B.
MENGIKUTI AHWA (HAWA NAFSU).
Mengikuti ahwa (hawa
nafsu) dapat dikatakan sebagai penyebab yang paling mendasar yang terjadi pada
diri wargabinaan. Dimana ahwa (hawa nafsu) merupakan perasaan atau kekuatan
emosional yang bersifat negatif yang ada dalam diri setiap manusia yang tidak
terkontrol. Walaupun Allah SWT telah memerintahkan kepara abd’ (hamba)-Nya yang
sekaligus khalifah-Nya untuk mengontrol ahwa (hawa nafsu) karena bisa menjadi
sebab segala keburukan, terutama dapat menggagalkan manusia memelihara dirinya
yang sesuai dengan kehendak Allah SWT sehingga jiwa manusia masuk dalam
kategori jiwa fujur.
Hal ini sebagaimana
dikemukakan dalam surat Al Kahfi (18) ayat
28 berikut ini: “Dan bersabarlah kamu
bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari
dengan mengharap keridhaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari
mereka (karena) mengharapkan perhiasan kehidupan dunia ini; dan janganlah kamu
mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti
hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas.” Dan akibat dari manusia yang suka
memperturutkan ahwa (hawa nafsu)nya sehingga tumbuhnya jiwa fujur di dalam
diri, akan memberikan dampak yang buruk kepada hati nurani sehingga manusia menjadi sulit untuk
berkomuni-kasi dengan Allah SWT atau manusia akan sulit mendapat pertolongan
dan perlindungan dari Allah SWT. Namun sangat mudah memperoleh pertolongan dari
syaitan sang laknatullah.
Selain dari pada itu,
Allah SWT akan mengunci mati mata hati nurani manusia. Sekarang jika mata hati nurani
manusia sudah dikunci mati atau telah
ditutup oleh Allah SWT, apa yang dapat manusia lakukan dengan kondisi hati
ruhani yang sudah seperti itu? Yang paling jelas terlihat dan dapat dirasakan
langsung adalah af’idah (perasaaan) yang ada di dalam hati nurani hilang
ditelan titik noda sehingga manusia sudah tidak memiliki perasaan lagi. Jika sampai
manusia sudah tidak memiliki perasaan lagi, dapatkah manusia merasakan apa yang
dinamakan dengan suasana sedih, gembira, welas asih, kasih sayang, cinta,
benci, rindu, dendam? Jawaban dari pertanyaan ini sangat jelas yaitu
kita tidak akan pernah merasakan itu semua, yang ada hanyalah kepentingan
pribadi, kepentingan kelompok, yang lain tidak tahu lalu apa bedanya diri kita
dengan binatang. Hasil akhirnya adalah melanggar ketentuan hukum negara yang
pada gilirannya masuk penjara.
Sebagai abd’
(hamba)-Nya yang sekaligus khalifah-Nya di muka bumi berarti diri kita adalah
makhluk terhormat, jika sampai diri kita memperturutkan ahwa (hawa nafsu) demi
mengejar keinginan tertentu melalui cara-cara yang tidak terhormat, seperti
membuat syariat-syariat baru atau membuat ketentuan untuk kepentingan sesaat,
berarti diri kita memang sudah tidak layak lagi menyandang status terhormat.
Dan jika ini sudah terjadi atau kita sudah melakukannya berarti kita tidak akan
pernah sampai ke tempat yang terhormat dengan cara yang terhormat, untuk bertemu
dengan yang Maha Terhormat dalam suasana yang saling hormat menghormati, karena
kita pulang kampungnya ke neraka jahannam.
Dan agar diri kita
tidak salah jalan, ada baiknya kita mempelajari apa yang dikemukakan oleh “Muhammad
Mahdi al Ashifi” dalam bukunya “Mencerdaskan Hawa Nafsu” yang mengemukakan
tentang pengaruh buruk (destruktif) dari ahwa (hawa nafsu ) bagi diri manusia,
sebagaimana berikut ini:
1. Ahwa (hawa nafsu)
menutup pintu-pintu hati dari petunjuk Allah SWT sebagai-mana termaktub dalam
surat Al Jatsiyah (45) ayat 23 berikut ini: “Maka pernahkah kamu melihat
orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya dan Allah membiarkannya
sesat dengan sepengetahuan-Nya, dan Allah telah mengunci pendengaran dan
hatinya serta meletakkan tutup atas penglihatannya? Maka siapakah yang mampu
memberinya petunjuk setelah Allah (membiarkannya sesat)? Mengapa kamu tidak
mengambil pelajaran?” Demikianlah, mengikuti ahwa (hawa nafsu) akan
menyebabkan tertutupnya jendela-jendela hati untuk menerima kehadiran Allah,
Rasul-Nya, tanda tanda kebesaran-Nya, hujjah-hujjah-Nya dan
bayyinah-bayyinah-Nya. Untuk itu berhati hatilah dengan ahwa (hawa nafsu)
karena hawa nafsu adalah sekutu kebutaan. Jauhilah hawa nafsu karena akan
mangajak diri kita kepada kebutaan, baik di dunia maupun di akhirat kelak.
2. Ahwa (hawa nafsu)
dapat menyesatkan manusia dan menghalangi manusia dari ja-lan Allah SWT,
sebagaimana termaktub dalam surat Maryam (19) ayat 59 berikut ini: “Kemudian
datanglah setelah mereka, pengganti pengganti yang mengabaikan shalat dan
mengikui keinginannya (memperturutkan hawa nafsunya) maka kelak mereka akan
tersesat.” Dan juga berdasarkan surat Shad (38) ayat 26 berikut ini: “Janganlah
engkau mengikuti hawa nafsu, karena akan menyesatkan engkau dari jalan Allah.
Sungguh, orang orang yang sesat dari jalan Allah akan mendapat azab yang berat,
karena mereka melupakan hari perhitungan.”
Selain 2 (dua) buah pengaruh
buruk yang berasal dari ahwa (hawa nafsu) yang telah kami kemukakan di atas, masih
terdapat beberapa hal yang berasal dari ahwa (hawa nafsu) yang pada akhirnya
membuat susah diri manusia, yang mengakibatkan diri ini melanggar ketentuan
negara dan juga ketentuan Allah SWT, yaitu:
a. Hawa
nafsu adalah bibit-bibit penyakit yang jika diperturutkan akan menjadi pe-nyakit
yang sesungguhnya dalam diri manusia;
b. Hawa nafsu juga dapat
diartikan sebagai awal nestapa hidup dan kehidupan ma-nusia;
c. Hawa
nafsu juga sebagai kendaraan fitnah bagi diri manusia;
d. Hawa nafsu merupakan
pintu masuk bagi kehancuran dan kebinasaan umat ma-nusia;
e. Hawa
nafsu juga dapat menjadi pangkal kemusnahan dari diri manusia;
f. Hawa
nafsu adalah musuh dasar dari umat manusia; dan
g. Hawa
nafsu juga akan mendisfungsikan akal sehingga manusia tidak bisa membe-dakan
mana yang baik dan yang buruk.
Beginilah jadinya
bila ahwa (hawa nafsu) telah berkuasa dengan sewenang wenang. Ia akan menjadi
kendaraan yang melumpuhkan segala daya dan kekuatan kemanusian manusia dan
menggagalkan diri kita pulang kampung ke syurga dan yang juga menghantarkan
seseorang masuk penjara. Dan disinilah letak yang paling hakiki dari berperang
melawan ahwa (hawa nafsu). Sudahkah kita memahaminya!
Dan karena banyaknya
mudharat yang ditimbulkan oleh ahwa (hawa nafsu), maka Rasullah SAW SAW pun
menekankan pentingnya mengontrol ahwa (hawa nafsu) dalam berbagai riwayat.
Untuk mengetahui macam-macam hadits tentang hawa nafsu, simak uraian berikut
ini.
1. Hawa nafsu adalah musuh terbesar manusia. Hal ini sebagaimana
dikemukakan dalam hadits berikut ini: “Abu Malik Al Asyari meriwayatkan sabda
Rasulullah SAW yang artinya: “Musuhmu
yang paling berbahaya adalah hawa nafsu yang ada di antara lambungmu, anakmu
yang keluar dari tulang rusukmu, istrimu yang kamu gauli, dan sesuatu yang kamu
miliki.” (Hadits Riwayat Al Baihaqi)
2. Mengontrol hawa nafsu ketika marah adalah orang yang
kuat.
Hal ini sebagai-mana dikemukakan dalam hadits berikut ini: “Diriwayatkan oleh
Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda, "Tidaklah orang yang kuat adalah pandai bergulat, tapi orang yang kuat
adalah orang yang dapat menahan nafsunya ketika ia marah." (Hadits Riwayat
Bukhari dan Muslim)
3. Melawan hawa nafsu merupakan jihad yang paling utama. Hal ini sebagaimana
dikemukakan dalam hadits berikut ini: “Rasulullah SAW bersabda, “Mukmin yang paling utama adalah umat yang
selamat dari keburukan lisan dan tangannya. Mukmin paling utama keimanannya
adalah yang paling baik perilakunya. Muhajirin paling utama adalah orang yang
meninggalkan larangan Allah. Jihad paling utama adalah jihad melawan nafsu
sendiri karena Allah.” (Hadits Riwayat Ahmad, Ath Tirmidzi, dan Abu Dawud)
4. Orang yang mengikuti hawa nafsu termasuk golongan orang
yang tidak ber-iman. Hal
ini sebagaimana dikemukakan dalam hadits berikut ini: “Diriwayatkan oleh
Abdullah bin Amr bin Al Ash ra, Rasulullah SAW bersabda, “Tidak beriman seseorang sampai hawa nafsunya ia tundukkan demi
mengikuti apa yang aku bawa” (Hadits Riwayat Ath-Thabrani)
5. Mengontrol hawa nafsu dapat terhindar dari kebencian
Allah di hari Kiamat.
Hal ini sebagaimana dikemukakan dalam hadits berikut ini: “Abu Bakar ra
meriwayatkan sabda Rasulullah SAW: “Siapa
saja yang membenci hawa nafsu karena Allah akan aman dari kebencian-Nya pada
hari Kiamat nanti.” (Hadits Riwayat Bukhari)
Untuk itu ketahuilah bahwa melatih nafsu
(mengendalikan ahwa/hawa nafsu) lebih sulit daripada melatih seekor singa.
Singa, jika sudah dimasukkan ke dalam kerangkeng oleh pemiliknya, amanlah kita
dari bahayanya. Adapun ahwa (hawa nafsu), walaupun sudah dipenjarakan, belum
tentu kita aman dari bahayanya. Dan jihad melawan ahwa (hawa nafsu) wajib
hukumnya bagi setiap manusia tanpa terkecuali. Jihad melawan ahwa (hawa nafsu)
terdiri dari empat tahapan, yaitu:
1. Melawannya
dengan mempelajari petunjuk dan Agama yang benar. Agama yang keberuntungan dan kebahagiaan
dalam hidup dan mati hanya dapat diraih dengan agama ini, Jika tidak mengetahui
ajaran agama ini, maka seseorang akan merana di dunia dan akhirat.
2. Melawannya
dengan mengamalkan ajaran Islam setelah mengetahuinya. Jika ti-dak diamalkan, agama hanya menjadi
pengetahuan yang tidak bermanfaat atau bahkan menjadi pengetahuan yang
berbahaya.
3. Melawannya
dengan mengajak manusia kepada agama yang benar dan menga-jarkannya kepada yang
belum mengetahui. Jika tidak melakukan hal
ini, seseorang dapat dituduh telah menyembunyikan petunjuk dan keterangan yang
diturunkan oleh Allah SWT. Ilmunya tidak bermanfaat, dan karenanya tidak dapat
menyelamatkannya dari siksa api neraka.
4. Melawannya
dengan kesabaran. Terutama saat di dalam menghadapi kesulitan dan celaan ketika mengajak manusia ke jalan Allah dan
semuanya harus dilakukan karena Allah SWT semata.
Agar diri kita mampu sukses melawan dan
mengalahkan ahwa (hawa nafsu) maka Allah SWT berfirman dalam surat Al Ankabuut
(29) ayat 69 berikut ini: “dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari
keridhaan) Kami, benar- benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan
kami. dan Sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat
baik”. Berdasarkan ayat ini, kesuksesan melawan ahwa (hawa nafsu) sangat
tergantung kepada jihadnya (kesungguhannya) di dalam memerangi ahwa (hawa
nafsu). Oleh karena itu, orang yang paling sempurna pencapaiannya adalah orang
yang paling keras jihadnya.
Dan adapun jihad yang diwajibkan bagi umat
manusia, secara berurutan dapat kami kemukakan adalah:
1. Jihad melawan ahwa (hawa nafsu);
2. Jihad melawan ego;
3. Jihad melawan syaitan dan;
4. Jihad melawan dunia.
Barangsiapa berjihad melawan hal ini maka Allah
SWT akan membentangkan baginya jalan untuk meraih ridha-Nya yang akan
menghantarkannya ke syurga. Sementara orang yang meninggalkan jihad secara
sengaja, ataupun berjihad ala kadarnya akan kehilangan petunjuk sebesar jihad
yang ditinggalkannya. Rasulullah SAW bersabda: “Jihad yang paling utama adalah
orang yang berjihad melawan nafsunya karena Allah SWT”. Oleh karena
itu, selama kita belum mampu menundukkan dan memaksa nafsunya sendiri untuk
melaksana-kan perintah dan meninggalkan larangan, seseorang tidak mungkin dapat
memerangi musuh yang berada di luar dirinya.
Rasulullah SAW bersabda: Orang yang berjihad adalah orang
yang menerangi nafsunya dalam taat kepada Allah, sedangkan orang yang berhijrah
adalah orang yang meninggalkan larangan Allah. (Hadits Riwayat Ahmad dan Ibnu
Majah)”. Berdasarkan hadits ini, tidak mungkin seseorang dapat memerangi
dan berada di tengah tengah musuh jika musuh yang berada di depannya masih
menguasai dirinya. Sekedar keluar untuk menghadapinya, ia pun tidak akan mampu,
kecuali jika ia menundukkan, atau mengalahkan nafsunya sendiri terlebih dahulu.
Sedangkan menurut hadits yang diriwayatkan oleh
Ahmad dan Ath Thirmidzi berikut ini: “Orang yang cerdas adalah orang yang dapat
menundukkan nafsunya kemudian bekerja untuk kehidupannya setelah mati.
Sementara orang yang lemah akalnya adalah orang yang menuruti hawa nafsunya
kemudian berharap kepada Allah”.
Di lain sisi, manusia terbagi dua kelompok,
yaitu : orang yang cerdas dan orang yang lemah akalnya. Orang yang cerdas adalah orang
yang cerdik yang berpendirian teguh dan selalu memperhatikan akibat segala
sesuatu. Ia dapat menundukkan dan menggunakan nafsunya untuk berbuat
sesuatu yang bermanfaat bagi kehidupan di akhirat. Orang yang lemah akalnya adalah
orang yang dungu yang tidak berpengetahuan, yang tidak pernah memikirkan buah
dari perbuatannya. Orang tersebut lebih suka mengikuti nafsunya yang
cenderung kepada sesuatu yang membawa kenikmatan duniawi, meskipun sebenarnya
kenikmatan itu membawa malapetaka bagi kehidupannya di akhirat, bahkan juga
bagi kehidupannya di dunia.
Orang yang mengikuti keinginan ahwa (hawa
nafsu)nya, dan ini yang biasanya terjadi, akan segera mendapatkan aib dan azab
di dunia serta akan segara jatuh martabatnya di mata Allah SWT dan manusia, dan
akan segera mendapatkan kehinaan dan yang lebih parah lagi hidup di dalam
terali besi. Dia tidak akan mendapatkan
kebaikan dunia dan juga di akhirat yang berupa ilmu yang bermanfaat dan rezeki
yang luas lagi berkah.
Sedangkan bagi orang-orang yang melawan
nafsunya serta tidak menuruti keinginannya, akan segera mendapatkan balasan di
dunia serta berkahnya yang berupa ilmu, iman dan rezeki. Atau dengan kata lain,
siapa saja yang mampu menguasai, mengalahkan dan menundukkan ahwanya (hawa
nafsu-nya), maka ia akan menjadi orang yang mulia karena ia telah mengalahkan
dan menawan musuhnya yang paling kuat serta mencegah kejahatannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar