Saat ini sampai dengan hari kiamat kelak hanya Allah SWT sajalah yang
mampu menciptakan manusia, dalam sebuah kerangka rencana besar untuk dijadikan
sebagai abd’ (hamba)-Nya yang juga sekaligus sebagai khalifah-Nya di muka bumi.
Adanya kondisi ini berarti manusia akan dijadikannya
juga sebagai perpanjangan tangan Allah
SWT di muka bumi dalam rangka mengatur, memelihara, menjaga segala sesuatu yang
ada di muka bumi sehingga terciptalah kedamaian di muka bumi oleh sebab
keberadaan hamba dan yang juga khalifah. ini berarti setiap manusia, siapapun
orangnya, termasuk diri kita memiliki tugas sebagai pengatur, pemelihara,
penjaga atas apa-apa yang ada di muka bumi sehingga terciptalah ketentraman dan
kedamaian di muka bumi serta terpeliharanya apa apa yang telah diciptakan oleh
Allah SWT.
Adanya tugas menjadi pengatur, menjadi pemelihara dan juga menjadi penjaga
atas apa-apa yang ada di muka bumi ini maka setiap abd’ (hamba)-Nya yang juga
khalifah-Nya diharuskan dan diwajibkan memiliki kemampuan di
atas rata-rata atau diharuskan memiliki kelebihan dari apa-apa yang akan
ditanganinya atau dari apa-apa yang akan dipeliharanya serta akan dijaga dan
diaturnya, dalam hal ini adalah jasmani dan juga bumi dengan segala isinya. Untuk itu Allah SWT memberikan kepada setiap manusia tanpa terkecuali apa
yang kami istilahkan dengan Amanah yang 7 (tujuh) yang diberikan oleh Allah SWT
sebagai modal dasar bagi setiap manusia saat menjadi abd’ (hamba) yang juga
sebagai khalifah di muka bumi. Adanya modal dasar
yang diberikan oleh Allah SWT kepada setiap manusia tanpa terkecuail, akan
menjadikan manusia mempunyai kemampuan yang melebihi dari apa-apa yang akan
diaturnya, melebihi apa-apa yang akan dijaganya, dalam hal ini adalah jasmani
dan juga bumi.
Lalu seperti apakah
modal dasar yang Allah SWT berikan kepada setiap manusia dalam rangka
menjadikan manusia mempunyai kemampuan melebihi dari apa-apa yang akan
dijaganya, dari apa-apa yang dipeliharanya
dan dari apa-apa yang diaturnya, dalam hal ini jasmani dan juga bumi? Untuk menjawab pertanyaan
ini, mari kita pelajari firman Allah SWT yang terdapat dalam surat Al Ahzab
(33) ayat 72 yang kami kemukakan berikut ini: “Sesungguhnya Kami
telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, Maka semuanya
enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan
dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu Amat zalim dan
Amat bodoh.” Dan juga berdasarkan hadits yang kami kemukakan berikut
ini: “Ibnu Anas r.a. berkata: Nabi SAW bersabda: Allah
Ta’ala berfirman: “Wahai Adam! Sesungguhnya Aku telah menawarkan “Amanat” kepada langit
dan bumi tetapi mereka tidak sanggup menerimanya. Sanggupkah engkau memikulnya
dengan segala konsekuensinya? Adam bertanya: Apa yang aku dapat daripadanya?
Allah menjawab: Jika engkau memikulnya dengan baik engkau akan diberi pahala.
Tetapi Jika engkau menyia-nyiakannya engkau akan disiksa. Adam berkata: Baiklah
akau menerimanya dengan segala konsekuensinya. Namun tidak lama kemudian
sekedar selama waktu antara Shalat subuh dan shalat ashar ia berada di syurga
terjadilah peristiwa dengan syaitan yang menyebabkan ia dikeluarkan dari syurga. (Hadits Qudsi Riwayat Abu Syeikh, 272:174)
Berdasarkan ayat dan hadits di atas, Allah SWT telah menawarkan amanah
kepada langit dan bumi serta gunung-gunung, tetapi kesemuanya tidak sanggup
memikulnya. Allah SWT akan memberikan pahala kepada yang memikulnya dengan baik
dan Allah SWT akan menyiksa kepada yang menyia-nyiakannya. Allah SWT juga
menyatakan bahwa manusia itu amat dzalim dan bodoh. Amanah yang ditawarkan oleh
Allah SWT diterima oleh Nabi Adam as, yang tidak lain adalah manusia pertama yang merupakan asal muasal
dari seluruh manusia dan ini berarti kitapun sekarang telah menerima amanah
tersebut. Lalu sebenarnya apakah yang
dimaksudkan dengan Amanah yang 7 yang telah Allah SWT tawarkan kepada manusia
dan manusiapun sanggup memikulnya sehingga Allah SWT pun menyatakan bahwa
manusia amat dzalim dan bodoh setelah manusia berani memikulnya?
Manusia diciptakan oleh Allah SWT dalam sebuah rencana besar untuk
dijadikan sebagai abd’ (hamba)-Nya yang sekaligus khalifah-Nya di muka bumi. Lalu
untuk menjadi abd’ (hamba)-Nya yang juga khalifah-Nya di muka bumi tentu
tidaklah mudah seperti membalik telapak tangan, butuh perjuangan yang sesuai
dengan kaidah dan ketentuan yang telah ditetapkan oleh Allah SWT. Lalu apakah hanya dengan bekal jasmani dan ruh saja kita bisa sukses
menjadi abd’ (hamba)-Nya yang juga khalifah-Nya di muka bumi yang sekaligus makhluk
pilihan? Jika yang kita miliki hanya ruh dan jasmani semata,
yang ada pada diri kita hanyalah hidup yang berisi naluri untuk makan serta
naluri untuk berkembang biak laksana binatang serta adanya pertentangan atau
pertarungan antara jasmani dengan ruh, sedangkan tujuan dari konsep penghambaan
dan juga konsep kekhalifahan bukanlah seperti itu. Untuk maksud itulah Allah
SWT memberikan kemampuan atau memberikan modal dasar manusia sesuatu yang
berasal dari bagian sifat Ma’ani Allah SWT dalam rangka memudahkan manusia melaksanakan
tugas sebagai abd’ (hamba)Nya yang juga khalifahNya di muka bumi.
Selain daripada itu, masih menurut surat Al Ahzab (33) ayat 72 serta berdasarkan hadits yang kami
kemukakan di atas, ketahuilah bahwa langit, bumi, gunung, binatang, hewan tidak
memiliki bagian dari sifat Ma’ani Allah SWT secara sempurna seperti yang
diterima oleh manusia atau jika langit, bumi, gunung, hewan dan tumbuhan
memiliki amanah dari Allah SWT dapat dipastikan tidak sesempurna yang dimiliki
oleh manusia. Adanya kondisi seperti ini menunjukkan bahwa manusia lebih tinggi
kedudukannya dibandingkan dengan langit, bumi, gunung, hewan dan juga tumbuhan.
Hal lain yang harus kita ketahui tentang Amanah yang 7 ini adalah : (a) Amanah
yang 7 yang ada pada diri kita berasal dari sifat Ma’ani Allah SWT sehingga
antara diri kita sebagai perpanjangan tangan Allah SWT mampu pula berbuat
seperti halnya Allah SWT berbuat mempergunakan Sifat Ma’ani yang dimiliki-Nya;
(b) Amanah yang 7 yang ada pada diri kita
walaupun asalnya dari sifat Ma’ani Allah SWT bukan untuk menjadi sifat bagi
diri kita melainkan menjadi modal dasar bagi diri kita saat menjadi abd’
(hamba)-Nya dan juga menjadi khalifah-Nya
di muka bumi. Dan ingat Amanah yang 7 yang ada pada diri kita tidak
bisa sembarangan dipergunakan karena bukan barang gratisan yang bisa seenaknya
dipergunakan dan ingat Amanah yang 7 yang menjadi modal dasar bagi diri kita
akan dimintakan pertanggung jawabannya oleh Allah SWT kelak.
Lalu seperti apakah Amanah yang 7 yang diberikan oleh Allah SWT kepada umat
manusia itu? Apabila jamaah sekalian ingin mengetahui modal dasar yang
diberikan kepada kepada setiap diri manusia, termasuk diri kita, mari kita
lanjutkan pembahasan buku ini.
A.
AMANAH YANG 7 SEBAGAI
MODAL DASAR MANUSIA.
Setiap manusia, siapapun orangnya, apapun kedudukannya, apakah laki-laki
atau perempuan, kaya ataupun miskin semuanya adalah perpanjangan tangan Allah
SWT di muka bumi atau wakil Allah SWT di muka bumi yang juga sekaligus abd’ (hamba)Nya.
Untuk menjadi perpanjangan tangan atau wakil Allah SWT di muka bumi ini dapat
dipastikan setiap manusia memerlukan kemampuan yang melebihi dari apa-apa yang
akan dijaganya, yang akan dipeliharanya dan yang akan di awasinya, dalam hal
ini jasmani dan juga bumi. Untuk itulah
Allah SWT memberikan kepada setiap manusia, tanpa terkecuali bagian sifat Ma’ani dari Allah SWT itu
sendiri, yang terdiri dari sifat Qudrat, sifat
Iradat, sifat Ilmu, sifat Sami’, sifat Basyir, sifat Kalam
dan sifat Hayat sehingga
siapapun orangnya selama ia adalah manusia yang terdiri dari ruh dan jasmani
pasti memiliki 7 (tujuh) amanah yang berasal dari sifat Ma’ani Allah SWT.
Lalu, apakah hanya manusia sajakah yang memiliki secara lengkap 7(tujuh)
Amanah yang berasal dari sifat Ma’ani Allah SWT? Berdasarkan surat Al Ahzab
(33) ayat 72 yang kami kemukakan berikut ini: “Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat
kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul
amanat itu dan mereka khawatir akan menghianatinya, dan dipikullah amanat itu
oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh.” Didapat keterangan bahwa langit, bumi, gunung-gunung tidak memiliki sifat
Qudrat, sifat Iradat, sifat Ilmu, sifat Sami’, sifat Basyir, sifat Kalam dan
sifat Hayat secara utuh dalam satu kesatuan dibandingkan dengan yang diberikan
kepada manusia.
Adanya kondisi ini menunjukkan kepada diri kita bahwa modal dasar manusia
untuk melaksanakan tugas di muka bumi lebih hebat atau melebihi langit, bumi
dan gunung sebab mereka tidak memiliki sama sekali dan jikalau mereka memiliki
pasti lebih sedikit dibandingkan manusia atau jika mereka memiliki dapat
dipastikan tidak sesempurna yang dimiliki oleh manusia. Sekarang jika sampai bumi, langit maupun gunung memiliki Ilmu seperti
Ilmu yang dimiliki manusia, lalu maukah langit, bumi maupun gunung
diinjak-injak atau dikoyak-koyak oleh manusia. Atau jika langit, bumi ataupun
gunung diberikan ilmu oleh Allah SWT melebihi ataupun sama dengan ilmu
yang dimiliki manusia lalu dimanakah letak keadilan Allah SWT di waktu
menempatkan manusia menjadi khalifah di muka bumi.
Selanjutnya, mari kita pelajari 7(tujuh) Amanah yang Allah SWT berikan
kepada setiap manusia tanpa terkecuali dengan sebaik-baiknya. Sehingga diri
kita tidak dikatakan zhalim dan juga bodoh oleh
Allah SWT setelah memiliki modal dasar ini.
1.
Qudrat (Kuasa atau
Kekuatan atau Kemampuan). Sifat
Qudrat adalah salah satu sifat Ma’ani Allah SWT. Sifat Qudrat yang dimiliki
oleh Allah SWT ini juga merupakan salah satu dari tujuh Amanah yang diberikan
oleh Allah SWT kepada setiap manusia tanpa terkecuali yang berasal dari sifat
Ma’ani Allah SWT. Sekarang apa yang dimaksud dengan sifat Qudrat itu? Qudrat artinya Kuasa, Kekuatan, Kemampuan. Siapakah yang memiliki kekuasaan, kekuatan dan kemampuan itu?
Allah SWT adalah pemilik dari kekuasaan, kekuatan, kemampuan yang ada di alam semesta ini. Lalu, seperti apakah
kekuasaan, kekuatan dan kemampuan Allah SWT itu? Jawabannya ada pada firmanNya
sebagaimana berikut ini: “Katakanlah:
"Terangkanlah kepada-Ku tentang sekutu-sekutumu yang kamu seru selain
Allah. perlihatkanlah kepada-Ku (bahagian) manakah dari bumi ini yang telah
mereka ciptakan ataukah mereka mempunyai saham dalam (penciptaan) langit atau
Adakah Kami memberi kepada mereka sebuah kitab sehingga mereka mendapat
keterangan-keterangan yang jelas daripadanya? sebenarnya orang-orang yang zalim
itu sebahagian dari mereka tidak menjanjikan kepada sebahagian yang lain,
melainkan tipuan belaka".(surat Faathir (35) ayat 40)
Kekuasaan, kekuatan, serta kemampuan Allah SWT bersifat mutlak, permanen,
kekal dan abadi serta tidak dibatasi oleh jarak, ruang dan waktu. Sekarang apa
jadinya jika sampai Allah SWT tidak mempunyai kekuasaan, kekuatan, dan kemampuan?
Adanya kekuasaan, kekuatan dan kemampuan yang
bersifat mutlak, permanen, kekal dan abadi memungkinkan Allah SWT berbuat
sekehendaknya sendiri. Hal ini membuktikan bahwa Allah SWT adalah pencipta,
pengawas, serta pemelihara seluruh alam dengan segala isinya serta berkuasa
atas apa-apa yang diciptakannya.
Salah satu contoh
bahwa Allah SWT itu hebat adalah Allah SWT mampu menciptakan alam semesta ini
tanpa bantuan siapapun juga serta mampu menurunkan hujan, dan dengan turunnya hujan
banyak manfaat yang tercurah ke bumi serta tersirkulasilah air yang ada di muka
bumi dan juga bertambahlah jumlah air yang ada di muka bumi melalui hujan yang diturunkan Allah SWT. Sekarang adakah makhluk lain, atau Tuhan lain yang mampu menciptakan
air dan juga menurunkan hujan seperti yang diciptakan oleh Allah SWT? Jawaban
dari pertanyaan ini adalah mustahil di akal ada Tuhan lain yang mampu
menandingi, apalagi mengalahkan kebesaran dan kemahaan Allah SWT.Hal yang harus kita imani
dan yakini adalah segala kemahaan dan kebesaran dari sifat Qudrat yang dimiliki
oleh Allah SWT bukanlah untuk Allah SWT itu sendiri, melainkan untuk seluruh
makhluk-Nya, termasuk untuk diri kita dan juga anak dan keturunan kita
sepanjang diri kita selalu berada di dalam kehendak Allah SWT.
Sebagai abd’
(hamba)-Nya yang juga khalifah-Nya di muka bumi yang sedang menumpang di bumi
yang dimiliki oleh Allah SWT, apakah fasilitas dan kesempatan yang telah
disediakan oleh Allah SWT akan kita sia-siakan begitu saja karena kita sudah
merasa hebat, sehingga kita tidak butuh lagi dengan pertolongan Allah SWT
melalui Qudrat yang dimiliki-Nya? Allah SWT berfirman: “tidakkah kamu melihat bahwa Allah mengarak awan, kemudian mengumpulkan
antara (bagian-bagian)nya, kemudian menjadi-kannya bertindih-tindih, maka
kelihatanlah olehmu hujan keluar dari celah-celahnya dan Allah (juga)
menurunkan (butiran-butiran) es dari langit, (yaitu) dari (gumpalan-gumpalan
awan seperti) gunung-gunung, maka ditimpakan-Nya (butiran-butiran) es itu
kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan dipalingkan-Nya dari siapa yang
dikehendaki-Nya. Kilauan kilat awan itu hampir-hampir menghilangkan penglihatan.
(surat An
Nuur (24) ayat 43). Jika ini salah satu contoh kehebatan Allah SWT yang telah
diperlihatkan kepada diri kita lalu adakah sifat Qudrat di dalam diri kita dan
dimanakah letak sifat Qudrat itu di dalam diri kita? Untuk menjawab pertanyaan
ini, mari kita perhatikan diri kita sendiri terutama pada saat kita masih bayi,
apa yang kita punya, kita tidak mempunyai kekuatan sedikitpun dan kita hanya
bisa menangis untuk setiap yang terjadi serta lambat laun mulai kita memiliki
kekuatan dan seterusnya sampai akhirnya kekuatan itu sirna di dalam diri kita.
Sifat Qudrat disenyawakan dengan ruh sehingga
ia menjadi bagian yang tidak bisa dipisahkan dengan ruh kemudian keduanya
mengisi dikeseluruhan jasmani dan selanjutnya akan menjadi penggerak atau
menjadi kekuatan bagi jasmani untuk melakukan aktivitasnya sehari hari. Adanya sifat Qudrat
dalam diri manusia barulah manusia memiliki kekuasaan, kekuatan atau kemampuan untuk
melakukan segala aktivitas dan segala pekerjaan untuk menguasai sesuatu atau
tidak melepaskan segala sesuatu apalagi jika yang dikuasainya adalah sebuah jabatan,
kesenangan dan kenik-matan apapun dilakukannya untuk tetap mempertahankannya.
Sekarang dari manakah asalnya sifat Qudrat yang ada dalam diri manusia, apa ia
ada dengan sendirinya tanpa ada yang mengadakannya? Sifat Qudrat yang ada di dalam diri manusia,
ada karena ada yang mengadakannya. Lalu siapakah yang mampu
mengadakannya?
Sifat Qudrat yang ada
pada diri manusia, bukan berasal dari manusia itu sendiri. Sifat Qudrat yang
ada pada diri manusia berasal dari sifat Qudrat yang dimiliki oleh Allah SWT
selaku pencipta manusia. Lalu adakah perbedaan antara sifat Qudrat yang
dimiliki Allah SWT dibandingkan dengan yang dimiliki oleh manusia? Sifat Qudrat yang dimiliki Allah SWT bersifat permanen,
kekal dan abadi. Sedangkan sifat Qudrat yang dimiliki oleh manusia bersifat
temporer, tidak kekal dan dapat berakhi serta habis. Sebagaimana
dikemukakan dalam firmanNya berikut ini: “Allah, Dialah yang menciptakan kamu dari Keadaan
lemah, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah Keadaan lemah itu menjadi kuat,
kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah kuat itu lemah (kembali) dan beruban.
Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya dan Dialah yang Maha mengetahui lagi
Maha Kuasa. (surat Ar Ruum (30) ayat 54).” Allah SWT memberikan
sifat Qudrat kepada manusia untuk memudahkan tugas dan tanggung jawab manusia
sebagai abd’ (hamba)-Nya yang juga khalifah-Nya di muka bumi sehingga memudahkan,
memuluskan tugas manusia sebagai perpanjangan tangan Allah SWT di muka bumi
sehingga manusia dapat memelihara, dapat mengawasi serta dapat menciptakan
keamanan dan kedamaian di muka bumi. Dan
dengan adanya sifat Qudrat yang ada di dalam diri manusia maka ruh mampu
menggerakkan jasmani sehingga kita memiliki kekuatan, tenaga atau energi untuk
berbuat, untuk bergerak, untuk melaksanakan tugas-tugas yang berhubungan erat
dengan penghambaan manusia kepada Allah dan juga proses kekhalifahan yang
dilaksanakan oleh manusia.
Sekarang setelah memiliki sifat Qudrat yang berasal langsung
dari Allah SWT lalu dapatkah kita mempergunakannya dengan semena-mena tanpa
melihat latar belakang diberikan sifat ini? Sifat Qudrat yang
diberikan oleh Allah SWT tidak bisa seenaknya saja dipergunakan karena akan
kita pertanggungjawabkan kepada pemberi sifat Qudrat ini, dalam hal ini
kepada Allah SWT pada hari kiamat kelak. Allah SWT berfirman: “Dan (ingatlah), ketika Kami
mengambil janji dari kamu dan Kami angkatkan gunung (Thursina) diatasmu (seraya
Kami berfirman): “Peganglah teguh-teguh apa yang Kami berikan kepadamu dan
ingatlah selalu apa yang ada didalamnya, agar kamu bertakwa”. (surat Al Baqarah
(2) ayat 63). Dan ingat penggunaan atau pemakaian sifat Qudrat harus sesuai dengan kehendak dari
pemberi sifat Qudrat atau harus sesuai dengan sikap dan perilaku dari Allah SWT
selaku pemberi sifat Qudrat atau sifat Qudrat yang kita miliki harus kita
manfaatkan, kita dayagunakan dengan penuh rasa tanggung jawab untuk kepentingan
diri, keluarga, masyrakat, bangsa dan negara, yang pada akhirnya bisa kita
pertanggungjawabkan dihadapan Allah SWT kelak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar