Jamaah sekalian, itulah 5 (lima) hikmah yang dapat kita peroleh dan
rasakan dari mampunya diri kita beriman kepada Allah SWT yang kesemuanya dapat
kita peroleh sepanjang diri kita mau memenuhi segala apa-apa yang dikehendaki Allah
SWT. Selanjutnya masih banyak hikmah yang dapat kita peroleh dan rasakan
setelah kita mampu mengenal Allah dan melaksanakan iman kepada Allah SWT.
Berikut ini akan kami kemukakan hal-hal lainnya yang dapat kita peroleh dari
hasil kita telah mengenal dan beriman kepada Allah SWT, yaitu:
1. Setiap orang yang beriman kepada Allah SWT yang dibarengi dengan amal shaleh
akan dimasukkan ke dalam syurga yang di bawahnya mengalir sungai-sungai, atau
sebagai makhluk yang terhormat akan pulang ke tempat terhormat dengan cara yang
terhormat sepanjang diri kita mau secara terhormat mengakui, menerima dan
menjadikan Allah SWT sebagai satu-satunya Tuhan yang berhak disembah,
sebagaimana dikemukakan dalam surat Al Kahfi (18) ayat 107 berikut ini: “Sesungguhnya
orang-orang yang beriman dan beramal saleh, bagi mereka adalah surga Firdaus
menjadi tempat tinggal,
2. Setiap orang yang beriman kepada Allah SWT yang dibarengi dengan
perbuatan amal shaleh maka ia tidak akan takut dan gelisah atau dihilangkannya
penyakit yang ada di dalam rongga dada manusia serta diberi kebaikan oleh Allah
SWT. Sebagaimana dikemukakan dalam surat Al Baqarah (2) ayat 277 berikut ini: “Sesungguhnya orang-orang yang beriman, mengerjakan amal saleh,
mendirikan shalat dan menunaikan zakat, mereka mendapat pahala di sisi
Tuhannya. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka
bersedih hati.”
3. Setiap orang yang beriman kepada Allah SWT akan diberikan rahmat, akan
diberikan cahaya untuk berjalan di muka bumi serta ampunan, sebagaimana
dikemukakan dalam surat surat Al Hadiid
(57) ayat 28 berikut ini: “Hai orang-orang
yang beriman (kepada Para rasul), bertakwalah kepada Allah dan berimanlah
kepada Rasul-Nya, niscaya Allah memberikan rahmat-Nya kepadamu dua bagian, dan
menjadikan untukmu cahaya yang dengan cahaya itu kamu dapat berjalan dan Dia
mengampuni kamu. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
4. Setiap orang yang beriman kepada Allah SWT akan diberi petunjuk kepada
jalan yang lurus, sebagaimana dikemukakan dalam
surat Al Hajj (22) ayat 54 berikut ini; “dan agar orang-orang yang telah diberi ilmu, meyakini bahwasanya
AlQuran Itulah yang hak dari Tuhan-mu lalu mereka beriman dan tunduk hati
mereka kepadanya dan Sesungguhnya Allah adalah pemberi petunjuk bagi
orang-orang yang beriman kepada jalan yang lurus.
5. Setiap orang yang beriman
kepada Allah SWT akan diselamatkan dari kejahatan termasuk di dalamnya kita
akan dilindungi dari niat jahat atau niat busuk yang dapat merugikan dan
membahayakan diri dan keluarga serta anak dan keturunan. Sebagaimana dikemukakan
dalam surat Al Maaidah (5) ayat 11 berikut ini: “Hai orang-orang yang beriman, ingatlah kamu akan nikmat Allah (yang
diberikan-Nya) kepadamu, di waktu suatu kaum bermaksud hendak menggerakkan
tangannya kepadamu (untuk berbuat jahat), Maka Allah menahan tangan mereka dari
kamu. Dan bertakwalah kepada Allah, dan hanya kepada Allah sajalah orang-orang
mukmin itu harus bertawakkal.”
6. Setiap orang yang beriman kepada Allah SWT akan selalu menang di dalam
berjihad di jalan Allah SWT, atau akan selalu dimudahkan sewaktu menjalankan
tugas, atau selalu diberi jalan keluar di saat mengalami hambatan dalam
bertugas, sebagaimana dikemukakan dalam surat At Taubah (9) ayat 88 berikut ini: “tetapi Rasul dan orang-orang yang beriman bersama Dia, mereka berjihad
dengan harta dan diri mereka. Dan mereka Itulah orang-orang yang memperoleh
kebaikan, dan mereka Itulah orang-orang yang beruntung.”
7. Setiap orang yang beriman kepada Allah SWT akan dimuliakan di hari
akhir serta akan diberikan rezeki tanpa
batas oleh Allah SWT pada saat menjalankan tugas sebagai abd’ (hamba) yang juga
khalifah di muka bumi. Sebagaimana dikemukakan dalam surat Al Baqarah (2) ayat
212 berikut ini: “kehidupan dunia dijadikan indah dalam pandangan
orang-orang kafir, dan mereka memandang hina orang-orang yang beriman. Padahal
orang-orang yang bertakwa itu lebih mulia daripada mereka di hari kiamat. dan
Allah memberi rezki kepada orang-orang yang dikehendaki-Nya tanpa batas.
8. Setiap orang yang beriman
kepada Allah SWT akan dinaungi rahmat Allah SWT. Allah SWT menjadi penolong
pertama dalam setiap kesempatan yang kita mintakan kepada Allah SWT sebagaimana
dikemukakan surat Muhammad (47) ayat 13 berikut ini: “dan betapa banyaknya negeri yang (penduduknya) lebih kuat dari pada
(penduduk) negerimu (Muhammad) yang telah mengusirmu itu. Kami telah
membinasakan mereka, Maka tidak ada seorang penolongpun bagi mereka.”
Saat ini kita telah menjadi abd’ (hamba)Nya yang juga adalah khalifahNya
di muka bumi, lalu sudahkah diri kita sesuai dengan kehendak Allah SWT, dalam
hal ini adalah menjadi penguasa di muka bumi seperti yang telah dikemukakan Allah
SWT dalam surat An Nuur (24) ayat 55 berikut ini: “dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang
beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-
sungguh akan menjadikan mereka berkuasa dimuka bumi, sebagaimana Dia telah
menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan
bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar
akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman
sentausa. mereka tetap menyembahku-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu
apapun dengan aku. dan Barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, Maka
mereka Itulah orang-orang yang fasik.”
Jika diri kita merasa belum sesuai dengan apa yang dikemukakan Allah SWT
di dalam surat An Nuur (24) ayat 55 di atas berarti ada yang sesuatu yang salah
sewaktu kita menjalankan tugas sebagai abd’ (hamba)Nya yang juga khalifahNya di
muka bumi. Untuk itu segeralah melakukan introspeksi diri dengan berkaca kepada
diri sendiri (dalam hal ini siapa yang
dapat mengenal dirinya pasti dapat mengenal Tuhannya dan barangsiapa yang dapat
mengenal Tuhannya maka ia dapat mengenal dirinya sendiri) serta
bertaubatlah dengan Taubatan Nasuha sebelum ruh tiba dikerongkongan jika kita
merasa salah dalam berbuat.
Selain daripada itu, Allah SWT akan memberikan kepada orang-orang yang
beriman kepada Allah SWT, atau Allah SWT akan memberikan kepada orang-orang
yang selalu memenuhi apa-apa yang dikehendaki Allah SWT berupa suatu keadaan
yang dinamakan dengan dikeluarkannya diri kita dari kegelapan dan kekafiran
menuju cahaya dan keimanan, atau dikeluarkannya diri kita dari kesusahan dan
kemunduran menuju kebahagiaan, sehingga dikeluarkannya diri kita dari masalah
yang membelenggu menuju perubahan yang lebih baik menurut Allah SWT serta
diberikannya keleluasaan rezeki dari sempit menuju kecukupan, atau dilindunginya
diri kita dari gangguan dan godaan syaitan yang terkutuk. Sebagaimana
dikemukakan dalam surat Al Baqarah (2) ayat 257 yang kami kemukakan di bawah
ini, “Allah pelindung orang-orang yang beriman; Dia
mengeluarkan mereka dari kegelapan (kekafiran) kepada cahaya (iman). dan
orang-orang yang kafir, pelindung-pelindungnya ialah syaitan, yang mengeluarkan
mereka daripada cahaya kepada kegelapan (kekafiran). mereka itu adalah penghuni
neraka; mereka kekal di dalamnya.”
Inilah sebahagian yang akan Allah SWT berikan kepada hamba-Nya yang
sesuai dengan kehendak Allah SWT dan yang harus kita perhatikan adalah
pengertian dari kegelapan, kekafiran, cahaya, keimanan, kesusahan, kesuksesan, masalah
yang kita hadapi, keleluasaan rezeki, bukan merupakan pengertian dari sisi kita
sebagai abd’ (hamba)Nya yang juga khalifahNya di muka bumi. Akan tetapi
pengertian yang berasal dari sisi Allah SWT. Allah SWT mempunyai ukuran tersendiri yang tidak akan mungkin sama
dengan ukuran manusia. Adanya ukuran tersendiri dari Allah SWT tentu bukan
untuk mencelakakan hamba-Nya, akan tetapi justru untuk menyelamatkan hamba-Nya
sebab hamba-Nya memperoleh sesuatu yang terbaik dari sisi Allah SWT.
Lalu, bagaimana dengan orang yang kafir atau orang yang tidak mau beriman
kepada Allah SWT, apakah mereka akan sama menerima penghargaan dari Allah SWT?
Kepada orang kafir, kepada orang yang tidak mau beriman dan yang tidak mau
yakin kepada Allah SWT mereka akan menerima, hal-hal sebagai berikut: Syaitan dijadikan sebagai pelindung dan juga
komandan bagi mereka; Dikeluarkannya mereka dari iman menjadi kafir;
Dijadikannya neraka Jahannam sebagai tempat kembali. Adanya perbedaan fasilitas
serta penghargaan yang Allah SWT berikan kepada orang yang beriman kepada Allah
SWT dengan orang yang kafir, apa yang harus kita lakukan? Jika kita
beranggapan atau merasa fasilitas dan penghargaan kepada orang yang kafir lebih
baik dan lebih terhormat dibandingkan dengan fasilitas dan penghargaan kepada
orang yang beriman, maka lakukanlah secara mantap dan terkendali, tidak
putus-putus dari waktu ke waktu tanpa kenal lelah yaitu jangan pernah beriman
kepada Allah SWT atau jangan pernah memenuhi segala yang dikehendaki oleh Allah
SWT.
Cara dan methode yang kami kemukakan di atas ini merupakan cara yang
paling mudah, murah, sederhana dan yang sangat di idam-idam oleh syaitan serta
yang dapat menghantarkan diri kita neraka Jahannam. Akan tetapi jika kita ingin
pulang kampung ke syurga untuk bertemu
dengan Allah SWT caranya juga mudah dan murah yaitu lakukanlah iman kepada Allah
SWT sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh Allah SWT dengan melaksanakan
Diinul Islam secara kaffah serta selau beramal shaleh. Cara yang kami kemukakan
ini, merupakan cara yang dikehendaki oleh Allah SWT, namun sangat dibenci oleh syaitan,
silahkan anda memilih sendiri mana yang paling kita suka.
Timbul pertanyaan apakah seluruh abd’ (hamba)Nya yang juga adalah
khalifahNya yang ada di muka bumi ini mampu merasakan hal yang sama dengan diri
kita? Sepanjang abd’ (hamba)Nya yang juga adalah khalifahNya yang ada di muka
bumi ini mau melaksanakan apa-apa yang dikehendaki oleh Allah SWT maka mereka
pun dapat menikmati hal yang sama dengan diri kita. Hal yang harus kita
perhatikan dengan benar adalah hikmah di balik beriman kepada Allah sehingga
kita mampu merasakan kenikmatan dari bertuhankan kepada Allah SWT memiliki
ketentuan sebagai berikut:
1. Tidak dapat diwariskan kepada siapapun juga termasuk
kepada anak dan keturunan kita sendiri.
2. Tidak dapat dipindahtangankan atau ditransfer kepada siapapun juga termasuk kepada anak dan keturunan kita sendiri.
3.
Tidak bisa diperjualbelikan atau diperdagangkan oleh
sebab apapun juga.
4. Rasa dari hikmah atau kenikmatan dari bertuhankan
kepada Allah SWT tidaklah sama bentuknya, sehingga masing-masing diri akan
merasakan rasa yang berbeda-beda serta
tidak bisa berulang-ulang dirasakan.
5. Kenikmatan bertuhankan kepada Allah SWT (seperti
maunah atau karomah) akan dibawa pulang ke alam barzah oleh pemiliknya,
sehingga tidak akan mungkin berkeliaran di muka bumi bersama jasmani yang telah
dikubur.
Sekarang apa yang harus kita perbuat kepada orang lain, atau kepada anak
keturunan kita sendiri setelah merasakan hikmah beriman kepada Allah SWT dengan
merasakan nikmatnya bertuhankan kepada Allah SWT? Setelah memperoleh dan merasakan langsung hikmah dan kenikmatan dari
bertuhankan kepada Allah SWT, kita hanya dapat memberitahukan, kita hanya dapat
menginformasikan, kepada sesama manusia, kepada anak dan keturunan kita
sendiri, jika ingin memperoleh dan merasakan kenikmatan dari bertuhankan kepada
Allah SWT lakukanlah mulai saat ini juga apa-apa yang dikehendaki oleh Allah
SWT. Dan sepanjang orang yang telah diberitahu mau melaksanakan seperti apa
yang kita laksanakan maka iapun akan dapat merasakan hikmah dan kenikmatan
bertuhankan kepada Allah SWT. Akan tetapi jika yang diberitahukan tidak mau
menerima, tidak mau melaksanakan apa-apa yang dikehendaki oleh Allah SWT,
jangan pernah berharap merasakan hikmah dan kenikmatan bertuhankan kepada Allah
SWT.
Sekarang, apakah cukup hanya sekali saja atau hanya sesekali saja kita
memperoleh dan merasakan hikmah dan kenikmatan bertuhankan kepada Allah SWT?
Hikmah dan kenikmatan dari bertuhankan kepada Allah SWT dapat kita nikmati
berulang-ulang dari waktu ke waktu selama hayat masih di kandung badan selama
diri kita selalu terus berkesesuaian dengan Kehendak Allah SWT. Jika diri kita
hanya menginginkan hanya sekali saja atau hanya sesekali saja ingin merasakan
hikmah dan kenikmatan bertuhankan Allah SWT berarti ada yang salah di dalam
diri kita. Untuk lihatlah diri kita yang begitu sering merasakan nikmatnya
sambal lado tanpa ada kapoknya walaupun sambal lado itu pedas rasanya. Jika
kepada sambal lado saja kita mampu berulang-ulang menikmatinya, lalu kenapa
untuk merasakan nikmatnya bertuhankan Allah SWT justru kita batasi hanya sekali
atau sesekali saja? Sebagai abd’ (hamba)Nya yang juga khalifahNya di muka bumi
tentu kita sangat membutuhkan Allah SWT
dari waktu ke waktu dan jika ini keadaannya maka merasakan nikmatnya bertuhankan
kepada Allah SWT harus dapat kita peroleh dari waktu ke waktu pula selama ruh
belum berpisah dengan jasmani.
Selanjutnya jika kita termasuk orang yang telah merasakan hikmah dan
kenikmatan bertuhankan kepada Allah SWT, bolehkah diri kita merasa lebih
tinggi, atau merasa paling baik dibandingkan dengan abd’ (hamba)Nya yang juga
khalifahNya yang lainnya sehingga kita sajalah yang berhak atas syurga Allah
SWT? Jika diri kita termasuk orang yang
telah tahu diri maka dengan merasakan hikmah dan kenikmatan bertuhankan Allah
SWT maka tidak akan pernah menjadikan diri kita berubah menjadi inisiator,
berubah menjadi pencipta, berubah menjadi pemilik dari langit dan bumi beserta
isinya serta mampu mensejajarkan diri dengan Allah SWT. Dengan merasakan
hikmah dan kenikmatan bertuhankan kepada Allah SWT kondisi dasar diri kita
tetaplah sama yaitu sebagai berikut:
1. Makhluk yang keberadaannya tetap dikarenakan adanya kehendak,
kemampuan dan ilmu Allah SWT di dalam menciptakan rencana besar tentang kekhalifahan
di muka bumi.
2. Makhluk yang diciptakan oleh Allah SWT yang tidak
memiliki apapun juga dibandingkan dengan Allah SWT.
3. Makhluk yang sedang menumpang, makhluk yang sedang
menjadi tamu di langit dan di bumi Allah SWT serta makhluk yang harus mentaati
segala aturan, segala undang-undang yang telah ditetapkan oleh Allah SWT.
4. Makhluk yang tidak dapat menciptakan ruh, Amanah yang 7, akal, perasaan, dan Hubbul yang 7
untuk dirinya sendiri dan selamanya hanyalah pengguna yang akan dimintakan
pertanggungjawabannya kelak dikemudian hari.
5. Makhluk yang tidak memiliki kemampuan untuk
menciptakan langit dan bumi, air, udara, gunung, hujan dan organ tubuh dirinya
sendiri.
6. Makhluk yang seharusnya tetap bertasbih dan bermunajat
kepada Allah SWT dari waktu ke waktu seperti bertasbih dan bermunajatnya
langit, bumi, gunung, hewan, air, udara, tumbuhan kepada Allah SWT.
Sekarang bagaimana kondisi orang kafir yang tidak mau beriman kepada Allah
SWT. Apakah kondisinya sama dengan orang yang beriman kepada Allah SWT ataukah
berbeda dengan orang yang beriman kepada Allah SWT jika ditinjau dari 6 (enam)
hal yang kami kemukakan di atas? Kondisi orang kafir dibandingkan dengan
kondisi orang yang beriman kepada Allah SWT
tidak ada bedanya, karena:
1. Semuanya adalah makhluk yang keberadaannya ada karena adanya kehendak, kemampuan
dan ilmu Allah SWT di dalam menciptakan rencana besar penciptaan manusia yang
akan dijadikan sebagai abd’ (hamba) dan juga sebagai khalifah di muka bumi.
2. Semuanya adalah makhluk yang sama-sama diciptakan oleh Allah SWT yang
tidak memiliki apapun juga dibandingkan dengan Allah SWT.
3. Semuanya adalah makhluk yang sama-sama sedang menumpang, makhluk yang
sama-sama sedang menjadi tamu di langit dan di bumi Allah SWT serta makhluk
yang harus mentaati segala aturan, segala undang-undang Allah SWT yang berlaku
di muka bumi.
4. Semuanya adalah makhluk yang tidak dapat menciptakan ruh, Amanah yang 7,
Akal, Perasaan, dan Hubbul yang 7 untuk dirinya sendiri dan selamanya hanyalah pengguna
yang akan dimintakan pertanggungjawabannya kelah dikemudian hari.
5. Semuanya adalah makhluk yang tidak memiliki kemampuan untuk menciptakan
langit dan bumi, air, udara,gunung, hujan dan organ tubuh dirinya sendiri.
6. Semuanya adalah makhluk yang seharusnya tetap bertasbih dan bermunajat
kepada Allah SWT dari waktu ke waktu seperti bertasbih dan bermunajatnya
langit, bumi, gunung, hewan, tumbuhan kepada Allah SWT.
Adanya kondisi ini, lalu patut dan pantaskah kita yang telah merasakan
hikmah dan kenikmatan bertuhankan kepada Allah SWT, atau yang telah menyatakan beriman
kepada Allah SWT lalu melecehkan sesama makhluk
yang kondisinya sama dengan diri kita dengan mengatakan hanya diri kitalah yang
terbaik dan orang lain itu buruk, atau hanya diri kitalah yang berhak atas syurga
sedangkan orang lain tidak berhak menempati syurga, atau diri kitalah yang
paling sesuai dengan kehendak Allah SWT
sedangkan orang lain itu adalah kafir, sebagaimana dikemukakan oleh Allah dalam
surat An Najm (53) ayat 32 berikut ini: “(yaitu) orang-orang yang menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan keji
yang selain dari kesalahan-kesalahan kecil. Sesungguhnya Tuhanmu Maha Luas
ampunanNya. dan Dia lebih mengetahui (tentang keadaan)mu ketika Dia menjadikan
kamu dari tanah dan ketika kamu masih janin dalam perut ibumu; Maka janganlah
kamu mengatakan dirimu suci. Dialah yang paling mengetahui tentang orang yang
bertakwa.”
Jika kita termasuk orang yang telah tahu diri jangan pernah sekalipun
kita mengambil hak Allah SWT untuk memberikan penilaian kepada sesama abd’
(hamba) dan juga kepada sesama khalifah di muka bumi sebab Allah SWT lah yang
memiliki hak untuk menilai dan memberikan pahala kepada siapa yang
dikehendakinya dan ingat apa yang kita perbuatpun bukan diri kita sendiri yang
menilainya, akan tetapi Allah SWT lah
yang berhak menilai apa yang kita lakukan. Hal
ini diperkuat dengan pernyataan Allah SWT bahwa hidup di muka bumi adalah
sebuah permainan dan jika apa yang kita laksanakan adalah suatu permainan maka
seorang pemain tetap menjadi Pemain. Pemain tidak bisa merangkap menjadi wasit
sehingga Pemain tidak mempunyai hak apapun juga untuk menilai dirinya sendiri
dan juga menilai pemain lainnya sebab hal itu merupakan kewenangan daripada Wasit.
Selanjutnya tahukah diri kita bahwa apa yang telah kita perbuat dan apa
yang telah kita lakukan saat menjadi abd’ (hamba)Nya yang juga khalifahNya di
muka bumi pasti akan diterima oleh Allah SWT? Kita tidak mempunyai hak dan kita tidak memiliki pengetahuan
sedikitpun, tentang apa yang telah kita perbuat, apa yang telah kita lakukan,
apakah sudah sesuai dengan Kehendak Allah SWT kecuali Allah SWT itu sendiri
yang mengetahuinya. Jika ini kondisinya maka apakah santun, apakah patut
dan apakah pantas jika kita berani menilai orang lain, berani mengatakan orang
lain, berani menentukan hanya diri kita sajalah yang benar dan orang lain
salah, lalu siapakah yang lebih berkuasa di bumi yang dimiliki dan diciptakan oleh Allah SWT, apakah diri
kita ataukah Allah SWT?
Jika sampai kita melakukan hal-hal yang bukan semestinya kita lakukan
berarti kita telah menempatkan Allah SWT bukan pada posisi dan kedudukan yang
sebenarnya. Allah SWT telah kita tempatkan di bawah diri kita sendiri, apakah
hal ini mungkin terjadi sedangkan diri kita ada karena kehendak, kemampuan dan ilmu
Allah SWT? Jika kita telah beriman kepada Allah SWT dan juga telah merasakan
nikmatnya bertuhankan Allah SWT maka jangan pernah lakukan hal-hal yang bukan
semestinya kita lakukan. Ciptaan tetaplah ciptaan, untuk itu kita wajib saling
hormat menghormati kepada sesama ciptaan dan jika kita melihat ciptaan
membutuhkan pertolongan, maka bantulah dengan dasar keimanan kepada Allah SWT,
terkecuali jika kita ingin pulang kampung ke neraka Jahannam. Dan ingat seluruh
manusia yang telah diciptakan oleh Allah SWT memiliki hak hidup yang sama di
muka bumi ini, yang membedakan nanti adalah tempat kembalinya, apakah masuk syurga
ataukah masuk neraka.
Sebagai penutup
dari bab ini, ketahuilah dengan seksama bahwa Allah SWT di dalam melakukan
penilaian kepada seluruh umat manusia, termasuk melakukan penilaian kepada diri
kita, kepada anak dan keturunan kita, memiliki ketentuan sendiri, yang tentunya
sangat berbeda dengan diri kita di waktu menilai seseorang. Allah SWT tidak
mempergunakan parameter penampilah phisik dari jasmani seseorang untuk menilai
seseorang dan juga Allah SWT tidak mempergunakan parameter harta kekayaan, pangkat,
jabatan, keturunan (nashab), serta kedudukan seseorang di dalam menilai
seseorang.
Hal ini Allah SWT lakukan karena penampilan phisik
dan harta, pangkat, jabatan, kedudukan, keturunan seseorang bukanlah sesuatu
hal yang penting dihadapan Allah SWT. Lalu parameter apakah yang dipergunakan oleh Allah SWT? Parameter yang
dipergunakan oleh Allah SWT adalah parameter keimanan dan ketaqwaan seseorang kepada Allah SWT. Semakin
baik keimanan dan ketaqwaan seseorang semakin baik pula penilaian Allah SWT kepada
orang tersebut, demikian pula sebaliknya. Adanya kondisi penilaian ketaqwaan
kepada diri kita, kepada anak dan keturunan kita, maka sudah seharusnya inilah
yang kita tampilkan, yang kita tunjukkan, saat diri kita hidup di muka bumi
yang tidak pernah kita ciptakan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar