Sebagai abd’
(hamba)-Nya yang juga khalifah-Nya di muka bumi yang membutuhkan ma’rifatullah,
tentu kita harus memiliki ilmu tentang ma’rifat termasuk di dalamnya kita juga
harus tahu tentang penghalang penghalang (penghambat) proses menuju
ma’rifatullah itu sendiri. Berikut ini akan kami kemukakan beberapa penghalang
yang bersifat penghambat dan juga penggagal, yaitu:
1. Sombong dan berperilaku sombong, sebagaimana dikemukakan dalam surat Al A’raaf (7) ayat 146 berikut
ini: “Akan Aku palingkan dari tanda tanda (kekuasaanKu) orang orang yang
menyombongkan diri di bumi tanpa alasan yang benar. Kalaupun mereka melihat
setiap tanda (kekuasaanKu) mereka tetap tidak akan beriman kepadanya. Dan jika
mereka melihat jalan yang membawa kepada petunjuk, mereka tidak akan
menempuhnya, tetapi jika mereka melihat jalan kesesatan, mereka menempuhnya.
Yang demikian adalah karena mereka mendustakan ayat ayat Kami dan mereka selalu
lengah kepadanya.”
2. Dzalim dan berperilaku dzalim, sebagaimana dikemukakan
dalam surat An Nisaa’ (4) ayat 153 berikut ini: “ (Orang orang) Ahli Kitab
meminta kepadamu (Muhammad) agar engkau menurunkan sebuah kitab dari langit
kepada mereka. Sesungguhnya mereka telah meminta kepada Musa yang lebih besar
dari itu. Mereka berkata, “Perlihatkanlah Allah kepada kami secara nyata.” Maka
mereka disambar petir karena kedzalimannya. Kemudian mereka menyembelih anak
sapi setelah mereka melihat bukti bukti yang nyata, namun demikian Kami maafkan
mereka dan telah Kami berikan kepada Musa kekuasaan yang nyata.”
3. Bersandar kepada kemampuan panca indera, sebagaimana
dikemukakan dalam surat Al Baqarah (2) ayat 55 berikut ini: “Dan ingatlah ketika kamu
berkata, “Wahai Musa! Kami tidak akan beriman kepadamu sebelum kami melihat
Allah dengan jelas.” Maka halilintar menyambarmu, sedang kamu menyaksikan.”
4. Dusta dengan tidak mau tidak mengakui Ayat Ayat Allah,
sebagaimana dikemukakan dalam suart Al A’raaf (7) ayat 176 berikut ini: “Dan
sekiranya Kami menghendaki niscaya Kami tinggikan derajatnya dengan (ayat ayat)
itu, tetapi dia cenderung kepada dunia dan mengikuti keinginannya (yang
rendah), maka perumpamaannya seperti anjing, jika kamu menghalaunya dijulurkan
lidahnya dan jika kamu membiarkannya ia menjulurkan lidahnya (juga).
Demikianlah perumpamaan orang orang yang mendustakan ayat ayat Kami. Maka
ceritakanlah kisah kisah itu agar mereka berpikir.”
5. Membatalkan janji dengan Allah, sebagaimana dikemukakan
dalam surat Al Baqarah (2) ayat 27 berikut ini: “yaitu orang orang yang
melanggar perjanjian Allah setelah (perjanjian) itu diteguhkan, dan memutuskan
apa yan diperintahkan Allah untuk disambungkan, dan berbuat kerusakan di bumi.
Mereka itulah orang orang yang merugi.”
6. Berbuat kerusakan (fasad) baik di darat dan di laut, sebagaimana dikemukakan dalam surat Ar Ruum
(30) ayat 41 berikut ini: “Telah tampak kerusakan di darat dan di laut
disebabkan karena perbuatan tangan manusia. Allah menghendaki agar mereka
merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke
jalan yang benar).”
7. Lalai dan tidak memperdulikan terhadap Ayat Ayat Allah
SWT, sebagaimana dikemukakan dalam surat Al Anbiyaa (21) ayat 1-2-3 berikut
ini: “Telah semakin dekat kepada manusia perhitungan amal mereka, sedang
mereka dalam keadaan lalai (dengan dunia), berpaling (dari akhirat). Setiap
diturunkan ayat ayat yang baru dari Tuhan, mereka mendengarkannya sambil
bermain main, hati mereka dalam keadaan lalai. Dan orang orang yang dzalim itu
merahasiakan pembicaraan mereka, (orang ini Muhammad) tidak lain hanyalah
seorang manusia (juga) seperti kamu. Apakah kamu menerimannya (sihri itu),
padahal kamu menyaksikannya?”.
8. Banyak berbuat ma’siat, sebagaimana dikemukakan dalam
surat Asy Syura (42) ayat 30 berikut ini:
“dan musibah apa pun yang menimpa kamu
adalah karena perbuatan tanganmu sendiri dan Allah memaafkan banyak (dari
kesalahan kesalahanmu).”
9. Ragu-ragu masih ada di dalam diri, sebagaimana
dikemukakan dalam surat Al An’am (6) ayat 109-110 berikut ini: “Dan
mereka bersumpah dengan nama Allah dengan segala kesungguhan, bahwa jika datang
suatu mukjizat kepada mereka, pastilah mereka akan beriman kepadanya.
Katakanlah, “Mukjizat mukjizat itu hanya ada pada sisi Allah” Dan tahukah kamu
bahwa apabila mukjizat (ayat ayat) datang, mereka tidak juga beriman. Dan
(begitu pula) Kami memalingkan hati dan penglihatan mereka seperti pertama kali
mereka tidak beriman kepadanya (AlQuran), dan kami biarkan mereka bingung dalam
kesesatan.”
Sebagai orang yang
telah diberikan akal, pendengaran, penglihatan, dan juga perasaan yang
diletakkan di dalam hati oleh Allah SWT tentu kita harus mampu menjadikan
ma’rifatullah menjadi tujuan kita dan kita selalu berusaha untuk keluar dari
penghalang penghalang (penghambat) dari ma’rifat sebagaimana telah kami
kemukakan di atas. Adanya penghalang penghalang (penghambat) yang kami
kemukakan di atas, akan membuat hati kita menjadi kotor sedangkan hati itu yang
bisa merasakan rasa dari ma’rifatullah. Ingat, ma’rifatullah itu adalah dengan
hati, bukan dengan anggota badan lainnya. Jadi,
hati lah yang mengetahui Allah, hati lah yang mendekati Allah, hati lah yang
bekerja karena Allah, hatu lah yang berjalan karena Allah, dan yang membuka apa
yang di sisi Allah dan pada Allah. Sementara anggota badan itu hanyalah
pengikut, pelayan, dan alat bagi hati untuk melakukan sesuatu. Laksana
pemilik terhadap budaknya, pemimpin atas rakyatnya dan pekerja terhadap alat
atau perkakas pekerjaannya. Hatinya lah
yang diterima di sisi Allah apabila ia selamat dari selain Allah, dan
sebaliknya hati itu terhijab dari Allah apabila isi hati itu selain Allah.
Seseorang yang beriman akan memperoleh kemenangan bila ia selalu mensucikan
hatinya sehingga dalam hatinya hanya ada Allah, bukan yang lain. Sebaliknya,
orang itu akan memperoleh kekecewaan besar kelak bila ia membuat hatinya kotor
dan rusak.
Bila seseorang taat
kepada Allah, sebetulnya hatinya lah yang taat. Ibadah yang dilakukan oleh
anggota anggota badan hakikatnya adalah akibat cahaya dari hatinya yang
beribadah. Bila seseorang durhaka pada Allah, sejatinya adalah hatinya yang
durhaka. Dan anggota anggota badan yang melakukan maksiat adalah karena
digerakkan oleh hatinya. Jadi, dari gelap atau bercahayanya hati lahirlah
segala lahir yang buruk dan baik. Manusia
akan mengenal dirinya bila ia mengenal hatinya, dan apabila ia telah mengenal
dirinya, maka ia mengenal Tuhannya. Dan bila hati itu tidak dikenal oleh
pemiliknya, maka ia tidak akan pernah mengenal dirinya, apalagi mengenal
Tuhannya. Sayang, kebanyakan manusia
tidak mampu mengenal hati dan dirinya. Ada hijab tebal di antara mereka dan diri
mereka.Sesungguhnya, Allah lah yang menjadikan tabir atau hijab di antara
manusia dan hatinya. Penghijaban itu adalah dengan menghalanginya dari
penyaksian, mendekati, mengenal sifat sifatNya dan lainnya. Seorang manusia
bahkan bisa turun derajatnya ke tempat
yang paling rendah, yang sejajar dengan syaitan. Tapi di waktu yang lain
derajatnya juga bisa naik tinggi ke alam malaikat yang dekat dengan Tuhan.
C.
PENTINGNYA
MA’RIFATULLAH.
Sebagai abd’ (hamba)-Nya
yang juga khalifah-Nya di muka bumi ketahuilah bahwa ma’rifatullah merupakan
ilmu yang tertinggi yang harus dipahami manusia. Hakikat ilmu adalah memberikan
keyakinan kepada yang mendalaminya. Ma’rifatullah adalah ilmu yang tertinggi
sebab jika dipahami dengan baik dan benar akan memberikan keyakinan mendalam.
Memahami Ma’rifatullah juga akan mengeluarkan manusia dari kegelapan kebodohan
kepada cahaya hidayah yang terang, hal ini sebagaimana dikemukakan dalam
firmanNya berikut ini: “Dan Apakah orang yang sudah mati[502]
kemudian Dia Kami hidupkan dan Kami berikan kepadanya cahaya yang terang, yang
dengan cahaya itu Dia dapat berjalan di tengah-tengah masyarakat manusia,
serupa dengan orang yang keadaannya berada dalam gelap gulita yang sekali-kali
tidak dapat keluar dari padanya? Demikianlah Kami jadikan orang yang kafir itu
memandang baik apa yang telah mereka kerjakan. (surat Al An’am (6) ayat 122)
[502] Maksudnya ialah orang yang telah mati hatinya Yakni
orang-orang kafir dan sebagainya.
Sehingga dengan nemiliki
ilmu tentang ma’rifatullah serta mampu untuk berma’rifatullah adalah sesuatu
yang sangat penting karena berhubungan dengan Allah Sang Pencipta dan Pemiliki
serta berhubungan dengan manfaat yang diperoleh, yaitu meningkatkan keimanan
dan ketaqwaan, yang dengannya akan diperoleh keberuntungan dan kemenangan. Sebagai contoh saat seseorang belajar ilmu
alam. Ia mempelajari ciptaan Allah yang begitu mempesona dan menakjubkan. Ia
mencoba mengenal gunung sebagai pasak bumi, ia mencoba mengenal lautan dan
kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dan ia menggali pengetahuan tentang
alam semesta ini secara keseluruhan. Akan tetapi ia tidak mencoba merenungkan
ciptaan Allah itu sebagai sarana dan media yang efektif dalam mengenal Allah,
dzat yang maha agung lagi maha perkasa. Maka yang ia pelajari tidak menjadikan
bertambahnya keimanan pada jiwanya, ia sekedar mengenal ciptaan Allah, yang
demikian sempurna tetapi ia tidak tergerak untuk merenungkan kekuasaan dan ilmu
dari Dzat yang menciptakan dan membentuk segala macam apa yang ada di dunia ini
adalah Dzat yang paling layak dan berhak diibadahi dan disembah oleh semua umat
manusia. Fenomena ini terjadi pada masyarakat barat dan para pengekornya.
Mereka memiliki kepandaian yang luar biasa dalam segi ilmu pengetahuan dan
teknologi. Akan tetapi mereka bertambah kufur dan membang-kang kepada Allah
SWT.
Lalu apakah hanya itu
saja pentingnya kita memiliki ilmu tentang ma’rifatulllah? Berikut ini akan
kami kemukakan beberapa alasan tentang betapa pentingnya diri kita mengenal
Allah (ma’rifatullah) dikarenakan kita sangat membutuhkannya, sebagaimana akan
kami kemuka-kan berikut ini:
1. Ma’rifatullah adalah puncak kesadaran yang akan
menentukan perjalanan hidup manusia selanjutnya dikarenakan ma’rifatullah akan
menjelaskan tujuan hidup manusia yang sesungguhnya. Dari Ma’rifatullah inilah
manusia akan mengetahui perjalanan hidupnya, dan bahkan akhir dari kehidupan
ini yang menuju kepada kehidupan alam barzakh (alam kubur) dan
kehidupan akherat, dalam hal ini syurga. Ketiadaan ma’rifatullah membuat banyak
orang hidup tanpa tujuan yang jelas, bahkan menjalani hidupnya sebagaimana
makhluk hidup lain seperti binatang ternak. Hal ini sebagaimana dikemukakan
dalam firmanNya berikut ini: “Sesungguhnya Allah memasukkan orang-orang
mukmin dan beramal saleh ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya
sungai-sungai. dan orang-orang kafir bersenang-senang (di dunia) dan mereka
Makan seperti makannya binatang. dan Jahannam adalah tempat tinggal mereka.
(surat Muhammad (47) ayat 12).”
2. Ma’rifatullah adalah asas (landasan) perjalanan ruhiyyah
(spiritual/jiwa) manusia secara keseluruhan. Seorang yang mengenal Allah
(ma’rifatullah) akan merasakan kehidupan yang lapang lagi tentram. Orang yang
ma’rifatullah hidup dalam rentang yang panjang antara bersyukur dan bersabar.
Sebagaimana dikemukakan dalam hadits berikut ini: “Sabda Nabi : Amat
mengherankan urusan seorang mukmin itu, dan tidak terdapat pada siapapun selain
mukmin, jika ditimpa musibah ia bersabar, dan jika diberi karunia ia bersyukur”
(Hadits Riwayat Muslim).
Adanya
ketentuan hadits ini menunjukkan bahwa orang yang mampu mengenal Allah SWT
dengan baik dan benar akan selalu berusaha dan bekerja untuk mendapatkan ridha
Allah (ikhlas) sehingga ia kehidupannya tidak untuk memuaskan nafsu dan
keinginan syahwatnya. Selain itu, adanya
Ma’rifatullah dalam diri (maksudnya dalam hati) manusia terdorong untuk
mengenali para nabi dan rasul, untuk mempelajari cara terbaik mendekatkan diri
kepada Allah. Karena para Nabi dan Rasul-lah orang-orang yang diakui sangat
mengenal dan dekat dengan Allah. Selain daripada itu dari Ma’rifatullah ini
manusia akan mengenali kehidupan di luar alam materi, seperti adanya malaikat,
adanya jin (syaitan) dan juga ruh.
3. Allah SWT mengemukakan salah satu ciri dari orang yang
beriman yaitu gemetar hati mereka saat disebut nama Allah SWT kepadanya serta
apabila dibacakan ayat ayat Allah SWT bertambahlah keimanan mereka, sebagaimana
dikemukakan dalam surat Al Anfaal (8) ayat 2 berikut ini: “Sesungguhnya orang-orang yang
beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan
apabila dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya
kepada Tuhanlah mereka bertawakkal. (surat Al Anfaal (8) ayat 2)
Timbul pertanyaan atas dasar apa ini terjadi? Seseorang
baru akan gemetar hatinya atau bertambah keimanannya setelah dibacakan ayat
ayatNya adalah orang orang yang telah mampu mengenal, mengetahui, memahami,
mampu meletakkan dan menempatkan kebesaran dan kemahaan Allah SWT yang sesuai
dengan kehendak Allah SWT itu sendiri. Disinilah
letak betapa pentingnya kita memiliki ilmu tentang Allah SWT, semakin
berkualitas ilmu kita tentang Allah SWT maka makin berkualitas pula kenikmatan
bertuhankan kepada Allah SWT.
Seperti apa kita
mengenal Allah SWT, seperti itu pula Allah SWT akan hadir kepada kita. Jika
saat disebut Asma Allah SWT terhembus dalam hatimu cinta dan kerinduan
kepadaNya, maka ketahuilah bahwa Allah SWT adalah sebagaimana yang disangka
oleh hambaNya.
Oleh karena itu jika saja yang terpikir dalam akalmu adalah ketakutan, azab,
api penyiksaan, maka ketahuilah bahwa saat itu pun engkau sudah berada dalam
ketakutan dan kobaran api.
4. Seseorang yang mengenal Allah SWT dengan baik dan benar
maka pasti ia akan tahu tujuan hidupnya dan sehingga ia tidak tertipu oleh dunia,
sebagaimana dikemukakan dalam surat Adz Dzariyaat (51) ayat 56 berikut ini: “.dan
aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi
kepada-Ku.” Bayangkan jika sampai kita tidak mampu ma’rifatullah saat
hidup di dunia, bagaimana kita bisa mengabdi, beribadah, berbuat sesuatu untuk
memperoleh ridhaNya, jika kita tidak paham dan mengerti tentang Allah SWT. Kita
tidak tahu apa apa saja hak Allah SWT sehingga yang kita pahami hanyalah hak
hak kita saja kepada Allah SWT. Alangkah ruginya jika ini sampai terjadi pada
diri kita.
Saat diri kita hidup
di muka bumi ini, ketahuilah bahwa semua yang ada di alam ini mutlak ada dalam
kekuasaan Allah. Ketika melihat fenomena alam, idealnya kita bisa ingat kepada
Allah selaku pencipta dan pemilik sehingga dapat kita katakana puncak ilmu
adalah mengenal Allah (ma'rifatullah).
Kita baru dapat dikatakan
sukses dalam belajar bila dengan belajar itu kita semakin mengenal Allah
(semakin ma’rifatullah). Jadi percuma saja sekolah tinggi, luas pengetahuan,
gelar prestisius, bila semua itu tidak menjadikan kita makin mengenal Allah. Mengenal
Allah adalah aset terbesar. Mengenal Allah akan membuahkan akhlak mulia. Betapa
tidak, dengan mengenal Allah kita akan merasa ditatap, didengar, dan
diperhatikan selalu oleh Allah SWT.
Inilah kenikmatan hidup sebenarnya. Bila demikian, hidup pun jadi akan terarah, tenang, ringan, dan bahagia. Sebaliknya, saat kita tidak mengenal Allah, apalagi tidak mau beriman kepada Allah SWT maka hidup kita akan sengsara, terjerumus pada maksiat, tidak tenang dalam hidup, dan sebagainya, yang pada akhirnya membuat syaitan bahagia kepada diri kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar