Selanjutnya
akibat diri kita tidak tahu dan tidak memiliki ilmu tentang Allah SWT akhirnya
banyak manusia yang tidak tidak tahu dan akhirnya tidak mau melaksanakan perintah
dan larangan Allah SWT yang berlaku di langit dan bumi ini. Lalu apa-apa
sajakah perintah dan larangan Allah SWT itu? Berikut ini akan kami kemukakan
beberapa contoh dari perintah dan larangan Allah SWT yang berlaku di muka bumi
ini sebagaimana termaktub di dalam AlQuran, yaitu:
1. Perintah untuk berlaku lemah lembut. Hal ini sebagaimana firman-Nya
berikut ini: Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu Berlaku lemah lembut
terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah
mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. karena itu ma'afkanlah mereka,
mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan
itu[246]. kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, Maka bertawakkallah
kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal
kepada-Nya. (surat Ali Imran (3) ayat 159
[246] Maksudnya: urusan peperangan dan
hal-hal duniawiyah lainnya, seperti urusan politik, ekonomi, kemasyarakatan dan
lain-lainnya.
2. Perintah Menahan Amarah dan Memaafkan Kesalahan Orang. Hal ini sebagai-mana
firman-Nya berikut ini: “(yaitu) orang-orang yang menafkahkan
(hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan
amarahnya dan mema'afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang
berbuat kebajikan. (surat Ali Imran (3) ayat 134)
3. Selalu Berbuat Baik dari waktu ke waktu. Hal ini sebagaimana
firman-Nya beri-kut ini: “sembahlah Allah dan janganlah kamu
mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. dan berbuat baiklah kepada dua orang
ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang
dekat dan tetangga yang jauh[294], dan teman sejawat, Ibnu sabil[295] dan hamba
sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan
membangga-banggakan diri, (surat An Nisaa’ (4) ayat 36)
[294] Dekat dan jauh di sini ada yang
mengartikan dengan tempat, hubungan kekeluargaan, dan ada pula antara yang
Muslim dan yang bukan Muslim.
[295] Ibnus sabil ialah orang yang dalam
perjalanan yang bukan ma'shiat yang kehabisan bekal. Termasuk juga anak yang
tidak diketahui ibu bapaknya.
4. Perintah Jangan Berlaku Sombong. Hal ini sebagaimana
firman-Nya berikut ini: “Allah berfirman: "Turunlah kamu dari surga itu; karena kamu sepatutnya menyombongkan diri
di dalamnya, Maka keluarlah, Sesungguhnya kamu Termasuk orang-orang yang
hina". (surat Al A’raaf (7) ayat 13)
5. Perintah memakan
makanan dan minuman yang halal lagi baik (thayyib).Hal ini sebagaimana
dikemukakan dalam surat Al Baqarah (2) ayat 168 berikut ini: “Hai sekalian manusia,
makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah
kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; karena sesungguhnya syaitan itu adalah
musuh yang nyata bagimu.”
6. Perintah untuk selalu bersyukur dan menyembah hanya
kepada-Nya saja.
Hal ini sebagaimana dikemukakan dalam surat An Nahl (16) ayat 114 berikut ini: “Maka makanlah yang halal lagi baik dari rezki yang telah diberikan
Allah kepadamu; dan syukurilah ni’mat Allah, jika kamu hanya kepada-Nya saja
menyembah.”
7. Adanya 9 (sembilan)
buah larangan sebagaimana yang kami kemukakan berikut ini, yaitu:
a.
Jangan
menyekutukan Allah dengan apa pun dan dalam bentuk apa pun.
b. Jangan berbuat tidak
baik (artinya, harus berbuat baik) kepada orangtua. Per-banyaklah berbuat baik
kepada mereka.
c. Jangan
membunuh anak-anak kalian karena takut kemiskinan yang melanda kalian atau yang
akan melanda mereka kelak. Kalian tidak memberikan rezeki kepada mereka.
Kamilah (Allah) yang memberikan rezeki kepada kalian dan kepada mereka.
d. Jangan dekati
perbuatan zina, sebab zina termasuk perbuatan yang sangat jelek dan hina.
Larangan ini berlaku kepada zina yang tampak, diketahui oleh orang, juga pada
zina yang tidak tampak dan hanya diketahui oleh Allah.
e. Jangan
membunuh jiwa yang memang dilarang karena tidak ada alasan yang sah, kecuali
kalau membunuh itu dilakukan secara benar, karena melaksanakan keputusan hukum.
Allah sangat menekankan perintah menjauhi larangan itu, sesuatu yang oleh akal
sehat pun dinilai demikian, agar kalian berpikir.
f. Jangan
menggunakan harta anak yatim kecuali dengan cara terbaik yang dapat menjamin
dan mengembangkannya, sampai ia mencapai usia dewasa dan mampu mengatur sendiri
keuangannya dengan baik. Saat itu, serahkan harta itu kepadanya.
g. Jangan
mengurangi timbangan atau ukuran saat kalian memberi dan jangan meminta lebih
atau tambahan saat kalian menerima. Lakukanlah timbangan itu secara adil
semampu kalian. Allah tidak membebani manusia kecuali sesuatu yang sesuai
dengan kemampuannya, tanpa merasa terpaksa.
h. Bila kalian
mengucapkan sesuatu tentang hukum, persaksian, berita, dan sebagainya, jangan
sampai condong kepada perilaku tidak adil dan tidak jujur. Lakukanlah itu tanpa
melihat hubungan kebangsaan, warna kulit, kekerabatan, dan sebagainya.
i. Jangan
melanggar janji kepada Allah yang telah memberikan tugas. Jangan pu-la melanggar
janji di antara sesama kalian, berkenaan dengan urusan yang disyariatkan.
Tepatilah semua janji itu. Allah telah menekankan perintah menjauhi larangan
ini kepada kalian, agar kalian ingat bahwa ketentuan itu memang untuk maslahat
kalian.
Sembilan larangan
yang telah kami kemukakan di atas ini, termaktub di dalam surat Al An’am (6)
ayat 151-152 berikut ini: “Katakanlah: "Marilah kubacakan yang
diharamkan atas kamu oleh Tuhanmu yaitu janganlah kamu mempersekutukan sesuatu
dengan Dia, berbuat baiklah terhadap kedua orangtua, dan janganlah kamu
membunuh anak-anak kamu karena takut kemiskinan, Kami akan memberi rezeki
kepadamu dan kepada mereka, dan janganlah kamu mendekati perbuatan-perbuatan
yang keji, baik yang tampak di antaranya maupun yang tersembunyi, dan janganlah
kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) melainkan dengan sesuatu
(sebab) yang benar." Demikian itu yang diperintahkan kepadamu supaya kamu
memahami(nya). Dan janganlah kamu dekati harta anak yatim, kecuali dengan cara
yang lebih bermanfaat, hingga sampai ia dewasa. Dan sempurnakanlah takaran dan
timbangan dengan adil. Kami tidak memikulkan beban kepada sesorang melainkan
sekadar kesanggupannya. Dan apabila kamu berkata, hendaklah kamu berlaku adil,
kendati pun ia kerabat(mu), dan penuhilah janji Allah. Yang demikian itu
diperintahkan Allah kepadamu agar kamu ingat”.
Sebagai
abd’ (hamba)-Nya yang sekaligus khalifah-Nya di muka bumi ketahuilah bahwa
larangan Allah SWT maupun perintah Allah SWT bukanlah untuk kepentingan Allah
SWT karena Allah SWT tidak butuh dengan larangan ataupun perintah. Akan tetapi
yang membutuhkan larangan maupun yang membutuhkan perintah adalah yang dilarang
ataupun yang diperintah, dalam hal ini adalah umat manusia, termasuk di
dalamnya diri kita.
Adanya
hal ini maka segala sesuatu yang terdapat di balik larangan ataupun sesuatu
yang ada di balik perintah kesemuanya untuk kebaikan diri kita yang mampu
mematuhinya. Dan jika sekarang manusia, ataupun diri kita tidak sesuai lagi
dengan kehendak Allah SWT maka sampai dengan kapanpun juga larangan dan
perintah Allah SWT tidak akan pernah salah, yang salah adalah orang yang
dilarang dan yang diperintahlah yang tidak mampu melaksanakan larangan dan
perintah yang sesuai dengan kehendak pemberi larangan dan perintah, dalam hal
ini Allah SWT.
Sekarang diri kita
telah mengetahui 9 (sembilan) sikap Allah SWT kepada umat manusia dan jika
sekarang Allah SWT selalu melarang umat manusia untuk berbuat kejahatan atau melanggar ketentuan
hukum positif negara sebab Allah SWT sangat sayang kepada umat manusia. Dan
untuk itulah Allah SWT berkehendak kepada umat manusia termasuk kepada diri
kita untuk selalu bersama-Nya saat melaksanakan tugas di muka bumi ini. Selain
daripada itu, Allah SWT tidak berkehendak sedikitpun untuk mencelakakan manusia
yang mengakibatkan manusia pulang kampung ke neraka. Akan tetapi jika manusia
jadi celaka, lalu masuk penjara berarti manusia telah keluar dari konsep awal
penciptaannya dan yang berarti ada sesuatu yang salah pada diri manusia itu
sendiri, dalam hal ini tidak tahu akan Allah SWT. Untuk itu segeralah berkaca
dengan cermin yang bersih apakah diri kita saat ini masih sesuai dengan konsep
awal penciptaan manusia. Jika hasil akhirnya melenceng segeralah melakukan
upaya taubatan nasuha sebelum ruh dipisahkan dengan jasmani oleh malaikat maut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar