21. Kemudian perhatikan bagaimana Allah SWT mengatur bagian
bagian dalam dari tubuh seperti jantung, hati, perut, limpa, paru paru, rahim,
kandung kemih, dan usus. Masing masing anggota tubuh dalam bentuk tertentu,
dengan ukuran tertentu, dan untuk tugas (fungsi) tertentu. Agar perut dapat
mematangkan makanan, di dalamnya Allah SWT jadikan urat yang sangat membantu kebutuhannya,
sehingga makanan dapat dihancur-kan dan digiling. Penggilingan (penghalusan)
yang pertama yang dilakukan oleh gigi geraham dijadikan sebagai bantuan bagi
perut besar.
22.Hati dijadikan untuk mengubah makanan menjadi darah, lalu
dari sana diserap makanan yang sesuai ke setiap bagian. Makanan untuk tulang
berbeda dengan makanan untuk daging, makanan untuk urat berbeda dengan makanan
untuk urat syaraf, makanan untuk rambut berbeda dengan makanan untuk yang lain.
Limpa, empedu, dan buah pinggang dijadikan untuk membantu hati. Kemudian
perhatikanlah bagaimana Allah SWT menjadikan pada manusia akal dan kemampuan
untuk membedakan (mengenali) sesuatu secara bertahap sampai saat kematangannya.
Pikirkanlah dan renungkanlah rahasia manusia dilahirkan dalam keadaan jahil,
tidak memiliki pikiran dan pemahaman. Jika manusia dilahirkan dalam keadaan
telah dapat berfikir niscaya ia akan mengingkari ala mini ketika ia keluar dari
rahim sehingga ia menjadi bingung dan kacau pikirannya, karena ia melihat apa
yang ia tidak kenal, didatangi oleh sesuatu yang belum pernah dilihat dan
dialaminya.
23.Kemudian ia akan mendapati dirinya rendah (lemah) ketika
ia melihat dirinya dikandung dan dilahirkan dengan dibalut selembar kain, serta
diselimuti ketika dalam buaian padahal ia membutuhkan itu semua karena kondisi
badannya yang lunak dan basah ketika dilahirkan. Apakah manusia tidak melihat
bahwa Allah SWT menjadikan segala sesuatu dengan hikmah yang setinggi tingginya
dan dengan cara yang tepat?
24. Kemudian jangan lupa
perhatikanlah pula hikmah dari perasaan marah yang diciptakan pada manusia yang
membuatnya dapat membela dirinya dari sesuatu yang membahayakannya. Juga hikmah
dari perasaan iri yang membuatnya berusaha untuk mendapatkan apa yang
bermanfaat baginya.
Hanya saja ia diperintah untuk mengambil sikap pertengahan dalam kedua hal ini.
Karena, bila ia melampaui batas dalam keduanya ia akan mencapai derajat para
syaitan. Bahkan ia wajib membatasi kemarahannya hanya untuk menolak bahaya dan
membatasi perasaan irinya sampai pada ghibthah, yaitu menginginkan apa yang
bermanfaat baginya tanpa harus merugikan orang lain.
25. Pikirkanlah tentang otak. Jika ia diperlihatkan, kita
akan mendapati sebagian darinya menyelubungi bagian yang lain untuk menjaganya.
Ia ditutupi oleh tengkorak kepala dan rambut. Rambut merupakan penutup
tengkorak kepala, sekaligus keindahan baginya. Rambut juga menjauhkannya dari
hal hal yang dapat membahayakan seperti
panas, dingin, dan sebagainya. Allah
SWT menjaga otak dengan penjagaan yang demikian karena Allah SWT tahu bahwa
otak itu penting dan ia patut untuk mendapatkan penjagaan demikian karena ia
merupakan sumber dari indera. Kemudian perhatikanlah bagaimana hati
disembunyikan di dalam dada dan ditutupi oleh selaput yang merupakan
penutupnya. Karena mulianya hati ini, Allah SWT menyempurnakan dan menjaganya
dengan tulang yang berdaging dan berurat syaraf. Itulah yang sesuai untuknya.
26.Kemudian perhatikanlah bagaimana Allah SWT menjadikan dua
buah rongga di tenggorakan. Salah satunya untuk suara, yaitu kerongkongan yang
berhubungan dengan paru paru. Sedangkan yang satu lagi untuk makanan, yang
berhubungan ke perut besar. Di atas tenggorokan dijadikan penutuh yang mencegah
makanan masuk ke situ. Allah SWT menjadikan paru paru sebagai kipas bagi hati
agar panas tidak hanya terbatas di dalam jantung yang dapat merusaknya.
Kemudian Allah SWT memenuhi angkasa dengan udara untuk kepentingan ini dan
untuk kepentingan kepentingan lain.
27. Sekarang tidakkah
kita pikirkan bagaimana keadaan seseorang manusia bila ia kehilangan satu
kemampuan, misalnya mengingat. Ia
tidak ingat apa yang baik dan apa yang buruk bagi dirinya. Ia tidak ingat apa
yang telah ia kirimkan dan apa yang telah sampai kepadanya, apa yang telah ia
berikan dan apa yang telah ia ambil, apa yang telah ia lihat dan apa yang telah
ia dengar, apa yang telah ia katakan dan apa yang telah dikatakan kepadanya.
Ia juga tidak ingat orang yang berbuat baik kepadanya dan orang yang berbuat
jahat kepadanya serta orang yang menguntungkannya dan orang yang merugikannya.
Ia tidak dapat mengambil petunjuk dari jalan yang pernah dilaluinya; tidak
dapat mengingat ilmu yang pernah dipelajarinya; tidak dapat mengambil manfaat
dari apa yang ditulisnya; tidak dapat mengungkapkan tentang orang orang yang
terdahulu.
28. Yang lebih menakjubkan lagi dari nikmat ingat adalah
nikmat lupa. Seandainya tidak ada sifat
lupa maka ia tidak akan dapat lupa pada suatu musibah, tidak akan berkurang
penyesalannya, dan tidak akan hilang perasaan dendam dari dirinya. Ia juga
tidak dapat menikmati kelezatan kelezatan nafsu duniawi bila ia teringat
musibah musibah, bencana bencana, dan segala hal yang membuatnya marah. Ia
pun tidak dapat melupakan orang yang lalim terhadapnya, orang yang dengki
kepadanya, atau orang yang bermaksud membahayakannya. Maka perhatikanlah
bagaimana Allah SWT menjadikan sifat ingat dan lupa pada manusia yang keduanya
itu berlawanan. Pada masing masingnya terdapat berbagai maslahat bagi manusia.
29.Kita juga bisa memperhatikan rasa malu yang hanya Allah
SWT berikan kepada manusia, dan tidak diberikan kepada yang lain. Seandainya
tidak ada rasa malu, tidak sedikit kesalahan yang dibuat, tidak akan terpenuhi
kebutuhan kebutuhan. Ia juga tidak akan menghormati tamunya dan tidak akan
berlaku ramah. Sehingga, ia akan mela-kukan apa saja dan tidak beralih dari
sesuatu yang buruk. Maka ia akan meninggalkan berbagi hal, termasuk banyak
perintah yang wajib. Sesungguhnya banyak hal dilakukan manusia karena adanya
perasaan malu kepada orang lain. Ia menyerahkan (mengem-balikan) amanat amanat
milik orang lain, memperhatikan hak hak orang tua dan orang orang lain, enggan
melakukan hal hal yang keji dan sebagainya. Semua itu karena ia senang dengan
perasaan malu.
30.Kemudian pikirkanlah tentang penciptaan rambut dan kuku
yang keduanya dapat memanjang. Karena dalam memendekkan kedua terdapat maslahat
bagi manusia, maka keduanya diciptakan tidak memiliki rasa sehingga orang tidak
merasa sakit ketika memotongnya. Seandainya tidak ada hikmah ini, maka manusia
akan berada di antara dua keadaan berikut: bila ia membiarkan (tidak memotong)
rambut dan kukunya maka ia menjadi jelek, dan bila ia memotongnya ia akan
merasa sakit.
31. Kemudian pikirkanlah kembali tentang rambut. Seandainya ia tumbuh di mata niscaya ia akan menghalangi pandangan, bila tumbuh di mulut ia akan menyulitkan ketika makan dan minum, bila tumbuh ditelapak tangan, niscaya akan hilang kenikmatan meraba, dan bila tumbuh di kemaluan akan mengganggu. Padahal, pada tempat tempat tersebut rambut dapat saja tumbuh. Maha Suci Tuhan yang mengatur dan memberi nikmat-nikmat ini. Kemudian perhatikan pula apa yang diberikan dan apa yang tidak diberikan pada manusia yang juga untuk kepentingannya. Diantaranya adalah harapan.
Dengan sebab adanya
harapan ini, dunia menjadi makmur dan keturunan akan tetap lestari, dimana
orang orang yang lemah mewarisi manfaat manfaat kemakmuran dari orang-orang
yang kuat. Karena, makhluk pada awalnya adalah lemah. Bila ia tidak menemukan
peninggalan peninggalan kaum yang telah menempati suatu tempat dan yang telah
membangun dunia ini, maka tidak ada baginya tempat untuk berlindung dan tidak
ada alat yang dapat dimanfaatkan. Jadi, harapanlah yang menjadi sebab orang
orang sekarang melakukan sesuatu yang bermanfaat bagi orang orang yang akan
datang dikemudian hari. Demikianlah hal itu diwarisi sampai hari kiamat.
32.
Tetapi manusia tidak diberikan pengetahuan tentang
ajalnya dan tentang batas usianya karena adanya manfaat tertentu. Jika ia
mengetahui lama hidupnya dan masa usianya yang pendek, maka hidupnya tidak akan
senang dan ia tidak merasa gembira dengan adanya keturunan, dengan adanya
kemakmuran di muka bumi, dan lain lainnya. Seandainya
ia mengetahui bahwa masa hidupnya panjang, niscaya ia akan terus mengikuti
nafsu, melampaui batas batas, dan akan menceburkan diri ke dalam segala hal
yang dapat membinasakan. Para pemberi peringatan tidak akan dapat
menghentikan dan mencegahnya dari sesuatu yang akan membawanya kepada
kerusakan. Jadi pada ketidaktahuan manusia tentang masa usianya terdapat suatu
maslahat, yaitu ia akan mengkhawatirkan kemungkinan datangnya kematian secara
mendadak dan ia akan segera melakukan perbuatan perbuatan baik sebelum masanya
lewat.
33.
Kemudian perhatikanlah apa-apa yang bermanfaat bagi
manusia seperti berbagai jenis makanan yang berbeda beda rasanya, berbagai buah
buahan yang bermacam macam warna dan keindahannya, berbagai kendaraan yang
dapat ia naiki dan dapat diambil manfaat manfaatnya, burung-burung yang dapat
dinikmati suaranya, uang dan permata yang ia kumpulkan untuk mencapai tujuan
tujuannya, rumput rumputan yang ia gunakan untuk menjaga kesehatannya, binatang
binatang ternak yang dapat ia makan dan dapat digunakan untuk hal hal lain
seperti mengolah tanah, mengangkut beban, dan lain-lain, bunga-bungaan dan
wangi wangian lain yang dapat ia nikmati keharumannya dan dapat ia manfaatkan,
berbagai macam pakaian yang berbeda beda jenisnya. Semua itu merupakan buah
dari akal dan pemahaman yang diciptakan pada dirinya.
34.
Diantara hikmah yang besar adalah berbeda-bedanya manusia
dalam memiliki apa apa yang bermanfaat baginya dapat dibedakan yang kaya dari
yang miskin. Sehingga, hal itu menjadi sebab adanya pembangunan di dunia ini.
Dengan sebab itu terkadang dalam banyak keadaan manusia menyibukkan diri dengan
sesuatu dapat merugikan dirinya sendiri. Dalam kesibukannya itu manusia
bagaikan seorang anak kecil yang karena akalnya masih kurang ia sibuk dengan
sesuatu yang dapat membahayakan dirinya dan tidak mau diam (berhenti) karena
diam itu merupakan kesusahan baginya.
Bagaimana seseorang akan dapat menghitung
hikmah-hikmah dan anugerah-anugerah Allah SWT yang dimaksudkan untuk
keseimbangan alam ini dan agar para hamba beribadah kepada-Nya. Semua hikmah
dan anugerah itu tidak terbatas dan tidak dapat dihitung. Tidak ada yang dapat
mengetahui puncak hakekatnya dan menghitung jumlahnya kecuali Tuhan Yang Maha
Bijaksana lagi Maha Mengetahui yang rahmat dan ilmu-Nya memenuhi segala
sesuatu. Hanya Allah SWT lah yang dapat menghitung segala sesuatu.
Apa yang kami kemukakan tentang hikmah-hikmah
yang berhubungan dengan jasmani manusia di atas menunjukkan bahwa Allah SWT
adalah dzat yang maha hebat sehingga kehebatan Allah SWT tampil di setiap
ciptaan-Nya. Sekarang tidakkah kita bisa melihat, merasakan, merenung kan
betapa hebatnya jasmani diri kita ini lalu sudahkah diri kita bersyukur dengan
diberikannya jasmani yang begitu luar biasa! Jika sampai kita tidak mampu
bersyukur kepada Allah SWT tentu ada yang salah di dalam diri kita. Semoga hal
ini tidak terjadi pada diri kita.
Jamaah sekalian, mari kita merenung sejenak
melalui ungkapan yang kami kemukakan berikut ini: “Hai para hamba-Ku, Aku telah menciptakan segala sesuatu ini untukmu.
Karenanya, bagaimana mungkin Aku akan merelakan dirimu dikuasai oleh sesuatu?
Sebenarnya Aku telah melarangmu untuk bergantung kepada sesuatu karena rasa
cinta dan kasih sayang-Ku kepadamu. Hai hamba-Ku, Aku tidak akan merelakanmu
dikuasai oleh sesuatu. Sesungguhnya Aku telah menciptakanmu agar kamu
sepenuhnya dapat menjadi milik-Ku. Aku telah menciptakanmu dalam bentuk-Ku yang
Mahaesa, Mahamendengar, Mahamelihat, Mahaberkehendak, dan Mahaberbicara. Aku
menciptakanmu agar kamu dapat menerima semua penjelmaan nama-nama-Ku dan
pertolongan-Ku. Hai hamba-Ku, kamu laksana pandangan mata-Ku. Tidak ada tabir
yang dapat menutupi antara diri-Ku dan dirimu. Hai hamba-Ku, kamu laksana teman
dekat-Ku. Tidak ada jarak yang memisah-kan antara diri-Ku dengan dirimu.
Ketahuilah hai hamba-Ku, sesungguhnya antara Aku dan kamu itu tidak ada jarak
yang memisahkan. Aku lebih dekat kepadamu daripada dirimu sendiri dan Aku lebih
dekat kepadamu daripada urat lehermu. “Oleh karena itu, pandanglah Aku! Karena
sesungguhnya Aku sangat suka melihat dirimu.”
Semoga renungan yang kami kemukakan ini mampu
menjadi pembuka jalan bagi tumbuh dan berkembangnya ketauhidan dalam diri ini
melalui pertunjukkan yang terdapat di dalam diri kita sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar