Dalam pembahasan
buku ini, kami mengambil hujjah atau pendekatan tentang ruh sebagai berikut:
Ruh sebelum ditiupkan ke dalam jasmani dinamakan dengan ruh. Setelah ruh
dipersatukan dengan jasmani maka ruh dinamakan dengan jiwa (nafs/anfuus)
sedangkan setelah ruh dipisahkan dengan jasmani maka ruh dinamakan kembali
dengan ruh. Dan sekarang mari kita pelajari salah satu unsur
penting yang ada dalam diri kita, apakah itu? Unsur penting dan teramat penting
yang harus ada dalam diri kita, sebab apabila di dalam diri kita tidak ada
unsur ini maka kita tidak dapat dikatakan sebagai manusia. Unsur itu adalah ruh.
Manusia tanpa ruh dinamakan dengan jasad atau
mayat.
Sebagai abd’
(hamba)-Nya yang juga adalah khalifah-Nya di muka bumi pernahkah kita mempe-lajari
tentang ruh dari diri kita sendiri? Apakah ruh memiliki sifat, apakah ruh
memiliki perbuatan dan apakah ruh juga memiliki kemampuan? Seperti apakah ruh
diri kita, apakah bentuk ruh sama persis dengan bentuk jasmani kita? Apakah ruh
mempunyai mata, apakah ruh memiliki telinga dan hidung serta hati atau
perasaan? Jika jamaah sekalian ingin mengetahui lebih jauh tentang ruh, tidak
ada jalan lain kecuali anda mempelajari buku ini sampai selesai.
A. KONSEP ISLAM TENTANG RUH.
Definisi tentang roh
(ruh) tidak ada dalam kitab Taurat dan Injil, yang ada adalah penggunaan kata
roh yang bergandengan dengan sifat sifat akhlaqi dan maknawi, seperti roh
jahat, roh rida yang membedakan antara manusia, roh tersembunyi seperti
malaikat, dan roh suci yang berarti Allah. Dan ketika Rasulullah SAW diutus
kepada kaumnya dan mengumumkan kenabiannya, sebagian dari mereka pergi menemui
orang orang Yahudi untuk bertanya sesuatu yang dapat mereka pakai menguji
beliau (Nabi Muhammad SAW). Mendapatkan pertanyaan seperti itu, orang orang
Yahudi lalu menyuruh mereka menanyakan suatu hal yang belum pernah diberitakan
seorang nabi pun sebelumnya, yaitu masalah roh. Ketika Rasul ditanya tentang
itu, beliau tidak langsung menjawab, melainkan menunggu wahyu turun. Dan
AlQuran sendiri yang menjawab pertanyaan mereka.
Berdasarkan surat Al
Israa’ (17) ayat 85 berikut ini: “dan mereka bertanya kepadamu tentang roh.
Katakanlah: "Roh itu Termasuk urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi
pengetahuan melainkan sedikit". Roh/ruh merupakan suatu hal yang
sulit dipahami manusia karena lebih besar dari kapasitas pengetahuan dan
akalnya. Sebanyak apapun ilmu yang diberikan kepada manusia, ia tidak akan
mampu memahami hakekat roh/ruh. Inilah rahasia jawaban yang singkat sehingga
manusia tidak terjerumus ke dalam kekacauan dan prasangka, tidak melupakan
dakwah baru, dan menyibukkan diri dalam urusan filsafat. “Prof Dr Abdul Basith Muhammad
Sayyid”, dalam bukunya “Rahasia Dalam Rahasia: Menyibak Dimensi Roh
Secara Ilmiah”, mengemukakan tentang beberapa permasalahan roh/ruh yang
disebutkan di dalam AlQuran yang kemudian dibenarkan oleh ilmu pengetahuan
modern, sebagaimana kami kemukakan berikut ini:
1. Roh/ruh kekal tidak
mati dan tidak hancur. Roh/ruh kekal tidak mati dan tidak hancur bersamaan
dengan hancurnya badan/jasad. Padahal keyakinan yang beredar sebelum diturunkan
AlQuran adalah seperti yang mereka katakan dalam surat Al Mu’minuun (23) ayat
37 berikut ini: “kehidupan itu tidak lain hanyalah kehidupan kita di dunia ini, kita
mati dan kita hidup[1000] dan sekali-kali tidak akan dibangkitkan lagi,”
[1000] Maksudnya: di samping sebagian
dari manusia meninggal dunia, Maka ada manusia yang lain dilahirkan.
Namun
pernyataan itu segera dibantah oleh AlQuran dengan mengatakan bahwa roh/ruh
tetap hidup setelah matinya jasad/jasmani, sebagaimana firman Allah SWT berikut
ini: “dan
janganlah kamu mengatakan terhadap orang-orang yang gugur di jalan Allah,
(bahwa mereka itu ) mati; bahkan (sebenarnya) mereka itu hidup[100], tetapi
kamu tidak menyadarinya. (surat Al Baqarah (2) ayat 154)
[100] Yaitu hidup
dalam alam yang lain yang bukan alam kita ini, di mana mereka mendapat
kenikmatan-kenikmatan di sisi Allah, dan hanya Allah sajalah yang mengetahui
bagaimana Keadaan hidup itu.
Ini
fakta pertama tentang roh/ruh yang disebutkan dalam AlQuran yang dibenarkan
oleh ilmu pengatahuan modern, yaitu roh/ruh tetap hidup sampai kapanpun juga.
2. Kita Tidak Bisa
melihat dan Mendegar Suara Ruh. Kita tidak bisa melihat roh/ruh dan tidak
bisa mendengar suara ruh, bukan karena ruh tidak ada, tetapi karena
ketidakmampuaan mata dan telinga manusia menangkap obyek itu. AlQuran menekan-kan
kebenaran fakta ini dan menyebutkan bahwa disekitar kita banyak hal yang tidak
dapat ditangkap mata kita. Allah SWT berfirman: “Maka aku bersumpah dengan apa
yang kamu lihat. dan dengan apa yang tidak kamu lihat. (surat Al Haqqaah (69)
ayat 38,39). Ruh merupakan kemukjizatan karena Allah SWT bersumpah
dengan sejumlah benda yang tidak terlihat oleh mata kita. Menurut ilmu
pengetahuan modern, perbandingan antara benda benda yang terlihat oleh mata
dengan benda-benda yang tidak terlihat oleh mata adalah 1 : 10 Juta. Tentu saja
perbandingan ini sangat besar dan tidak mungkin terbetik dalam benak seorangpun
yang hidup pada masa AlQuran diturunkan. Namun disinilah letak sumpah yang
agung itu.
Islam
tidak berhenti pada fenomena ini karena ilmu pengetahuan modern tidak mampu
menafsirkannya. Rasulullah SAW bersabda: “Semua makhluk mendengar suaranya kecuali
manusia. Jika manusia mendengarnya pasti jatuh pingsan” (Hadits Riwayat
Bukhari). Allah SWT menciptakan mata dan telinga manusia tidak dapat
melihat dan mendengar ruh agar manusia tidak ngeri dan takut. Hal ini adalah
salah satu rahmat yang diberikan Allah SWT kepada manusia yang masih hidup.
Jadi, selama hubungan bendawi antara manusia dan ruh terputus, tidak mungkin
untuk menyentuh atau berbicara dengan mereka dalam kondisi biasa, kita akan
ketakutan jika melihat atau mendengar tanpa dapat menyentuh.
Ilmu
pengetahuan modern menyatakan bahwa ruh tidak akan menampakkan diri atau
melakukan suatu pekerjaan dalam upacara pendatangan ruh, kecuali dalam
kegelapan atau paling tidak sinar merah yang redup. Hal ini dikarena ruh adalah
getaran sinar dan suara yang akan pecah dengan adanya sinar biasa. Oleh karena
itu, upacara pendatangan ruh tidak akan dilakukan kecuali pada malam hari. Di
lakukan pada malam malam bulan yang tenang dan tidak terdapat kilat dan
halilintar. Rasulullah telah mengisyaratkan fakta ini sebelum ditemukan oleh
ilmu pengetahuan modern dengan sabdanya: “Kurangilah keluar pada keheningan malam
karena Allah mempunyai binatang-binatang yang disebar pada saat ini”.
Adapun arti keheningan malam adalah berkumpulnya kegelapan dengan ketenangan.
3. Kehidupan di alam
Barzakh. Kehidupan
barzakh antara AlQuran dan ilmu pengetahuan. Setelah meninggalkan jasmani, ruh
tidak langsung berpindah ke syurga atau ke neraka, tetapi singgap terlebih
dahulu di alam barzakh. Kata barzakh berasal dari bahasa Persia. Digunakan oleh
orang Arab untuk menyatakan arti “tempat di antara dua tempat”. Sedangkan,
AlQuran menggunakannya untuk menyatakan arti “periode atau kehidupan antara dua
kehidupan” sehingga dapat dikatakan bahwa barzakh berarti suatu periode yang
terjadi antara kematian dan datangnya hari kiamat. Hal ini sebagaimana
dikemukakan dalam surat Al Mu’minuun
(23) ayat 100 yang kami kemukakan berikut ini: “agar aku berbuat amal yang saleh
terhadap yang telah aku tinggalkan. sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu adalah
Perkataan yang diucapkannya saja. dan di hadapan mereka ada dinding sampal hari
mereka dibangkitkan[1022].”
[1022] Maksudnya:
mereka sekarang telah menghadapi suatu kehidupan baru, Yaitu kehidupan dalam
kubur, yang membatasi antara dunia dan akhirat.
Ilmu
pengetahuan modern sejalan dengan AlQuran tentang adanya alam barzakh ini
dengan nama lain, yaitu alam eter. Menurut buku buku ilmu pengetahuan modern,
alam eter adalah ruang kosong yang berada di antara bumi dan semua langit yang
mengelilingi kita yang mencakup matahari dan planet planet. Namun setelah
penemuan-penemuan luar biasa di bidang ilmu atom, ruang kosong itu ditambah
dengan ruang kosong yang ada di dalam semua benda dan di dalam atom itu sendiri, yaitu antara
ruang kosong yang berada di antara proton dan elektron. Ruh hidup bebas di
dalam ruang kosong yang sangat luas tanpa ada penghalang apapun dan dapat
menembus ke dalam ruang kosong yang ada dalam atom meskipun berada di dalam
dinding yang terbuat dari baja.
4. Sifat Ruh adalah
Sebagian dari sifat Allah. Sifat ruh adalah sebagian dari sifat Allah SWT. Allah SWT
menyatakan dalam ayat ayat AlQuran bahwa ruh adalah tiupan Allah SWT. Hal ini
terlihat jelas dalam surat Shaad (38) ayat 72 berikut ini; “Maka apabila telah Kusempurnakan
kejadiannya dan Kutiupkan kepadanya roh (ciptaan)Ku; Maka hendaklah kamu
tersungkur dengan bersujud kepadaNya". dimana Allah SWT menyebut-kan
tiupan ruh ke dalam jasad Nabi Adam as, setelah sempurna kejadiannya. Dan Allah
SWT juga menerangkan tentang janin seorang manusia yang ditiupkan ruh
sebagaiman dikemukakan dalam surat As Sajdah (32) ayat 9 di atas. “kemudian
Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalamnya roh (ciptaan)-Nya dan Dia
menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit
sekali bersyukur.” Dengan demikian, ruh yang ada dalam tubuh manusia
adalah tiupan ruh yang berasal dari Allah SWT dan sifatnya adalah sebagian dari
sifat (af’al) Allah SWT, yang tidak dapat dilihat dengan mata manusia,
sebagaimana dalam surat Al An’am (6) ayat 103 berikut ini:“Dia tidak dapat dicapai oleh
penglihatan mata, sedang Dia dapat melihat segala yang kelihatan; dan Dialah
yang Maha Halus lagi Maha mengetahui. (surat Al An’am (6) ayat 103)
5. Ruh Ditiupkan ke
dalam Janin Di dalam perut seorang Ibu. Ruh tidak ditiupkan ke dalam janin yang
berada dalam perut ibunya sebelum berumur 4 (empat) bulan atau 120 (seratus dua
puluh) hari menurut hitungan para fukaha. Hal ini sama persis dengan kesimpulan
yang dicapai ilmu pengetahuan pada masa ini. Sebelum berumur 4 (empat) bulan,
perkembangan janin belumlah sempurna. Masih berupa nuthfah, alaqah, atau
mudhghah yang semuanya adalah periode periode kehidupan tanpa ruh. Dalam ilmu
kedokteran periode periode itu disebut dengan kehidupan biologi, yaitu suatu
jenis kehidupan yang ada pada benda benda, seperti tumbuhan tumbuhan, mani dan
sel telur. Allah SWT berfirman, dalam surat As Sajdah (32) ayat 9 berikut ini: “kemudian
Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalamnya roh (ciptaan)-Nya dan Dia menjadikan
bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit sekali
bersyukur. (surat As Sajdah (32) ayat 9). Berdasarkan ketentuan ayat di
atas ini, ruh tidak akan pernah ditiupkan sebelum kejadian dan perkembangan
janin di dalam rahim seorang ibu menjadi sempurna, demikian juga yang
dinyatakan ilmu pengetahuan modern.
6. Ruh dijaga oleh Allah
SWT. Allah
SWT menjaga ruh yang ada di dalam jasad sehingga tidak meninggalkannya kecuali
dengan perintahNya pada waktu yang ditentukan sebagaimana Allah SWT kemukakan
dalam surat Ath Thaariq (86) ayat 4 berikut ini: “tidak ada suatu jiwapun (diri)
melainkan ada penjaganya.” Hafizh (penjaga) di sini mengandung banyak
arti, di antaranya adalah seorang malaikat yang berada di dalam atau di luar
tubuh yang selalu menyertai dan menjaga ruh hingga tidak meninggalkan tubuh
itu. Namun, kita tidak dapat melihat atau merasakan malaikat ini. Ilmu pengeta-huan
modern pun membenarkan teori ini, dengan sedikit perbedaan dalam nama dan
ungkapan. Menurut ilmu pengetahuan modern, penjaga di sini adalah zat-zat kimia
yang ada dalam tubuh kita yang menjaga hubungan antara ruh dan jasad. Teori
teori ilmiah itu mengatakan bahwa jika hubungan itu terganggu, manusia akan
terserang banyak penyakit jiwa dan ruh tanpa terserang penyakit fisik.
7. Kehidupan di alam
barzakh. Ruh
di alam barzakh mungkin bahagia dan mungkin sengsara. Mereka selalu diberitahu
tempat tinggal yang akan mereka huni di hari kiamat, baik di syurga maupun di
neraka berdasarkan perbuatan yang mereka lakukan di dunia. Allah SWT berfirman:
“mereka
dalam Keadaan gembira disebabkan karunia Allah yang diberikan-Nya kepada
mereka, dan mereka bergirang hati terhadap orang-orang yang masih tinggal di
belakang yang belum menyusul mereka[249], bahwa tidak ada kekhawatiran terhadap
mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (surat Ali Imran (3) ayat 170)
[249] Maksudnya ialah teman-temannya
yang masih hidup dan tetap berjihad di jalan Allah s.w.t.
Adapun
orang orang kafir dan orang orang lalim mengetahui nasib akhir mereka di dalam
neraka dan azab yang pedih, sebagaimana dikemukakan dalam surat Al Waqi’ah (56)
ayat 92, 93, 94 berikut ini: “dan Adapun jika Dia Termasuk golongan yang
mendusta-kan lagi sesat, Maka Dia mendapat hidangan air yang mendidih dan
dibakar di dalam Jahannam. (surat Al Waqi’ah (56) ayat 92, 93, 94)
Ruh
hidup bebas di alam barzakh di antara langit dan bumi tanpa terikat, baik
dengan jasad maupun kubur. Sebelum Islam datang, orang orang memuja kubur,
membangun-nya dengan megah, serta meletakkan makanan, lampu dan penjaga karena
adanya keyakinan bahwa ruh terikat dengan kubur dan akan senang dengan keadaan
lahir yang seperti itu. Ketika Islam datang, segera memerintahkan kepada
pengikutnya untuk memusnahkan kubur kubur itu dan meratakannya dengan tanah,
bahkan melarang untuk menziarahinya dengan satu tujuan agar mereka lupa akan
tradisi jahiliah itu. Setelah mereka lupa akan hal itu, mereka beriman, barulah
Nabi SAW bersabda, “Dulu aku melarang ziarah kubur, tetapi ziarahilah sekarang! Hal itu
akan melembutkan hati”. Dalam riwayat lain, “meningatkan akan
kematian”. Namun, beliau tidak mengatakan “membahagiakan mayit” yang berarti
bahwa disana tidak ada hubungan antara ruh mayit dengan kuburan dan antara ruh
dengan jasad.
Tempat
tempat persinggahan ruh di alam barzakh bertingkat-tingkat. Sebagian darinya
ada yang berada di tempat yang paling tinggi bersama para nabi, syuhada,
orang-orang yang shaleh dan sebagian lain ada yang berada di tempat paling
rendah bersama para pembunuh, pezina, dan orang orang yang musyrik.
Demikianlah, tempat tempat ruh di alam barzakh yang dilihat oleh Rasulullah SAW
pada malam Isra’. Di alam barzakh para ruh saling berkunjung satu sama lain.
Mereka juga mendengar pembicaraan orang orang yang masih hidup, terpengaruh
oleh doa-doa mereka yang baik dan mengunjungi mereka di mana pun mereka berada.
Selain
daripada itu, terdapat hal hal yang dapat diambil oleh ruh yang berada di alam
barzakh terdiri dari dua hal, yaitu pertama, hal hal yang ia kerjakan semasa
masih hidup, sebagaimana hadits berikut ini: “Rasulullah bersabda, “Amalan dan
kebaikan seorang mukmin yang dapat menyusulnya setelah ia meninggal adalah ilmu
yang ia ajarkan atau sebarkan, anak shaleh yang mendoakan, mushaf AlQuran yang
ia wariskan, masjid yang ia bangun, rumah yang ia bangun untuk ibnu sabil,
sungai yang ia alirkan dan sedekah yang ia keluarkan dari hartanya semasa ia
hidup dan sehat.” (Muttafaq’alaih). Sedekah jariah, ilmu yang
bermanfaat, anak shaleh, membangun rumah penampungan, mengalirkan sungai, menggali
sumur, menanam pohon yang berbuah, semua itu akan mengangkat derajat ruh disisi
Allah SWT. Kedua, hal hal yang dikerjakan orang orang yang masih hidup yang
terdiri dari atas empat perkara, yaitu: (1) melunasi hutangnya; (2) doa, shalat
dan puasa untuknya; (3) membaca AlQuran untuk ruhnya; (4) sedekah jariah
untuknya dan lain sebagainya.
Masalah
ruh dan yang berkenaan dengannya telah dibatasi oleh kerangka AlQuran dan juga
oleh hadits, sehingga tidak akan keluar dari kerangka itu kecuali sebatas yang dibolehkan
oleh pemahaman secara bahasa maupun syariat. Sebagaimana firman Allah SWT berikut
ini: “dan
mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah: "Roh itu Termasuk urusan
Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit". (surat
Al Israa’ (17) ayat 85). Rasulullah SAW bersabda: Pikirkanlah ciptaan Allah dan jangan pikirkan dzatNya karena kalian
nanti akan binasa. (Kanzu Al Umal). Hal ini karena wahyu dari Sang
Pencipta adalah satu satunya sumber pengetahuan tentang hal hal yang ghaib yang
tidak dapat ditangkap oleh indera dan tidak dapat diketahui oleh nalar murni.
Oleh karena itu, apa saja yang dikatakan wahyu akan kita percayai, dan yang
berten-tangan dengannya akan kita buang dan tidak kita terima. Selain itu, ruh
adalah salah satu bukti kebesaran dan kemahaan Allah SWT, sehingga hanya Allah
SWT lah yang mengetahui rahasianya, sebagaimana firmanNya berikut ini: “Apakah
Allah yang menciptakan itu tidak mengetahui (yang kamu lahirkan atau
rahasiakan); dan Dia Maha Halus lagi Maha Mengetahui? (surat Al Mulk (67) ayat
14)
Akhirnya, hakekat ruh
akan tetap menjadi teka-teki, rahasia yang tersembunyi, dan tantangan bagi akal
manusia hingga waktu yang dikehendaki oleh Allah SWT. Ruh adalah rahasia
kehidupan manusia. Allah SWT mengkhusukan pengetahuannya untuk diri-Nya
sendiri. Adapun bagaimana ruh menempatkan diri dalam jasmani atau
meninggalkannya adalah masalah-masalah ghaib yang hanya diketahui oleh Allah
SWT. Sehingga yang tampak oleh kita dalam realita kehidupan adalah hidup, tidur
dan kematian. Sesungguhnya setiap manusia terdiri dari jasmani dan ruh sehingga
saat dipersatukan keduanya terjadilah apa yang dinamakan dengan hidup dan ruh
ini akan selalu menjadi rahasia berlangsungnya kehidupan manusia, entah sampai
kapan hanya Allah SWT saja yang tahu. Dan masih banyak lagi rahasia di balik
rahasia yang terdapat di dalam ruh, yang tidak lain adalah jati diri kita yang
sesungguhnya. Semoga kita mampu menjadikan ruh ini menjadi jati diri kita yang
sesungguhnya dan mampu mempertahakan kefitrahan ruh selama kita hidup di dunia
ini sampai diri kita bertemu langsung dengan Allah SWT di syurga-Nya. Amiin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar