Label

MEMANUSIAKAN MANUSIA: INILAH JATIDIRI MANUSIA YANG SESUNGGUHNYA (79) SETAN HARUS JADI PECUNDANG: DIRI PEMENANG (68) SEBUAH PENGALAMAN PRIBADI MENGAJAR KETAUHIDAN DI LAPAS CIPINANG (65) INILAH ALQURAN YANG SESUNGGUHNYA (60) ROUTE TO 1.6.799 JALAN MENUJU MAKRIFATULLAH (59) MUTIARA-MUTIARA KEHIDUPAN: JALAN MENUJU KERIDHAAN ALLAH SWT (54) PUASA SEBAGAI KEBUTUHAN ORANG BERIMAN (50) ENERGI UNTUK MEMOTIVASI DIRI & MENJAGA KEFITRAHAN JIWA (44) RUMUS KEHIDUPAN: TAHU DIRI TAHU ATURAN MAIN DAN TAHU TUJUAN AKHIR (38) TAUHID ILMU YANG WAJIB KITA MILIKI (36) THE ART OF DYING: DATANG FITRAH KEMBALI FITRAH (33) JIWA YANG TENANG LAGI BAHAGIA (27) BUKU PANDUAN UMROH (26) SHALAT ADALAH KEBUTUHAN DIRI (25) HAJI DAN UMROH : JADIKAN DIRI TAMU YANG SUDAH DINANTIKAN KEDATANGANNYA OLEH TUAN RUMAH (24) IKHSAN: INILAH CERMINAN DIRI KITA (24) RUKUN IMAN ADALAH PONDASI DASAR DIINUL ISLAM (23) ZAKAT ADALAH HAK ALLAH SWT YANG HARUS DITUNAIKAN (20) KUMPULAN NASEHAT UNTUK KEHIDUPAN YANG LEBIH BAIK (19) MUTIARA HIKMAH DARI GENERASI TABI'IN DAN TABI'UT TABIIN (18) INSPRIRASI KESEHATAN DIRI (15) SYAHADAT SEBAGAI SEBUAH PERNYATAAN SIKAP (14) DIINUL ISLAM ADALAH AGAMA FITRAH (13) KUMPULAN DOA-DOA (10) BEBERAPA MUKJIZAT RASULULLAH SAW (5) DOSA DAN JUGA KEJAHATAN (5) DZIKIR UNTUK KEBAIKAN DIRI (4) INSPIRASI DARI PARA SAHABAT NABI (4) INILAH IBADAH YANG DISUKAI NABI MUHAMMAD SAW (3) PEMIMPIN DA KEPEMIMPINAN (3) TAHU NABI MUHAMMAD SAW (3) DIALOQ TOKOH ISLAM (2) SABAR ILMU TINGKAT TINGGI (2) SURAT TERBUKA UNTUK PEROKOK dan KORUPTOR (2) IKHLAS DAN SYUKUR (1)

Rabu, 01 Mei 2024

HIKMAH BERIMAN KEPADA ALLAH SWT (PART 5 of 5)


Jamaah sekalian, itulah 5 (lima) hikmah yang dapat kita peroleh dan rasakan dari mampunya diri kita beriman kepada Allah SWT yang kesemuanya dapat kita peroleh sepanjang diri kita mau memenuhi segala apa-apa yang dikehendaki Allah SWT. Selanjutnya masih banyak hikmah yang dapat kita peroleh dan rasakan setelah kita mampu mengenal Allah dan melaksanakan iman kepada Allah SWT. Berikut ini akan kami kemukakan hal-hal lainnya yang dapat kita peroleh dari hasil kita telah mengenal dan beriman kepada Allah SWT, yaitu:  

 

1.   Setiap orang yang beriman kepada Allah SWT yang dibarengi dengan amal shaleh akan dimasukkan ke dalam syurga yang di bawahnya mengalir sungai-sungai, atau sebagai makhluk yang terhormat akan pulang ke tempat terhormat dengan cara yang terhormat sepanjang diri kita mau secara terhormat mengakui, menerima dan menjadikan Allah SWT sebagai satu-satunya Tuhan yang berhak disembah, sebagaimana dikemukakan dalam surat Al Kahfi (18) ayat 107 berikut ini:  “Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh, bagi mereka adalah surga Firdaus menjadi tempat tinggal,

 

2.  Setiap  orang yang  beriman kepada Allah SWT yang dibarengi dengan perbuatan amal shaleh maka ia tidak akan takut dan gelisah atau dihilangkannya penyakit yang ada di dalam rongga dada manusia serta diberi kebaikan oleh Allah SWT. Sebagaimana dikemukakan dalam surat  Al Baqarah (2) ayat 277 berikut ini: “Sesungguhnya orang-orang yang beriman, mengerjakan amal saleh, mendirikan shalat dan menunaikan zakat, mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.”

 

3.    Setiap orang yang beriman kepada Allah SWT akan diberikan rahmat, akan diberikan cahaya untuk berjalan di muka bumi serta ampunan, sebagaimana dikemukakan dalam surat  surat Al Hadiid (57) ayat 28 berikut ini: “Hai orang-orang yang beriman (kepada Para rasul), bertakwalah kepada Allah dan berimanlah kepada Rasul-Nya, niscaya Allah memberikan rahmat-Nya kepadamu dua bagian, dan menjadikan untukmu cahaya yang dengan cahaya itu kamu dapat berjalan dan Dia mengampuni kamu. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

 

4.   Setiap orang yang beriman kepada Allah SWT akan diberi petunjuk kepada jalan yang lurus, sebagaimana dikemukakan dalam  surat Al Hajj (22) ayat 54 berikut ini; “dan agar orang-orang yang telah diberi ilmu, meyakini bahwasanya AlQuran Itulah yang hak dari Tuhan-mu lalu mereka beriman dan tunduk hati mereka kepadanya dan Sesungguhnya Allah adalah pemberi petunjuk bagi orang-orang yang beriman kepada jalan yang lurus.  


5.  Setiap  orang yang  beriman kepada Allah SWT akan diselamatkan dari kejahatan termasuk di dalamnya kita akan dilindungi dari niat jahat atau niat busuk yang dapat merugikan dan membahayakan diri dan keluarga serta anak dan keturunan. Sebagaimana dikemukakan dalam surat Al Maaidah (5) ayat 11 berikut ini: “Hai orang-orang yang beriman, ingatlah kamu akan nikmat Allah (yang diberikan-Nya) kepadamu, di waktu suatu kaum bermaksud hendak menggerakkan tangannya kepadamu (untuk berbuat jahat), Maka Allah menahan tangan mereka dari kamu. Dan bertakwalah kepada Allah, dan hanya kepada Allah sajalah orang-orang mukmin itu harus bertawakkal.”  

 

6.   Setiap orang yang beriman kepada Allah SWT akan selalu menang di dalam berjihad di jalan Allah SWT, atau akan selalu dimudahkan sewaktu menjalankan tugas, atau selalu diberi jalan keluar di saat mengalami hambatan dalam bertugas, sebagaimana dikemukakan dalam  surat At Taubah (9) ayat 88 berikut ini: “tetapi Rasul dan orang-orang yang beriman bersama Dia, mereka berjihad dengan harta dan diri mereka. Dan mereka Itulah orang-orang yang memperoleh kebaikan, dan mereka Itulah orang-orang yang beruntung.”

 

7.     Setiap orang yang beriman kepada Allah SWT akan dimuliakan di hari akhir  serta akan diberikan rezeki tanpa batas oleh Allah SWT pada saat menjalankan tugas sebagai abd’ (hamba) yang juga khalifah di muka bumi. Sebagaimana dikemukakan dalam surat Al Baqarah (2) ayat 212 berikut ini: “kehidupan dunia dijadikan indah dalam pandangan orang-orang kafir, dan mereka memandang hina orang-orang yang beriman. Padahal orang-orang yang bertakwa itu lebih mulia daripada mereka di hari kiamat. dan Allah memberi rezki kepada orang-orang yang dikehendaki-Nya tanpa batas.  

 

8.   Setiap orang yang beriman kepada Allah SWT akan dinaungi rahmat Allah SWT. Allah SWT menjadi penolong pertama dalam setiap kesempatan yang kita mintakan kepada Allah SWT sebagaimana dikemukakan surat Muhammad (47) ayat 13 berikut ini: “dan betapa banyaknya negeri yang (penduduknya) lebih kuat dari pada (penduduk) negerimu (Muhammad) yang telah mengusirmu itu. Kami telah membinasakan mereka, Maka tidak ada seorang penolongpun bagi mereka.”

 

Saat ini kita telah menjadi abd’ (hamba)Nya yang juga adalah khalifahNya di muka bumi, lalu sudahkah diri kita sesuai dengan kehendak Allah SWT, dalam hal ini adalah menjadi penguasa di muka bumi seperti yang telah dikemukakan Allah SWT dalam surat An Nuur (24) ayat 55 berikut ini: dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh- sungguh akan menjadikan mereka berkuasa dimuka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentausa. mereka tetap menyembahku-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan aku. dan Barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, Maka mereka Itulah orang-orang yang fasik.”

 

Jika diri kita merasa belum sesuai dengan apa yang dikemukakan Allah SWT di dalam surat An Nuur (24) ayat 55 di atas berarti ada yang sesuatu yang salah sewaktu kita menjalankan tugas sebagai abd’ (hamba)Nya yang juga khalifahNya di muka bumi. Untuk itu segeralah melakukan introspeksi diri dengan berkaca kepada diri sendiri (dalam hal ini siapa yang dapat mengenal dirinya pasti dapat mengenal Tuhannya dan barangsiapa yang dapat mengenal Tuhannya maka ia dapat mengenal dirinya sendiri) serta bertaubatlah dengan Taubatan Nasuha sebelum ruh tiba dikerongkongan jika kita merasa salah dalam berbuat.

 

Selain daripada itu, Allah SWT akan memberikan kepada orang-orang yang beriman kepada Allah SWT, atau Allah SWT akan memberikan kepada orang-orang yang selalu memenuhi apa-apa yang dikehendaki Allah SWT berupa suatu keadaan yang dinamakan dengan dikeluarkannya diri kita dari kegelapan dan kekafiran menuju cahaya dan keimanan, atau dikeluarkannya diri kita dari kesusahan dan kemunduran menuju kebahagiaan, sehingga dikeluarkannya diri kita dari masalah yang membelenggu menuju perubahan yang lebih baik menurut Allah SWT serta diberikannya keleluasaan rezeki dari sempit menuju kecukupan, atau dilindunginya diri kita dari gangguan dan godaan syaitan yang terkutuk. Sebagaimana dikemukakan dalam surat Al Baqarah (2) ayat 257 yang kami kemukakan di bawah ini, “Allah pelindung orang-orang yang beriman; Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan (kekafiran) kepada cahaya (iman). dan orang-orang yang kafir, pelindung-pelindungnya ialah syaitan, yang mengeluarkan mereka daripada cahaya kepada kegelapan (kekafiran). mereka itu adalah penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.”

 

Inilah sebahagian yang akan Allah SWT berikan kepada hamba-Nya yang sesuai dengan kehendak Allah SWT dan yang harus kita perhatikan adalah pengertian dari kegelapan, kekafiran, cahaya, keimanan, kesusahan, kesuksesan, masalah yang kita hadapi, keleluasaan rezeki, bukan merupakan pengertian dari sisi kita sebagai abd’ (hamba)Nya yang juga khalifahNya di muka bumi. Akan tetapi pengertian yang berasal dari sisi Allah SWT. Allah SWT mempunyai ukuran tersendiri yang tidak akan mungkin sama dengan ukuran manusia. Adanya ukuran tersendiri dari Allah SWT tentu bukan untuk mencelakakan hamba-Nya, akan tetapi justru untuk menyelamatkan hamba-Nya sebab hamba-Nya memperoleh sesuatu yang terbaik dari sisi Allah SWT.

 

Lalu, bagaimana dengan orang yang kafir atau orang yang tidak mau beriman kepada Allah SWT, apakah mereka akan sama menerima penghargaan dari Allah SWT? Kepada orang kafir, kepada orang yang tidak mau beriman dan yang tidak mau yakin kepada Allah SWT mereka akan menerima, hal-hal sebagai berikut: Syaitan dijadikan sebagai pelindung dan juga komandan bagi mereka; Dikeluarkannya mereka dari iman menjadi kafir; Dijadikannya neraka Jahannam sebagai tempat kembali. Adanya perbedaan fasilitas serta penghargaan yang Allah SWT berikan kepada orang yang beriman kepada Allah SWT dengan orang yang kafir, apa yang harus kita lakukan? Jika kita beranggapan atau merasa fasilitas dan penghargaan kepada orang yang kafir lebih baik dan lebih terhormat dibandingkan dengan fasilitas dan penghargaan kepada orang yang beriman, maka lakukanlah secara mantap dan terkendali, tidak putus-putus dari waktu ke waktu tanpa kenal lelah yaitu jangan pernah beriman kepada Allah SWT atau jangan pernah memenuhi segala yang dikehendaki oleh Allah SWT.

 

Cara dan methode yang kami kemukakan di atas ini merupakan cara yang paling mudah, murah, sederhana dan yang sangat di idam-idam oleh syaitan serta yang dapat menghantarkan diri kita neraka Jahannam. Akan tetapi jika kita ingin pulang kampung ke syurga  untuk bertemu dengan Allah SWT caranya juga mudah dan murah yaitu lakukanlah iman kepada Allah SWT sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh Allah SWT dengan melaksanakan Diinul Islam secara kaffah serta selau beramal shaleh. Cara yang kami kemukakan ini, merupakan cara yang dikehendaki oleh Allah SWT, namun sangat dibenci oleh syaitan, silahkan anda memilih sendiri mana yang paling kita suka.    

 

Timbul pertanyaan apakah seluruh abd’ (hamba)Nya yang juga adalah khalifahNya yang ada di muka bumi ini mampu merasakan hal yang sama dengan diri kita? Sepanjang abd’ (hamba)Nya yang juga adalah khalifahNya yang ada di muka bumi ini mau melaksanakan apa-apa yang dikehendaki oleh Allah SWT maka mereka pun dapat menikmati hal yang sama dengan diri kita. Hal yang harus kita perhatikan dengan benar adalah hikmah di balik beriman kepada Allah sehingga kita mampu merasakan kenikmatan dari bertuhankan kepada Allah SWT memiliki ketentuan sebagai berikut:

 

1.  Tidak dapat diwariskan kepada siapapun juga termasuk kepada anak dan keturunan kita sendiri.

2.   Tidak  dapat  dipindahtangankan  atau  ditransfer  kepada  siapapun juga termasuk kepada anak dan keturunan kita sendiri.

3.       Tidak bisa diperjualbelikan atau diperdagangkan oleh sebab apapun juga.

4.  Rasa dari hikmah atau kenikmatan dari bertuhankan kepada Allah SWT tidaklah sama bentuknya, sehingga masing-masing diri akan merasakan rasa  yang berbeda-beda serta tidak bisa berulang-ulang dirasakan.

5.     Kenikmatan bertuhankan kepada Allah SWT (seperti maunah atau karomah) akan dibawa pulang ke alam barzah oleh pemiliknya, sehingga tidak akan mungkin berkeliaran di muka bumi bersama jasmani yang telah dikubur.

 

Sekarang apa yang harus kita perbuat kepada orang lain, atau kepada anak keturunan kita sendiri setelah merasakan hikmah beriman kepada Allah SWT dengan merasakan nikmatnya bertuhankan kepada Allah SWT? Setelah memperoleh dan merasakan langsung hikmah dan kenikmatan dari bertuhankan kepada Allah SWT, kita hanya dapat memberitahukan, kita hanya dapat menginformasikan, kepada sesama manusia, kepada anak dan keturunan kita sendiri, jika ingin memperoleh dan merasakan kenikmatan dari bertuhankan kepada Allah SWT lakukanlah mulai saat ini juga apa-apa yang dikehendaki oleh Allah SWT. Dan sepanjang orang yang telah diberitahu mau melaksanakan seperti apa yang kita laksanakan maka iapun akan dapat merasakan hikmah dan kenikmatan bertuhankan kepada Allah SWT. Akan tetapi jika yang diberitahukan tidak mau menerima, tidak mau melaksanakan apa-apa yang dikehendaki oleh Allah SWT, jangan pernah berharap merasakan hikmah dan kenikmatan bertuhankan kepada Allah SWT.

 

Sekarang, apakah cukup hanya sekali saja atau hanya sesekali saja kita memperoleh dan merasakan hikmah dan kenikmatan bertuhankan kepada Allah SWT? Hikmah dan kenikmatan dari bertuhankan kepada Allah SWT dapat kita nikmati berulang-ulang dari waktu ke waktu selama hayat masih di kandung badan selama diri kita selalu terus berkesesuaian dengan Kehendak Allah SWT. Jika diri kita hanya menginginkan hanya sekali saja atau hanya sesekali saja ingin merasakan hikmah dan kenikmatan bertuhankan Allah SWT berarti ada yang salah di dalam diri kita. Untuk lihatlah diri kita yang begitu sering merasakan nikmatnya sambal lado tanpa ada kapoknya walaupun sambal lado itu pedas rasanya. Jika kepada sambal lado saja kita mampu berulang-ulang menikmatinya, lalu kenapa untuk merasakan nikmatnya bertuhankan Allah SWT justru kita batasi hanya sekali atau sesekali saja? Sebagai abd’ (hamba)Nya yang juga khalifahNya di muka bumi tentu kita sangat membutuhkan  Allah SWT dari waktu ke waktu dan jika ini keadaannya maka merasakan nikmatnya bertuhankan kepada Allah SWT harus dapat kita peroleh dari waktu ke waktu pula selama ruh belum berpisah dengan jasmani.  

 

Selanjutnya jika kita termasuk orang yang telah merasakan hikmah dan kenikmatan bertuhankan kepada Allah SWT, bolehkah diri kita merasa lebih tinggi, atau merasa paling baik dibandingkan dengan abd’ (hamba)Nya yang juga khalifahNya yang lainnya sehingga kita sajalah yang berhak atas syurga Allah SWT? Jika diri kita termasuk orang yang telah tahu diri maka dengan merasakan hikmah dan kenikmatan bertuhankan Allah SWT maka tidak akan pernah menjadikan diri kita berubah menjadi inisiator, berubah menjadi pencipta, berubah menjadi pemilik dari langit dan bumi beserta isinya serta mampu mensejajarkan diri dengan Allah SWT. Dengan merasakan hikmah dan kenikmatan bertuhankan kepada Allah SWT kondisi dasar diri kita tetaplah sama yaitu sebagai berikut:

 

1. Makhluk yang keberadaannya tetap dikarenakan adanya kehendak, kemampuan dan ilmu Allah SWT di dalam menciptakan rencana besar tentang kekhalifahan di muka bumi.

2.    Makhluk yang diciptakan oleh Allah SWT yang tidak memiliki apapun juga dibandingkan dengan Allah SWT.

3.   Makhluk yang sedang menumpang, makhluk yang sedang menjadi tamu di langit dan di bumi Allah SWT serta makhluk yang harus mentaati segala aturan, segala undang-undang yang telah ditetapkan oleh Allah SWT.

4.     Makhluk yang tidak dapat menciptakan ruh, Amanah  yang 7, akal, perasaan, dan Hubbul yang 7 untuk dirinya sendiri dan selamanya hanyalah pengguna yang akan dimintakan pertanggungjawabannya kelak dikemudian hari.

5.  Makhluk yang tidak memiliki kemampuan untuk menciptakan langit dan bumi, air, udara, gunung, hujan dan organ tubuh dirinya sendiri.

6.    Makhluk yang seharusnya tetap bertasbih dan bermunajat kepada Allah SWT dari waktu ke waktu seperti bertasbih dan bermunajatnya langit, bumi, gunung, hewan, air, udara, tumbuhan kepada Allah SWT.

 

Sekarang bagaimana kondisi orang kafir yang tidak mau beriman kepada Allah SWT. Apakah kondisinya sama dengan orang yang beriman kepada Allah SWT ataukah berbeda dengan orang yang beriman kepada Allah SWT jika ditinjau dari 6 (enam) hal yang kami kemukakan di atas? Kondisi orang kafir dibandingkan dengan kondisi orang yang beriman kepada  Allah SWT tidak ada bedanya, karena: 

 

1.    Semuanya adalah makhluk yang keberadaannya ada karena adanya kehendak, kemampuan dan ilmu Allah SWT di dalam menciptakan rencana besar penciptaan manusia yang akan dijadikan sebagai abd’ (hamba) dan juga sebagai khalifah di muka bumi.

2.     Semuanya adalah makhluk yang sama-sama diciptakan oleh Allah SWT yang tidak memiliki apapun juga dibandingkan dengan Allah SWT.

3.  Semuanya adalah makhluk yang sama-sama sedang menumpang, makhluk yang sama-sama sedang menjadi tamu di langit dan di bumi Allah SWT serta makhluk yang harus mentaati segala aturan, segala undang-undang Allah SWT yang berlaku di muka bumi.

4.     Semuanya adalah makhluk yang tidak dapat menciptakan ruh, Amanah yang 7, Akal, Perasaan, dan Hubbul yang 7 untuk dirinya sendiri dan selamanya hanyalah pengguna yang akan dimintakan pertanggungjawabannya kelah dikemudian hari.

5. Semuanya adalah makhluk yang tidak memiliki kemampuan untuk menciptakan langit dan bumi, air, udara,gunung, hujan dan organ tubuh dirinya sendiri.

6.   Semuanya adalah makhluk yang seharusnya tetap bertasbih dan bermunajat kepada Allah SWT dari waktu ke waktu seperti bertasbih dan bermunajatnya langit, bumi, gunung, hewan, tumbuhan kepada Allah SWT.

 

Adanya kondisi ini, lalu patut dan pantaskah kita yang telah merasakan hikmah dan kenikmatan bertuhankan kepada Allah SWT, atau yang telah menyatakan beriman kepada  Allah SWT lalu melecehkan sesama makhluk yang kondisinya sama dengan diri kita dengan mengatakan hanya diri kitalah yang terbaik dan orang lain itu buruk, atau hanya diri kitalah yang berhak atas syurga sedangkan orang lain tidak berhak menempati syurga, atau diri kitalah yang paling sesuai dengan kehendak  Allah SWT sedangkan orang lain itu adalah kafir, sebagaimana dikemukakan oleh Allah dalam surat An Najm (53) ayat 32 berikut ini: (yaitu) orang-orang yang menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan keji yang selain dari kesalahan-kesalahan kecil. Sesungguhnya Tuhanmu Maha Luas ampunanNya. dan Dia lebih mengetahui (tentang keadaan)mu ketika Dia menjadikan kamu dari tanah dan ketika kamu masih janin dalam perut ibumu; Maka janganlah kamu mengatakan dirimu suci. Dialah yang paling mengetahui tentang orang yang bertakwa.”

 

Jika kita termasuk orang yang telah tahu diri jangan pernah sekalipun kita mengambil hak Allah SWT untuk memberikan penilaian kepada sesama abd’ (hamba) dan juga kepada sesama khalifah di muka bumi sebab Allah SWT lah yang memiliki hak untuk menilai dan memberikan pahala kepada siapa yang dikehendakinya dan ingat apa yang kita perbuatpun bukan diri kita sendiri yang menilainya, akan tetapi  Allah SWT lah yang berhak menilai apa yang kita lakukan. Hal ini diperkuat dengan pernyataan Allah SWT bahwa hidup di muka bumi adalah sebuah permainan dan jika apa yang kita laksanakan adalah suatu permainan maka seorang pemain tetap menjadi Pemain. Pemain tidak bisa merangkap menjadi wasit sehingga Pemain tidak mempunyai hak apapun juga untuk menilai dirinya sendiri dan juga menilai pemain lainnya sebab hal itu merupakan kewenangan daripada Wasit.

 

Selanjutnya tahukah diri kita bahwa apa yang telah kita perbuat dan apa yang telah kita lakukan saat menjadi abd’ (hamba)Nya yang juga khalifahNya di muka bumi pasti akan diterima oleh Allah SWT? Kita tidak mempunyai hak dan kita tidak memiliki pengetahuan sedikitpun, tentang apa yang telah kita perbuat, apa yang telah kita lakukan, apakah sudah sesuai dengan Kehendak Allah SWT kecuali Allah SWT itu sendiri yang mengetahuinya. Jika ini kondisinya maka apakah santun, apakah patut dan apakah pantas jika kita berani menilai orang lain, berani mengatakan orang lain, berani menentukan hanya diri kita sajalah yang benar dan orang lain salah, lalu siapakah yang lebih berkuasa di bumi yang dimiliki  dan diciptakan oleh Allah SWT, apakah diri kita ataukah Allah SWT?

 

Jika sampai kita melakukan hal-hal yang bukan semestinya kita lakukan berarti kita telah menempatkan Allah SWT bukan pada posisi dan kedudukan yang sebenarnya. Allah SWT telah kita tempatkan di bawah diri kita sendiri, apakah hal ini mungkin terjadi sedangkan diri kita ada karena kehendak, kemampuan dan ilmu Allah SWT? Jika kita telah beriman kepada Allah SWT dan juga telah merasakan nikmatnya bertuhankan Allah SWT maka jangan pernah lakukan hal-hal yang bukan semestinya kita lakukan. Ciptaan tetaplah ciptaan, untuk itu kita wajib saling hormat menghormati kepada sesama ciptaan dan jika kita melihat ciptaan membutuhkan pertolongan, maka bantulah dengan dasar keimanan kepada Allah SWT, terkecuali jika kita ingin pulang kampung ke neraka Jahannam. Dan ingat seluruh manusia yang telah diciptakan oleh Allah SWT memiliki hak hidup yang sama di muka bumi ini, yang membedakan nanti adalah tempat kembalinya, apakah masuk syurga ataukah masuk neraka.     

 

Sebagai penutup dari bab ini, ketahuilah dengan seksama bahwa Allah SWT di dalam melakukan penilaian kepada seluruh umat manusia, termasuk melakukan penilaian kepada diri kita, kepada anak dan keturunan kita, memiliki ketentuan sendiri, yang tentunya sangat berbeda dengan diri kita di waktu menilai seseorang. Allah SWT tidak mempergunakan parameter penampilah phisik dari jasmani seseorang untuk menilai seseorang dan juga Allah SWT tidak mempergunakan parameter harta kekayaan, pangkat, jabatan, keturunan (nashab), serta kedudukan seseorang di dalam menilai seseorang.

 

Hal ini Allah SWT lakukan karena penampilan phisik dan harta, pangkat, jabatan, kedudukan, keturunan seseorang bukanlah sesuatu hal yang penting dihadapan  Allah SWT. Lalu parameter apakah yang dipergunakan oleh Allah SWT? Parameter yang dipergunakan oleh Allah SWT adalah parameter keimanan dan  ketaqwaan seseorang kepada Allah SWT. Semakin baik keimanan dan ketaqwaan seseorang semakin baik pula penilaian Allah SWT kepada orang tersebut, demikian pula sebaliknya. Adanya kondisi penilaian ketaqwaan kepada diri kita, kepada anak dan keturunan kita, maka sudah seharusnya inilah yang kita tampilkan, yang kita tunjukkan, saat diri kita hidup di muka bumi yang tidak pernah kita ciptakan.  

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar