Allah SWT selaku Tuan
Rumah menyatakan dengan tegas bahwa seluruh kebaikan, seluruh kenikmatan yang
dinikmati oleh semua orang asalnya hanya dari Allah SWT semata sedangkan jika
terjadi kemalangan, ketidaknyamanan, bencana asalnya bukan dari Allah SWT
melainkan dari manusia itu sendiri. Hal ini sebagaimana dikemukakan dalam surat
An Nisaa’ (4) ayat 78 dan 79 berikut ini: “di mana saja
kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, Kendatipun kamu di dalam benteng
yang Tinggi lagi kokoh, dan jika mereka memperoleh kebaikan, mereka mengatakan:
"Ini adalah dari sisi Allah", dan kalau mereka ditimpa sesuatu
bencana mereka mengatakan: "Ini (datangnya) dari sisi kamu
(Muhammad)". Katakanlah: "Semuanya (datang) dari sisi Allah".
Maka mengapa orang-orang itu (orang munafik) Hampir-hampir tidak memahami
pembicaraan sedikitpun? apa saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari Allah,
dan apa saja bencana yang menimpamu, Maka dari (kesalahan) dirimu sendiri. Kami
mengutusmu menjadi Rasul kepada segenap manusia. dan cukuplah Allah menjadi
saksi.”
Adanya pernyataan
seperti ini yang bersumber dari Allah SWT menunjukkan bahwa Allah SWT tidak
memiliki kepentingan apapun dengan kebaikan ataupun dengan keburukan yang
menimpa manusia. Akan tetapi Allah SWT sudah mempersiapkan segala kebaikan
untuk seluruh makhluknya sepanjang makhluk itu membutuhkan kebaikan. Hal yang
samapun berlaku kepada keburukan.
Sekarang lihatlah
kebaikan-kebaikan yang ada di muka bumi
ini kesemuanya berasal hanya dari Allah SWT yang mana hal ini sudah dipersiapkan
untuk seluruh makhluk-Nya, seperti
adanya air dan udara yang sangat dibutuhkan oleh seluruh makhluk. Apa jadinya
jika air dan udara penggunaannya dibatasi oleh Allah SWT yaitu hanya bagi orang-orang
yang beriman saja sedangkan yang tidak beriman tidak boleh menikmati air dan
udara.
Selanjutnya akan
terjadi kesenjangan dan ketidaknyamanan dalam kehidupan. Kenyataan-nya adalah
air dan udara boleh dipergunakan oleh siapapun juga tanpa ada embel-embel
beriman ataupun tidak beriman. Setiap makhluk bisa menikmati air dan udara
tanpa adanya ketentuan beriman kepada Allah SWT namun yang harus kita pahami
adalah ada perbe-daan sikap antara orang yang beriman dan orang yang tidak
beriman saat menikmati air dan udara.
Orang yang beriman
pasti mengetahui air dan udara yang dipergunakannya selalu sujud dan patuh kepada
Allah SWT dan juga bertasbih kepada Allah SWT sehingga orang yang beriman akan
sujud dan bertasbih pula kepada Allah SWT seperti halnya air dan udara yang
dikonsumsinya. Lalu orang yang beriman sebelum mengkonsumsi atau mempergunakan
keduanya selalu dimulai dengan membaca basmallah dan diakhiri dengan
alhamdulillah. Allah SWT berfirman: “Apakah kamu tiada
mengetahui, bahwa kepada Allah bersujud apa yang ada di langit, di bumi,
matahari, bulan, bintang, gunung, pohon-pohonan, binatang-binatang yang melata
dan sebagian besar daripada manusia? dan banyak di antara manusia yang telah
ditetapkan azab atasnya. dan Barangsiapa yang dihinakan Allah Maka tidak
seorangpun yang memuliakannya. Sesungguhnya Allah berbuat apa yang Dia
kehendaki. (surat Al Hajj (22) ayat 18).”
Kemudian Allah SWT juga berfirman melalui surat Al Hadiid (57) ayat 1
berikut ini: “semua yang berada di langit dan yang berada di bumi bertasbih kepada
Allah (menyatakan kebesaran Allah). dan Dialah yang Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana.” Sekarang
lihat dan rasakan dengan apa yang Allah SWT juga berikan kepada diri kita
seperti adanya jantung. Lalu apa yang bisa kita lakukan saat hidup di dunia
jika kita tidak punya jantung? Jawabannya adalah jika kita tidak punya jantung
berarti kematian yang ada. Akan tetapi Allah SWT selaku pemberi kebaikan
memberikan jantung tanpa ada syarat dan ketentuan beriman atau tidak, semua
orang diberikan tanpa syarat sehingga semua orang memiliki jantung.
Perhatikanlah jantung
yang selalu berdetak setiap detiknya dan jika saat ini kita berumur 50 tahun
berarti jantung telah berdetak sebanyak 1.576.800.000 kali. Selanjutnya apa
jadinya jika Allah SWT meminta bayaran kepada diri kita atas penggunaan jantung
lalu mampukah kita membayarnya? Jika saat ini kita termasuk orang yang beriman
lagi beramal shaleh maka sudah sepatutnya diri kita menjalani kehidupan dengan
sebaik baik sesuai dengan rencana besar Allah SWT yaitu kekhalifahan di muka
bumi.
Dalam kehidupan kita
sehari hari, tentu kita tidak hanya merasakan adanya kebaikan semata namun kita
juga merasakan apa yang dinamakan dengan bencana atau keburukan sedanglkkan
Allah SWT sudah menyatakan jika kebaikan itu berasal dari padaNya. Lalu
darimanakah bencara atau keburukan itu? Jika kita mengacu kepada ketentuan
surat An Nisaa’ (4) ayat 78 dan 79 di atas, setiap bencana atau setiap
keburukan bukan berasal dari Allah SWT melainkan akibat ulah dari dirimu
sendiri yang bertindak dan berbuat tidak sesuai dengan kehendak Allah SWT.
Disinilah Allah SWT memberikan pilihan secara demokratis kepada diri kita
silahkan memilih, mau berbuat baik silahkan, mau berbuat buruk silahkan karena
keduanya tidak dibutuhkan Allah SWT.
Allah SWT begitu
sayang kepada hamba-Nya dengan memberi petunjuk cara hidup di dunia seperti yang
dikemukakan dalam hadits qudsi berikut ini: “Abu Said ra,
berkata: Nabi SAW bersabda: Allah Ta’ala berfirman: Carilah kebaikan pada
umatKu yang mempunyai belas kasih, tentu kamu akan dapat hidup di bawah
lindungannya, karena rahmatKu ada pada mereka. Dan janganlah mencari kebaikan
pada orang yang kejam hati, karena murkaKu menimpa atas mereka. (Diriwayatkan
oleh Al Qudha’i dari Abi Said: 272: 28).”
Sudahkah kita tahu aturan main ini lalu sudahkah kita berusaha menjadi orang yang memiliki belas kasih kepada sesama sehingga rahmat Allah SWT selalu bersama kita? Harapan kami setelah membaca dan mempelajari buku ini kita mampu menjadi pribadi pribadi yang sesuai dengan kehendak Allah SWT lalu Allah SWT tersenyum bangga kepada diri kita. Amien.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar