sesuai dengan kehendak Syaitan. Untuk itu setiap penggunaan Hubbul akan dimintakan pertanggungjawabannya oleh Allah SWT.  Ingat, Hubbul bukanlah barang gratisan yang bisa seenaknya dipergunakan dan dimanfaatkan oleh manusia saat menjadi abd’ (hamba) yang juga khalifah di muka bumi.

 

Selanjutnya jika komponen hubbul kami masukkan menjadi komponen dasar dari manusia, berarti setiap manusia selain memiliki jasmani dan juga ruhani juga memiliki Amanah yang 7 (yang terdiri dari sifat Qudrat, sifat Iradat, sifat Ilmu, sifat Sami’, sifat Bashir, sifat Kalam dan sifat Hayat) yang tidak lain adalah “Modal Dasar” bagi manusia untuk menjadi khalifah di muka bumi dan juga memiliki Hubbul (yang terdiri dari Hubbul Syahwat, Hubbul Maal, Hubbul Riasah, Hubbul Hurriyah, Hubbul Jam’i, Hubbul Istitlaq, serta Hubbul Maadah) sebagaiEnerdi Penggerak Manusia” untuk melakukan tindakan atau perbuatan dalam kerangka mensukseskan manusia sebagai abd’ (hamba)-Nya yang juga khalifah-Nya di muka bumi dan juga sebagai makhluk pilihan.

 

Dan Agar diri kita jangan sampai salah langkah di dalam mempergunakan serta mendayagunakan Hubbul, yang tidak lain energi pendorong, maka ketahuilah hal ini sejak dini agar diri kita sesuai dengan kehendak Allah SWT dan inilah 7 (tujuh) energi penggerak manusia itu.

 

A.     HUBBUL SYAHWAT (INGIN BERHUBUNGAN DENGAN LAWAN JENIS)

 

Adakah Hubbul Syahwat di dalam diri kita? Di dalam diri setiap manusia, baik laki-laki ataupun perempuan semuanya mempunyai keinginan untuk menjalin hubungan atau tertarik atau mempunyai perasaan dengan lawan jenis. Laki-laki ingin berhubungan atau tertarik atau mempunyai perasaan dengan perempuan sedangkan perempuan juga ingin berhubungan  atau tertarik atau mempunyai perasaan dengan laki-laki. Inilah salah satu ketentuan fitrah Allah SWT kepada setiap manusia baik laki-laki maupun perempuan. Lalu untuk apakah Allah SWT memberikan Hubbul Syahwat kepada setiap manusia?

 

Allah SWT memberikan Hubbul Syahwat kepada setiap manusia baik laki-laki ataupun perempuan, tentunya di dalam kerangka rencana besar manusia untuk dijadikan sebagai abd’ (hamba)-Nya yang juga khalifah-Nya di muka bumi serta ada maksud dan tujuan yang jelas dibalik pemberian Hubbul Syahwat tersebut. Allah SWT berfirman: ““Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, Yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga). (surat An Nisaa’ (4) ayat 14)

 

Adanya Hubbul Syahwat yang ada di dalam diri setiap manusia baik laki-laki dan perempuan maka akan menimbulkan atau akan menumbuhkan, apa yang dinamakan dengan : rasa kasih sayang diantara laki-laki dan perempuan; rasa lindung melindungi di antara sesama (memberikan perlindungan); menambah rasa persaudaraan  dan juga k regenerasi kekhalifahan di muka bumiendak ALLAH SWT atau sesuai dengan kehendak Syaitan. Untuk itu setiap penggunaan Hubbuuntuk menambah banyak Silaturrahmi.  Selain daripada itu, Hubbul Syahwat diberikan kepada setiap manusia baik laki-laki dan perempuan bukan hanya terbatas yang kami sebutkan di atas saja tetapi dengan adanya Hubbul Syahwat diharapkan akan terciptalah “Regenerasi baik dari sisi abd’(hamba) dan juga kekhalifahan ” yang ada  di muka bumi atau adanya renegerasi keluarga yang “Sakinah Mawaddah Wa Rahmah” di dunia ini, termasuk di dalamnya anak dan keturunan kita.

 

Dan hal yang harus kita perhatikan adalah untuk mencapai apa yang disebut dengan keluarga sakinah maka Allah SWT memberikan sebuah syarat mutlak yang harus dilaksanakan oleh manusia, apakah itu? Syarat mutlak yang harus dipenuhi oleh setiap manusia untuk mencapai atau menjadikan atau mendirikan keluarga sakinah maka harus melakukan ikatan pernikahan, sebagaimana firmanNya berikut ini: dan Dia (pula) yang menciptakan manusia dari air lalu Dia jadikan manusia itu (punya) keturunan dan mushaharah[1070] dan adalah Tuhanmu Maha Kuasa. (surat Al Furqaan (25) ayat 54)

 

[1070] Mushaharah artinya hubungan kekeluargaan yang berasal dari perkawinan, seperti menantu, ipar, mertua dan sebagainya.

 

Tanpa adanya ikatan pernikahan yang sesuai dengan syariat agama Islam maka ketentuan untuk mendapatkan keluarga sakinah sesuai yang telah digariskan oleh Allah SWT melalui pemberian Hubbul Syahwat tidak dapat terpenuhi. Apakah itu pernikahan? Pernikahan adalah sebuah perbuatan atau tindakan untuk melakukan pernikahan antara seorang lelaki dengan seorang perempuan yang didahului dengan adanya Ijab Qabul dihadapan Wali dan saksi dari pihak lelaki dan pihak perempuan sesuai dengan ketentuan Agama dan ketentuan Hukum Negara yang berlaku. Adanya Mushaharah akan menimbulkan hubungan kekeluargaan antara keluarga pihak lelaki dan keluarga pihak wanita dan seterusnya akan menjadi sebuah cikal bakal keluarga serta masyarakat.

 

Sekarang di tengah-tengah masyarakat banyak terdapat kumpul kebo atau hidup bersama tanpa ikatan pernikahan atau praktek prostitusi atau pornografi dan pornoaksi atau kegiatan lesbian atau kegiatan homoseksual atau biseksual atau timbulnya HIV AIDS atau perselingkuhan atau kekerasan di dalam rumah tangga,  mungkinkah hal ini semua sesuai dengan apa yang Allah SWT maksudkan dari diberikannya Hubbul Syahwat kepada manusia? Allah SWT memberikan Hubbul Syahwat bukanlah untuk tujuan tersebut di atas dan jika ini yang terjadi di tengah masyarakat berarti telah terjadi penyalahgunaan Hubbul Syahwat yang diberikan oleh Allah SWT kepada diri manusia atau telah terjadi kesalahan besar di dalam memanfaatkan dan mendayagunakan Hubbul Syahwat atau telah terjadi eksploitasi Hubbul Syahwat oleh jasmani atau Hubbul Syahwat telah dipergunakan di dalam koridor Nilai-Nilai Keburukan yang sangat dikehendaki oleh syaitan.

 

Allah SWT selaku pemberi dan pencipta Hubbul juga melarang atau tidak merestui dan serta akan menghukum manusia jika melakukan hal itu semua (lihat dan pelajari kembali tentang Kaum atau Umat dari Nabi Luth as, yang melakukan praktek homoseksual dan praktek lesbianisme, LGBTQQIIAAP, yang kemudian dihancurkan oleh Allah SWT) sebagaimana firmanNya berikut ini: “dan Sesungguhnya mereka telah membujuknya (agar menyerahkan) tamunya (kepada mereka), lalu Kami butakan mata mereka, Maka rasakanlah azab-Ku dan ancaman-ancaman-Ku. (surat Al Qamar (54) ayat 37). Hal yang harus kita perhatikan adalah Hubbul Syahwat yang diberikan oleh Allah SWT tidak bisa dan tidak boleh dipergunakan dan diperlakukan semena-mena atau bukanlah sesuatu yang bersifat gratisan (maksudnya barang gratisan yang bisa dipergunakan dengan seenaknya saja) sebab semuanya akan dimintakan pertanggungjawabannya oleh Allah SWT kelak.

 

Sekarang Allah SWT sudah menetapkan ketentuan yang berlaku bagi Hubbul Syahwat di muka bumi ini. Lalu masih beranikah diri kita memberlakukan Hubbul Syahwat dengan cara-cara jahiliah atau menyerahkan kekuasaan dan penguasaan Hubbul Syahwat kepada jasmani seperti yang dilakukan oleh umat Nabi Luth as,? Jika kita ingin merasakan azab seperti yang pernah dirasakan oleh umat Nabi Luth as, lakukanlah penyimpangan penggunaan Hubbul Syahwat mulai saat ini juga. Selain daripada itu, ada satu hal yang harus kita ketahui tentang pendayagunaan Hubbul Syahwat yaitu Hubbul Syahwat apakah mau dipergunakan sesuai dengan kehendak Allah SWT atau mau dipergunakan sesuai dengan kehendak ahwa (hawa nafsu) dan juga syaitan, Allah SWT tidak memperdulikan itu semua karena manusia diberi kebebasan untuk memilih. Akan tetapi yang pasti adalah Allah SWT akan meminta pertanggungjawaban dari manusia atas Hubbul Syahwat yang telah diberikan kepada manusia. Pilihan sekarang ada pada diri kita sendiri, bukan kepada orang lain. Apakah mau mempergunakan dan mendayagunakan Hubbul Syahwat sesuai dengan kehendak Allah SWT atau mempergunakan dan mendayagunakan sesuai dengan kehendak syaitan. Segala resiko tanggung sendiri.  

 

B.      HUBBUL HURRIYAH (INGIN BEBAS).

 

Adakah Hubbul Hurriyah di dalam diri kita? Di dalam setiap diri manusia baik itu laki-laki maupun perempuan pasti mempunyai Hubbul Hurriyah atau Keinginan Untuk Bebas ataupun keinginan untuk merdeka. Adanya Hubbul Hurriyah akan membuat manusia mempunyai energi untuk bergerak atau adanya kekuatan atau adanya dorongan untuk keluar dari persoalan atau himpitan atau keinginan untuk berkuasa sehingga manusia tersebut menjadi terbebas atau  memperoleh kemerdekaan atas usaha yang dilakukannya. Setelah anda tahu mempunyai keinginan untuk bebas apakah yang anda rasakan? Adanya keinginan untuk bebas akan mendorong diri kita  untuk berfikir atau berusaha atau berupaya keluar mencari penyelesaian atas persoalan kemiskinan, kebodohan, kemelaratan atau himpitan kehidupan atau narkoba atau memperoleh kemerdekaan dengan berbagai cara. Tanpa adanya keinginan dan kemauan untuk bebas dapatkah kita merasakan arti merdeka setelah dijajah?

 

Tanpa adanya niat atau keinginan untuk bebas dari penderiataan dapatkah kita merasakan kenikmatan hidup? Tanpa ada kekuatan untuk bebas dapatkah kita keluar dari persoalan kemiskinan, kebodohan, kemelaratan atau himpitan kehidupan? Keinginan untuk bebas diberikan Allah SWT  kepada setiap manusia dalam rangka manusia dapat bergerak atau dapat termotivasi untuk melakukan sebuah tindakan nyata sehingga dapat keluar dari segala persoalan atau dapat keluar dari segala keadaan yang kurang menyenangkan dan menyengsarakan saat menjadi abd’ (hamba) yang juga khalifah di muka bumi. 

 

Setelah diri kita mempunyai keinginan untuk bebas yang diperoleh dari Allah SWT, lalu  dapatkah keinginan untuk bebas itu dipergunakan dengan seenaknya tanpa mengindahkan peraturan dan ketentuan Allah SWT seolah-olah pemberian itu bersifat gratis? Keinginan untuk bebas harus dipergunakan di dalam koridor peraturan dan ketentuan yang telah  Allah SWT berikan atau di dalam koridor hukum negara atau di dalam koridor Nilai-Nilai Kebaikan yang sesuai dengan Nama-Nama Allah SWT Yang Indah. Agar diri kita tidak salah langkah di dalam mempergunakan Hubbul Hurriyah, berikut ini akan kami kemukakan kondisi dasar dari Hubbul Hurriyah ditinjau dari sisi kefitrahannya, yaitu:

 

1.       Hubbul Hurriyah Yang Masih Fitrah. Sebagai makhluk yang terhormat maka kita harus menyadari bahwa Hubbul Hurriyah atau keinginan untuk bebas yang berasal dari Allah SWT, bukanlah sesuatu yang bersifat gratis atau barang gratisan sehingga Hubbul Hurriyah bisa dipergunakan, bisa didayagunakan, dengan seenaknya saja tanpa menghi-raukan maksud dan tujuan awal dari pemberian Hubbul Hurriyah itu sendiri. Agar diri kita jangan sampai salah di dalam mempergunakan, di dalam mendayagunakan Hubbul Hurriyah saat hidup di dunia, berikut ini akan kami kemukakan beberapa kehendak Allah SWT yang yang dapat kita jadikan pedoman di dalam mempergunakan Hubbul Hurriyah sehingga kita selalu berada di dalam kehendak Allah SWT atau jika kita ingin mempertahankan kefitrahan Hubbul Hurriyah, yaitu :

 

a.  Berlaku Lemah Lembut.  Kita tidak diperkenankan untuk bersikap kasar lagi berhati keras di dalam menghadapi sesuatu problem atau suatu urusan. Jika ini yang diperintahkan oleh  Allah SWT berarti kita harus mempergunakan keinginan untuk bebas dengan cara atau dengan sikap yang lemah lembut atau bukan dengan sikap yang kasar. Ini berarti keinginan untuk bebas harus dipergunakan dengan cara yang sopan lagi santun dan bukan dengan cara merendahkan martabat orang lain atau dengan cara yang tidak bertentangan dengan hukum dan syariat yang berlaku atau dengan kata lain kita diwajibkan oleh Allah SWT untuk mempergunakan dan mendayagunakan keinginan untuk bebas yang harus sesuai dengan nilai-nilai kebaikan, sebagaimana dikemukakan dalam surat  Ali Imran (3) ayat 159 berikut ini: “Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma’afkanlah mereka, mohonkan ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.” Sekarang beranikah diri kita mempergunakan keinginan untuk bebas dengan cara melanggar nilai-nilai kebaikan saat diri kita menjadi khalifah di muka bumi? Jika sampai diri kita berani melakukan hal ini berarti kita sudah berada di dalam kehendak syaitan dan juga sudah memiliki tiket masuk ke Neraka Jahannam.

 

b.  Tawakkal. Tawakkal merupakan koridor yang harus dipatuhi dan dijadikan pedoman di dalam mempergunakan keinginan untuk bebas. Apakah itu keinginan untuk bebas dari kemiskinan, apakah itu keinginan untuk bebas dari kebodohan, apakah keinginan untuk bebas dari kemelaratan, apakah keinginan untuk bebas dari himpitan persoalan hidup dan lain sebagainya. Sebagaimana dikemukakan dalam surat Al Anfaal (8) ayat 2 yang kami kemukakan berikut ini: “Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, bertambahlah iman mereka (karenanya) dan kepada Tuhanlah mereka bertawakkal.” Jika hal ini yang telah diperintahkan oleh Allah SWT maka tidak sepantasnya, tidak sepatutnya dan sepantasnya keinginan untuk bebas dipergunakan dengan cara-cara melanggar hukum baik hukum negara maupun syariat Agama. Salah satu cara yang terbaik keluar dari permasalahan yang kita hadapi adalah melalui usaha dan doa atau disebut juga dengan istilah Tawakkal.

 

Jika sekarang diri kita mengalami problematika hidup, lalu kita berkeinginan untuk keluar dari problem tersebut, maka jalan yang terbaik yang harus kita tempuh adalah Tawakkal melalui usaha dan doa. Jika kita hanya mengandalkan usaha semata saat ingin keluar dari suatu problem berarti diri kita tidak membutuhkan pertolongan dari Allah SWT. Akan tetapi jika kita merasa membutuhkan pertolongan dari Allah SWT atau kita merasa tidak mampu sendirian keluar dari problem, berarti usaha harus dibarengi dengan doa. Kenapa harus melalui doa kita memohon kepada Allah SWT? Doa akan memberikan keteguhan dan ketenangan saat melakukan usaha serta melalui doa kita berharap pertolongan dan kekuatan dari Allah SWT sehingga dapat terbebas dari permasalahan atau dari segala problem yang kita hadapi. Sekarang dapatkah kita hanya berdoa saja tanpa melakukan usaha? Jika kita hanya berdoa saja tanpa melakukan usaha, tidak ada bedanya kita dengan pungguk yang selalu merindukan bulan.

 

c.  Gagah Perkasa (dikuatkan Allah SWT). Upaya untuk membebaskan diri dari belenggu kehidupan baik itu memerangi  kemiskinan, memerangi kebodohan, memerangi kemelaratan, himpitan persoalan hidup, kenakalan anak, narkoba dan lain sebagainya yang menimpa diri dan keluarga kita jika dilakukan dengan cara-cara atau melalui koridor yang Allah SWT tetapkan maka Allah SWT melalui surat Ali Imran (3) ayat 13 berikut ini: “Sesungguhnya telah ada tanda bagi kamu pada dua golongan yang telah bertemu (bertempur). Segolongan berperang di jalan Allah dan (segolongan) yang lain kafir yang dengan mata kepala melihat (seakan-akan) orang-orang muslimin dua kali jumlah mereka. Allah menguatkan dengan bantuan-Nya siapa yang dikehendaki-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai mata hati.” telah menjanjikan pertolongan kepada manusia. Allah SWT akan memberikan kekuatan dan kemampuan  tambahan yang lebih sepanjang manusia mampu mempergunakan keinginan untuk bebas sesuai dengan nilai-nilai kebaikan sehingga manusia atau diri kita menjadi gagah dan percaya diri di dalam mengarungi hidup dan kehidupan. Jika Allah SWT sudah menjanjikan kepada diri kita tambahan kekuatan dan kemampuan yang lebih, sekarang semuanya terpulang kepada diri kita sendiri, mau menerima pertolongan atau tidak mau menerima pertolongan dan bantuan dari Allah SWT. Yang pasti Allah SWT tidak pernah rugi sedikitpun jika manusia tidak mau menerima pertolongan dari Allah SWT.

 

d.  Penakluk. Usaha dan Upaya untuk melakukan keinginan untuk bebas sepanjang dipergunakan di dalam batasan dan kriteria nilai-nilai kebaikan maka kita akan menjadi penakluk atau pemenang sehingga kita akan terbebas dari segala problem dan belenggu, apakah itu memerangi  kemiskinan, kebodohan, kemelaratan, himpitan persoalan hidup, kenakalan anak, narkoba dan lain sebagainya. Allah SWT berfirman: Yusuf berkata: “Wahai Tuhanku, penjara lebih aku sukai daripada memenuhi ajakan mereka kepadaku. Dan jika tidak Engkau hindarkan daripadaku tipu daya mereka, tentu aku akan cenderung untuk (memenuhi keinginan mereka) dan tentulah aku termasuk orang-orang yang bodoh.(surat Yusuf (12) ayat 33). Keinginan untuk bebas di dalam diri setiap manusia bukan untuk menjadikan manusia mempunyai sifat lembek atau selalu menerima nasib apa adanya atau  menjadi seorang pecundang. Akan tetapi menjadikan penakluk, pemenang, juara atas keberhasilan keluar dari segala persoalan dan permasalahan hidup melalui koridor nilai-nilai kebaikan.

 

e.  Ridha dan Diridhai Allah SWT. Seperti kita ketahui bersama bahwa bebas dan merdeka dari kemiskinan, kebodohan, kemelaratan, himpitan persoalan hidup, kenakalan anak, narkoba dan lain sebagainya merupakan upaya dan usaha yang tidak mudah dan juga harus melalui perjuangan yang keras. Dan jika sekarang kita telah mampu mengatasi segala problem yang kita hadapi, apakah hal ini dapat dinilai sebagai suatu ibadah bagi manusia? Allah SWT memiliki aturan sendiri saat menilai manusia sehingga manusia tidak bisa menilai sendiri keberhasilan yang diperolehnya. aturan atau ketentuan apakah yang dipergunakan Allah SWT? Allah SWT tidak serta merta menilai keberhasilan seseorang dari nilai akhir semata saat ingin bebas dari kesusahan. Akan tetapi Allah SWT juga menilai proses dan tata cara manusia membebaskan diri dari problem yang dihadapinya. Jika kita memperguna-kan keinginan untuk bebas melalui proses dan tata cara yang sesuai dengan Nilai-Nilai Kebaikan maka seluruh upaya dan usaha yang kita lakukan akan diridhai oleh Allah SWT.

 

Allah SWT berfirman:Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi di ridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam jama’ah hamba-hamba-Ku dan masuklah ke dalam surga-Ku. (surat Al Fajr (89) ayat 27-28-29-30). Jika Allah SWT sudah ridha atas segala usaha dan upaya yang kita lakukan maka Allah SWT menjanjikan syurga kepada diri kita. Demikian pula sebaliknya Allah SWT akan memberikan kepada kita neraka jika kita melanggar ketentuan proses dan tata cara untuk membebaskan diri dari problematika hidup. Sebagai abd’ (hamba)Nya yang juga khalifahNya yang sudah tahu diri, jadikan nilai-nilai keinginan untuk bebas yang masih fitrah sebagai pedoman bagi diri kita untuk keluar dari segala persoalan hidup yang kita hadapi sehingga keberadaan kita selalu sesuai dengan kehendak Allah SWT.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar