1. Adanya pernikahan antara ibu dengan bapak yang didahului
dengan “Ijab Qabul” antara bapak kita dengan wali ibu kita yang disaksikan oleh
2(dua) orang saksi serta dihadapan penghulu.
2. Terjadinya pertunjukkan yang sangat hebat dari sperma
yang begitu banyak jumlahnya untuk memperebutkan satu sel telur sehingga hanya
sperma yang terbaik dan terpilihlah yang bisa membuahkan sel telur yang terjadi
di dalam rahim seorang ibu.
3. Setelah terjadi
pembuahan maka 40 (empat puluh hari) pertama dari hasil pembuahan akan berupa
mani (nutfah) selanjutnya 40 (empat puluh hari) kedua akan berupa darah dan 40
(empat puluh hari) ketiga akan berupa daging dan selanjutnya kami jadikan
tulang belulang yang dibungkus daging, kemudian disempurnakanlah bentuknya oleh
Allah SWT, sebagaimana dikemukakan dalam firmanNya berikut ini: “Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam
tempat yang kokoh (rahim).Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah,
lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang
belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk
yang (berbentuk) lain. Maka Maha Sucilah Allah, Pencipta Yang Paling
Baik. (surat Al Mu’minuun (23) ayat 13-14)
4. Setelah berumur 120 (seratus dua puluh) hari Allah SWT memerintahkan Malaikat untuk mencatat “Amalnya, Rizqinya, Ajalnya dan Nasib baik dan sial (celaka). Dan setelah catatan dibuat oleh Malaikat, baru kemudian ditiupkan Ruh ke dalam janin yang ada dalam rahim Ibu. Allah SWT berfirman: “Yang membuat segala sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya dan Yang memulai penciptaan manusia dari tanah. Kemudian Dia menjadikan keturunannya dari saripati air yang hina (mani).Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalam (tubuh)nya roh (ciptaan)Nya dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur. (surat As Sajdah (32) ayat 7-8-9)
5. Apabila telah cukup usia yang berkisar 9(sembilan) bulan dalam kandungan ibu, maka lahirlah kita di muka bumi tanpa memiliki kekuatan apapun (tidak bisa apa apa dan tidak memiliki apa apa). Kita hanya dapat menampilkan kesemuanya dengan tangisan sehingga menangis adalah segala-galanya. Sebagaimana firmanNya berikut ini: “Hai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan (dari kubur), maka (ketahuilah) sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar Kami jelaskan kepada kamu dan Kami tetapkan dalam rahim, apa yang Kami kehendaki sampai waktu yang sudah ditentukan, kemudian Kami keluarkan kamu sebagai bayi, kemudian (dengan berangsur-angsur) kamu samapailah kepada kedewasaan, dan diantara kamu ada yang diwafatkan dan (ada pula) di antara kamu yang dipanjangkan umurnya sampai pikun, supaya dia tidak mengetahui lagi sesuatupun yang dahulunya telah diketahuinya. Dan kamu lihat bumi ini kering, kemudian apabila telah Kami turunkan air di atasnya, hiduplah bumi itu dan suburlah dan menumbuhkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang indah. (surat Al Hajj (22) ayat 5)
Itulah tahapan-tahapan yang terjadi sebelum
dan setelah diri kita dilahirkan, dimana setiap orang yang dilahirkan pasti
melalui proses yang kami sebutkan di atas. Lalu pernahkah kita memba-yangkan diri kita saat
ini dengan membandingkan dengan proses kelahiran diri kita seperti yang kami
kemukakan di atas? Semoga kita mampu mengambil hikmah dan pelajaran dari
perbandingan ini.
Lalu sebenarnya apa yang terjadi di dalam rahim seorang ibu?
Proses alami apakah yang terjadi di dalam rahim seorang ibu sehingga lahirlah
diri kita ke dunia?
Proses kelahiran diri kita terjadi di
dalam rahim ibu selama 9(sembilan) bulan 10(sepuluh) hari, lalu apa yang
sebenarnya terjadi di dalam rahim? Begitu
hebatkah rahim ibu sehingga dapat memproses kelahiran diri kita? Rahim Ibukah
yang hebat atau Allah SWT-kah yang hebat? Untuk itu mari kita renungkan hal-hal sebagai
berikut sebagai sarana bagi diri kita untuk meningkatkan keimanan kita kepada Allah
SWT berdasarkan proses kelahiran diri kita sendiri, yaitu :
1.
Adakah Ilmu Allah SWT di dalam rahim ibu kita?
2. Adakah Qudrad dan
Iradat Allah SWT di dalam rahim ibu kita? Allah SWT berfirman: “Dan Allah menciptakan kamu dari tanah kemudian dari air mani, kemudian
Dia menjadikan kamu berpasangan (laki-laki dan perempuan). Dan tidak ada
seorang perempuanpun mengandung dan tidak (pula) melahirkan melainkan dengan
sepengetahuanNya. Dan sekali-kali tidak dipanjangkan umur seorang yang berumur
panjang dan tidak pula dikurangi umurnya, melainkan (sudah ditetapkan) dalam
Kitab (Lauh Mahfuzh). Sesungguhnya yang demikian itu bagi Allah adalah mudah. (surat Faathir (35) ayat 11)
3. Adakah Kasih Sayang Allah SWT di dalam rahim ibu kita?
4. Adakah Pemeliharaan Allah SWT di dalam rahim ibu
kita? Allah SWT berfirman: “Dialah yang membentuk kamu dalam rahim sebagaimana dikehendakiNya. Tak
ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
(surat Ali
Imran (3) ayat 6)
5. Adakah Kehebatan
Allah SWT di dalam rahim ibu kita? Allah SWT berfirman: “Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak
mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kami pendengaran, penglihatan dan hati,
agar kamu bersyukur. (surat An Nahl (16) ayat 78)
6. Adakah di dalam rahim ibu kita kehidupan yang berasal
dari Allah SWT?
7. Adakah di dalam rahim ibu kita keajaiban yang
dipertontonkan dan diperlihatkan oleh Allah SWT?
Jika di dalam rahim ibu kita ada Allah SWT
dalam bentuk kebesaran Ilmu-Nya, Jika di dalam rahim ibu kita ada Allah SWT
dalam bentuk kebesaran Qudrat dan Iradat-Nya, jika di dalam rahim ibu ada Allah
SWT dalam bentuk Pemeliharaan, Kehebatan serta Pengawasan-Nya, ini berarti rahim
ibu kita atau bahkan kita sendiri tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan
Allah SWT. Allah SWT adalah
segala-galanya, tanpa adanya Allah SWT yang sangat hebat lagi luar biasa
kemahaanNya, mungkinkah hanya dengan bertemunya sel telur (ovum) dengan sperma
di dalam rahim ibu bisa lahir seorang manusia atau lahir diri kita.
Lalu mungkinkah setelah bertemunya sel telur (ovum) dengan sperma dapat
terjadi kehidupan dalam rahim? Adanya kondisi
yang terjadi di dalam rahim seorang ibu, Allah SWT berkehendak untuk
menunjukkan kepada kita semua, bahwa hanya Allah SWT lah yang mampu melakukan
itu semua, hanya Allah SWT yang memiliki kehendak, kemampuan dan ilmu tentang
itu semua, sehingga pada akhirnya kita dapat menyatakan keberadaan manusia
tidak dapat dipisahkan dengan Allah SWT selaku pencipta.
Selanjutnya mari kita pelajari salah satu
peristiwa yang sangat penting yang terjadi di dalam rahim seorang ibu sewaktu janin
diri kita berusia 120 (seratus dua puluh) hari yang termaktub di dalam hadits berikut
ini: “Abdullah
bin Mas’ud r.a berkata: Rasulullah SAW
yang benar dan harus dibenarkan telah menerangkan kepada kami: “Sesungguhnya
seseorang terkumpul kejadiannya dalam perut ibunya empat puluh hari berupa
mani, kemudian berupa sekepal darah selama itu juga kemudian berupa sekepal
daging selama itu juga, kemudian Allah mengutus Malaikat yang diperintah mencatat empat kalimat dan
diperintah: “Tulislah Amalnya, rizqinya, ajalnya dan nasib baik dan sial
(celaka), kemudian ditiup ruh kepadanya. Maka sesungguhnya adakalanya seorang
dari kamu melakukan amal ahli sorga sehingga antaranya dengan sorga hanya
sehasta, tetapi adakalanya dalam suratan pertama, tiba-tiba melakukan amal ahli
neraka, dan adakalanya seorang berbuat amal ahli neraka sehingga antaranya
dengan neraka hanya sehasta, tiba-tiba dalam ketentuan suratannya ia berubah
mengerjakan ahli syurga”. (Hadits Riwayat Bukhari,
Muslim).
Berdasarkan hadits ini, Allah SWT telah
memerintahkan kepada malaikat untuk mencatat hal-hal sebagai berikut: (1)
Mencatat Catatan tentang Amal; (2) Mencatat Catatan tentang Rezeki; (3)
Mencatat Catatan tentang Ajal dan; (4) Mencatat Catatan tentang Nasib Baik dan
Buruk (Celaka atu Bahagia). Timbul pertanyaan yang paling mendasar yaitu atas
dasar apakah catatan itu dibuat sehingga malaikat dapat membuat catatan
dimaksud dengan baik dan benar? Untuk mengeta-huinya, mari kita
lanjutkan pembahasan buku ini dengan sebaik-baiknya sehingga kita dapat
mengetahuinya dan tahu cara untuk menyikapinya dengan baik dan benar pula.
A. CATATAN TENTANG AMAL.
Sebelum
kami membahas tentang catatan yang dibuat oleh Malaikat atas perintah Allah
SWT, berikut ini akan kami kemukakan asumsi dasar atau hal-hal yang harus
digarisbawahi dengan tegas tentang ketentuan hadits yang diriwayatkan oleb
Bukhari Muslim di atas, yaitu:
1. Setiap manusia, tanpa terkecuali termasuk diri kita pasti
terdiri dari 2(dua) unsur yaitu unsur jasmani dan unsur ruh, ini berarti jika
yang ada hanya salah satu saja maka belum dapat dikatakan sebagai manusia.
Maksudnya adalah jika yang ada hanya jasmani saja atau yang ada hanya ruh saja,
maka hal ini belum dapat dikatakan sebagai manusia.
2. Ruh asalnya dan diciptakan oleh Allah SWT sedangkan jasmani
asalnya dari saripati tanah yang orang tua kita makan sehingga yang bertanggung
jawab atas apa-apa yang dimakan yaitu orang tua kita sendiri sedangkan Allah
SWT hanya menetapkan aturan mainnya saja.
3. Catatan yang dibuat oleh malaikat atas perintah Allah SWT
dilaksanakan saat janin masih berusia 120 (seratus dua puluh) hari dan pada
saat itu ruh belum ditiupkan. Adanya hal
ini menunjukkan kepada diri kita bahwa:
a. kondisi dasar manusia
belum terjadi atau sesuatu yang dicatat oleh Malaikat belum dapat dikatakan
sebagai catatan dari seorang manusia, sehingga yang dicatat oleh Malaikat
bukanlah mencatat amal manusia, bukan pula mencatat rezeki manusia, bukan pula
mencatat ajal manusia dan bukan pula mencatat baik buruk atau celakanya
manusia;
b. catatan
yang dibuat oleh Malaikat juga bukan pula catatan tentang ruh sebab ruh
pada saat Malaikat mencatat atas perintah Allah SWT belum ditiupkan atau belum
dipersatukan oleh Allah SWT ke dalam jasmani;
c. Jika
catatan yang dibuat oleh Malaikat bukanlah catatan amal, rezeki, ajal, baik
buruk atau celaka dari ruh ataupun bukan
pula catatan tentang manusia, maka catatan yang dibuat oleh malaikat adalah
catatan tentang jasmani manusia atau catatan atas cikal bakal dari jasmani
seseorang sehingga catatan itu adalah catatan tentang kondisi awal atau keadaan awal atau
saldo awal dari jasmani sebelum disatukan dengan ruhani.
Berdasarkan
keterangan di atas, akan ada beberapa hal yang harus kita perhatikan sebelum
kami melanjutkan pembahasan tentang catatan yang dibuat oleh Malaikat saat
janin masih di dalam rahim seorang ibu, yaitu:
1. Catatan yang dibuat oleh Malaikat adalah catatan tentang kondisi
dan keadaan dari jasmani karena ruh saat catatan dibuat belum ditiupkan
sehingga tidak bisa dikatakan sebagai catatan tentang manusia.
2. Adanya catatan tentang jasmani sudah dibuat sebelum ruh
ditiupkan ini berarti ruh yang suci lagi fitrah mengisi bangunan (jasmani) yang
telah ada catatannya. Adanya kondisi ini dapat dikatakan bahwa kondisi ruh yang
suci, murni lagi fitrah hanya dari Allah SWT akan terpengaruh atau dipengaruhi
oleh kondisi jasmani yang telah memiliki catatan.
3. Ruh setelah dipersatukan dengan jasmani maka ruh terikat dengan
ketentuan datang fitrah kembali harus fitrah untuk bertemu dengan Dzat Yang
Maha Fitrah di tempat yang fitrah (syurga); selanjutnua ruh memberikan
kesaksian kepada Allah SWT.
4. Adanya catatan yang dibawa oleh jasmani bisa mempengaruhi
kualitas ruh setelah masuk ke dalam diri seseorang. Hal ini disebabkan jasmani
asalnya bukan dari Allah SWT melainkan berawal dari apa-apa yang dikonsumsi
oleh kedua orang tua kita yang terikat dengan hukum halal lagi baik (thayiib)
dan juga haram lagi buruk (khabits).
Untuk memudahkan
pembahasan tentang catatan yang dibuat oleh Malaikat atas perintah Allah SWT
sewaktu janin seseorang berusia 120 (seratus dua puluh) hari, berikut ini akan
kami kemukakan sebuah ilustrasi sebagai berikut: Katakan kita berniat untuk membuat
kue yang Enak dan Lezat, untuk itu saya telah mempersiapkan bahan-bahan sebagai
berikut seperti Terigu, Telur, Margarine, Cream, Pewarna dan lain sebagainya. Selanjutnya
bahan-bahan tersebut saya olah untuk membuat kue yang enak dan lezat, sekarang
apakah saya dapat menghasilkan kue yang enak dan lezat?
Jawaban dari
pertanyaan ini adalah kita tidak bisa serta merta memperoleh kue yang enak dan
lezat begitu saja, karena masih ada ketentuan lain yang harus saya lakukan,
yaitu: (a) Menetapkan dan memilih bahan-bahan yang berkualitas serta
menetapkan komposisi atau membuat racikan bahan baku kue sesuai dengan
ukuran-ukuran yang baku; (b) Membuat adonan kue yang dilanjutkan dengan
membentuk kue lalu memasukkan ke dalam loyang dan selanjutnya dimasukkan ke
dalam oven. Dengan cara seperti ini, maka diharapkan kue yang enak dan lezat
sesuai dengan keinginan dapat saya peroleh dan ternyata setelah matang kue
tersebut adalah enak dan lezat.
Dan berdasarkan
ilustrasi ini maka jika kita ingin membuat kue yang enak dan lezat haruslah
memenuhi hal-hal sebagai berikut: (a) Dibutuhkan
adanya bahan baku yang berkualitas baik; (b) Diperlukan ukuran-ukuran tertentu dalam membuat adonan yang berasal
dari bahan baku yang berkualitas; (c) Kualitas
bahan baku tidak dapat berdiri sendiri akan tetapi berhubungan erat dengan
ukuran ukuran dalam membuat adonan. Kita tidak dapat hanya mengandalkan
kualitas bahan baku saja dengan mengabaikan ukuran-ukuran ataupun besaran-besaran
di dalam membuat adonan kue; (d) Bentuk
kue yang enak dan lezat tergantung dari bentuk dan ukuran dari loyang kue yang
kita sediakan. Dan Jika sekarang di rahim seorang ibu sudah ada janin atau
sudah ada kondisi awal dari jasmani seorang manusia, apakah ia ada dengan
sendiri tanpa ada asal-muasalnya?
Berdasarkan ilmu
kedokteran yang berlaku saat ini, didapat keterangan bahwa asal muasal janin
atau jasmani yang ada di dalam rahim ibu berasal dari hasil pembuahan sel telur
yang berasal dari seorang ibu dengan sperma terbaik yang berasal dari seorang bapak.
Dimana sel telur dan sperma asalnya dari
saripati tanah yang berasal dari makanan dan minuman yang dikonsumsi oleh
seorang ibu dan seorang bapak. Adanya informasi ini, dapat dikatakan bahwa asal
muasal janin atau jasmani manusia berasal dari makanan dan minuman yang
dikonsumsi oleh seorang ibu dan seorang bapak.
Sekarang timbul pertanyaan, perlukah janin
atau kondisi awal dari jasmani seorang manusia, bahan baku yang bermutu atau makanan
dan minuman yang berkualitas serta yang memenuhi takaran atau ukuran seperti
pembuatan kue di atas?
Jika kue yang enak dan lezat saja membutuhkan hal tersebut maka untuk mendapatkan janin
atau jasmani yang baik dan berkualitas maka kita wajib mempunyai atau mempergunakan
bahan-bahan berkualitas pula serta harus memenuhi ukuran dan takaran yang
sesuai dengan kebutuhan berdasarkan ilmu gizi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar