Label

MEMANUSIAKAN MANUSIA: INILAH JATIDIRI MANUSIA YANG SESUNGGUHNYA (79) SETAN HARUS JADI PECUNDANG: DIRI PEMENANG (68) SEBUAH PENGALAMAN PRIBADI MENGAJAR KETAUHIDAN DI LAPAS CIPINANG (65) INILAH ALQURAN YANG SESUNGGUHNYA (60) ROUTE TO 1.6.799 JALAN MENUJU MAKRIFATULLAH (59) MUTIARA-MUTIARA KEHIDUPAN: JALAN MENUJU KERIDHAAN ALLAH SWT (54) PUASA SEBAGAI KEBUTUHAN ORANG BERIMAN (50) ENERGI UNTUK MEMOTIVASI DIRI & MENJAGA KEFITRAHAN JIWA (44) RUMUS KEHIDUPAN: TAHU DIRI TAHU ATURAN MAIN DAN TAHU TUJUAN AKHIR (38) TAUHID ILMU YANG WAJIB KITA MILIKI (36) THE ART OF DYING: DATANG FITRAH KEMBALI FITRAH (33) JIWA YANG TENANG LAGI BAHAGIA (27) BUKU PANDUAN UMROH (26) SHALAT ADALAH KEBUTUHAN DIRI (25) HAJI DAN UMROH : JADIKAN DIRI TAMU YANG SUDAH DINANTIKAN KEDATANGANNYA OLEH TUAN RUMAH (24) IKHSAN: INILAH CERMINAN DIRI KITA (24) RUKUN IMAN ADALAH PONDASI DASAR DIINUL ISLAM (23) ZAKAT ADALAH HAK ALLAH SWT YANG HARUS DITUNAIKAN (20) KUMPULAN NASEHAT UNTUK KEHIDUPAN YANG LEBIH BAIK (19) MUTIARA HIKMAH DARI GENERASI TABI'IN DAN TABI'UT TABIIN (18) INSPRIRASI KESEHATAN DIRI (15) SYAHADAT SEBAGAI SEBUAH PERNYATAAN SIKAP (14) DIINUL ISLAM ADALAH AGAMA FITRAH (13) KUMPULAN DOA-DOA (10) BEBERAPA MUKJIZAT RASULULLAH SAW (5) DOSA DAN JUGA KEJAHATAN (5) DZIKIR UNTUK KEBAIKAN DIRI (4) INSPIRASI DARI PARA SAHABAT NABI (4) INILAH IBADAH YANG DISUKAI NABI MUHAMMAD SAW (3) PEMIMPIN DA KEPEMIMPINAN (3) TAHU NABI MUHAMMAD SAW (3) DIALOQ TOKOH ISLAM (2) SABAR ILMU TINGKAT TINGGI (2) SURAT TERBUKA UNTUK PEROKOK dan KORUPTOR (2) IKHLAS DAN SYUKUR (1)

Jumat, 10 Mei 2024

JASMANI DAN CATATAN DI DALAM RAHIM SEORANG IBU (PART 2 of 7)

 

Selain daripada itu, ada hal lain yang harus kita perhatikan yaitu halal lagi baik (thayyib) di dalam makanan dan minuman yang kita konsumsi merupakan sebuah kondisi yang kait mengkait serta keduanya tidak dapat berdiri sendiri. Sehingga kita tidak dapat hanya berpedoman kepada ketentuan halal semata dengan mengabaikan ketentuan baik, atau demikian pula sebaliknya. Halal lagi baik (thayyib) harus seiring sejalan. Halal  mengindi-kasikan kualitas dan mutu dari bahan sedangkan baik adalah ukuran, takaran yang harus dikonsumsi atau tingkat kebutuhan gizi yang harus dipenuhi. Jika ketentuan  halal lagi ketentuan baik (thayyib) sudah kita buat dalam satu kesatuan yang tidak terpisahkan, apakah hal ini sudah sesuai dengan kehendak Allah SWT? Allah SWT menunjukkan kasih sayang-Nya kepada setiap manusia bahwa ketentuan halal lagi baik (thayyib) belum cukup.

 

Untuk itu Allah SWT memerintahkan kepada setiap manusia untuk selalu membaca Basmallah sebelum mengkonsumsi sesuatu yang dilanjutkan dengan membaca doa jika kita ingin makan ataupun minum. Untuk apa “Basmallah” dan “Doa” itu dan adakah hubungan-nya dengan makanan dan minuman yang kita konsumsi? Berdasarkan hadits berikut ini: Ibnu Abbas  r.a. berkata: Nabi SAW bersabda: Allah ta’ala berfirman: Berkata Iblis: Ya Tuhan; Semua makhluk-Mu telah engkau tentukan rezekinya, maka manakah rezekiku. Allah berfirman: Rezekimu adalah makanan yang tidak disebut nama-Ku padanya. (Hadits Riwayat Abussyekh; 272-259).” Jika kita makan dan minum, tetapi tidak dibacakan Basmallah maka yang diberi makan dan minum oleh diri kita bukanlah untuk diri kita sendiri, melainkan untuk syaitan. Ini berarti kita yang makan dan minum tetapi yang diberi rezeki adalah musuh utama dan terutama umat manusia.

 

Adapun melalui doa yang kita panjatkan sebelum makan dan minum, mudah-mudahan dapat memberikan atau dapat meningkatkan atau dapat menambah manfaat kepada kebutuhan jasmani kita atau dapat mengurangi dampak negatif dari makanan dan minuman yang kita konsumsi karena melebihi ketentuan baik (thayyib). Hal ini dikarenakan belum tentu seluruh makanan dan minuman yang kita konsumsi 100% telah memenuhi ketentuan halal lagi baik (thayyib) maka dengan doa itulah kita berharap kepada Allah SWT untuk memberikan lindungan dan ridhanya terhadap makanan dan minuman yang kita konsumsi jika belum sepenuhnya memenuhi ketentuan yang telah Allah SWT tetapkan. Sekarang apakah makanan dan minuman yang kita konsumsi sudah memenuhi ketentuan yang telah ditetapkan Allah SWT ataukah kita yang makan tetapi syaitan yang tumbuh subur sehingga syaitan mampu membangun rumah di dalam tubuh kita!

 

Ketentuan halal lagi baik (thayyib) dan haram lagi buruk (khabits) bukan hanya mengatur tentang makanan dan minuman yang kita konsumsi sehari-hari saja. Akan tetapi ketentuan halal dan haram juga menyangkut bagaimana cara untuk mendapatkan makanan dan minuman yang akan kita konsumsi. Apa maksudnya? Sebagai contoh, makanan dan minuman yang akan kita konsumsi sudah memenuhi seluruh konsep yang ditetapkan oleh Allah SWT, akan tetapi jika cara memperolehnya tidak halal atau bertentangan dengan hukum yang berlaku seperti mencuri dan juga korupsi, maka ketentuan yang telah kita penuhi menjadi batal atau tidak berlaku lagi.

 

Selanjutnya jika makanan dan minuman yang memenuhi konsep halal lagi baik saja dapat batal karena diperoleh dengan cara yang haram. Sekarang bagaimana dengan yang haram lagi buruk (khabit) yaitu lawan dari halal lagi baik (thayyib), jika diperoleh dengan cara yang haram pula? Jawabannya dari pertanyaan ini adalah inilah kondisi yang paling dikehendaki oleh syaitan sang laknatullah dikarenakan kesempatan syaitan untuk memiliki Istana di dalam tubuh kita dapat terlaksana akibat ulah diri kita sendiri. 


Sekarang jika kita berniat untuk membuat kue sesuai dengan ketentuan halal lagi baik (thayyib), dapatkah kue yang enak dan lezat dapat kita peroleh? Sepanjang metode pembuatan kue dapat dilaksanakan dengan baik dan benar maka kue yang enak dan lezat dapat kita peroleh. Ini berarti untuk mendapatkan kue yang enak dan lezat kita wajib memenuhi ketentuan tentang halal dan ketentuan tentang baik serta metode pembuatan kue, sebab tanpa itu semua, maka gagallah kita mendapatkan kue yang enak dan lezat. Kebaikan atau manfaat atas kue yang enak dan lezat itulah amal dari kue yang kita buat berdasarkan ketentuan halal dan baik.


Enak dan lezat yang dihasilkan oleh kue akan tertanam atau terasa oleh lidah kita pada waktu kita memakannya. Sekarang bagaimana dengan janin yang ada di dalam rahim ibu pada saat akan dicatat oleh malaikat atas perintah Allah SWT? Janin yang berada di dalam rahim seorang ibu, berasal dari sperma terbaik dari seorang bapak dan sel telur terbaik dari seorang ibu. Adanya kondisi ini berarti seorang bapak dan seorang ibu adalah penanggung jawab dari janin tersebut sebab dari keduanyalah asal usul janin tersebut berasal


Adanya kondisi ini berarti setiap ibu dan juga bapak bertanggung jawab terhadap apa apa yang telah dilakukannya atau setiap manusia tidak bertanggung jawab terhadap apa yang dilakukan oleh orang lain sehingga  setiap manusia bertanggung jawab atas dirinya sendiri atau atas perbuatan yang telah dilakukannya, sebagaiman firman Allah SWT berikut ini: “Tiap-tiap diri bertanggung jawab atas apa yang telah diperbuatnya. (surat Al Muddatstsir (74) ayat 38). Berdasarkan kondisi yang kami kemukakan di atas, maka dasar dari malaikat mencatat amal dari janin atau adanya kondisi awal jasmani didasarkan atas seberapa baik seorang bapak dan seorang ibu melaksanakan ketentuan yang telah Allah SWT tetapkan di dalam mengkonsumsi makanan dan minuman atau di dalam menjadikan sel telur dan sperma serta seberapa baik seorang bapak dan seorang ibu mempertemukan sel telur dan sperma. 


Sekarang ketentuan halal lagi baik (thayyib) serta dibacakannya Basmallah dan Doa pada waktu mengkonsumsi makanan dan minuman telah dilaksanakan dengan baik dan benar  ditambah saat mempertemukan sperma dan sel telur didahului dengan membaca doa maka kondisi awal jasmani atau mutu amal dari janin akan menjadi prima dan berkualitas tinggi, demikian pula sebaliknya. Adanya kondisi ini berarti jika kita ingin mendapatkan sperma dan sel telur yang baik dan berkualitas maka penuhilah ketentuan yang telah Allah SWT tetapkan tentang tata cara makan dan minum yang kami kemukakan di atas.

 

Selain daripada itu untuk mendapatkan janin yang baik dan berkualitas serta yang memiliki catatan amal yang baik pula maka kita harus mempertemukan sel telur dengan sperma  yang berkualitas tersebut harus sesuai dengan syariat, yaitu harus terlebih dahulu membaca doa agar dilindungi dari pengaruh buruk syaitan yang terkutuk pada anak dan keturunan kita. “Manakala seseorang di antara kalian sebelum menggauli istrinya terlebih dahulu mengucapkan: ‘Bismilaahi, Alloohumma janibnaasy syaithoona wa jannibi syaithoona maa rozaqtanaa’ (dengan menyebut nama Allah, ya Allah, hindarkanlah kami dari gangguan syaitan dan hindarkan pula anak yang akan Engkau anugerahkan kepada kami dari gangguan syaitan) kemudian dilahirkanlah dari keduanya seorang anak, niscaya selamanya syaitan tidak akan dapat mengganggunya” (Munttafa ‘alaih). Sebagai abd’ (hamba) dan juga sebagai khalifah di muka bumi serta sebagai calon orang tua, sudahkah kita menyadari hal ini atau sudahkah kita melaksanakan hal ini?

 

Pada pembahasan di atas, kami telah mengemukakan bahwa kebaikan, atau manfaat atas kue yang enak  dan lezat itulah amal dari kue yang kita buat berdasarkan ketentuan halal lagi baik (thayyib). Enak dan lezat yang dihasilkan oleh kue akan tertanam dan terasa oleh lidah kita pada waktu kita memakannya. Semakin enak dan lezat kue yang dihasilkan maka semakin terasa di lidah pada waktu di kunyah dan ditelan. Sekarang bagaimana dengan janin di dalam rahim ibu? Amal dari janin atau kondisi awal jasmani adalah saldo awal dari kemampuan janin tersebut untuk tumbuh kembang atau yang akan mempengaruhi kualitas ruh yang akan menempati jasmani. Sebagai contoh jika kita membuat sambal maka amal dari sambal tersebut adalah memedaskan. Baik dan buruk serta enak dan gurihnya sambal tersebut tergantung dari bahan baku cabai serta proses pembuatan sambal maka hasilnya adalah sambal yang enak dan gurih.

 

Kondisi demikian juga terjadi pada janin yang ada di dalam rahim seorang ibu dimana catatan amal adalah sebuah catatan yang dibuat oleh malaikat atas perintah Allah SWT untuk menentukan seberapa tinggi saldo awal dari kemampuan janin atau jasmani manusia yang ada di dalam rahim sebelum ruh ditiupkan sehingga diketahuilah seberapa kuat jasmani akan mempengaruhi ruh setelah dipersatukan. Adanya kondisi ini berarti semakin baik kualitas catatan amal jasmani sebelum ditiupkan ruh maka semakin rendah kekuatan nilai-nilai keburukan yang dibawa oleh jasmani di dalam mempengaruhi nilai-nilai kebaikan yang dibawa oleh ruh, demikian pula sebaliknya.

 

Dan jika sekarang malaikat telah mencatat dan ternyata catatan tersebut adalah catatan yang tidak baik kepada jasmani sebelum ditiupkan ruh, lalu patutkah kita marah kepada ke dua orang tua kita? Sebagai anak kita tidak bisa marah kepada kedua orang tua kita, karena hal ini sudah terjadi dan yang harus kita lakukan adalah jangan sampai apa yang sudah terjadi,  terjadi pula pada anak dan keturunan kita sendiri. Adanya kondisi ini menunjukkan kepada diri kita bahwa Allah SWT tidak pernah mendzalimi manusia di dalam membuat catatan amal berkenaan dengan kondisi awal jasmani karena catatan yang dibuat oleh malaikat memiliki dasar hukum yang kuat. 

 

Berikut ini akan kami kemukakan beberapa ketentuan dasar tentang amal yang berlaku di muka bumi ini yang terdapat di dalam AlQuran, yaitu :

 

1.  Balasan Amal Sesuai Dengan Amalnya Masing-Masing. Berdasrkan surat Az Zumar (39) ayat 70 yang kami kemukakan berikut ini: “Dan disempurnakan bagi tiap-tiap jiwa (balasan) apa yang telah dikerjakannya dan Dia lebih mengetahui apa yang mereka kerjakan.” Berdasarkan ketentuan ini, amal adalah buah dari hasil suatu usaha yang sesuai dengan apa yang kita kerjakan. Amal adalah output (keluaran) dari input (masukan) yang kita kerjakan melalui suatu proses tertentu. Apa maksudnya? Jika kita memiliki usaha dalam bidang percetakan maka hasilnya adalah percetakan, demikian pula jika kita mempunyai usaha bidang sablon maka hasil usahanya adalah sablon. Tidak ada di dalam kehidupan sehari-hari, jika kita berusaha di dalam bidang percetakan hasilnya adalah bidang usaha sablon ataupun sebaliknya.

 

Untuk siapakah hasil usaha percetakan dan sablon yang kita lakukan di atas? Jika kita yang mengusahakan usaha percetakan dan sablon maka hasil usaha tersebut akan menjadi milik kita sebagai pelaku usaha tersebut. Hal yang sama juga dilakukan Allah SWT saat memberikan amal kepada manusia. Jika kita berbuat dan mengerjakan amal shaleh sebesar apapun maka hasil dan usaha tersebut akan diberikan kepada kita bukan kepada orang lain yang tidak mengerjakannya. Sebagaimana dikemukakan dalam surat Fushshilat (41) ayat 46 berikut ini: “Barangsiapa  yang mengerjakan amal yang saleh maka (pahalanya) untuk dirinya sendiri dan barangsiapa yang berbuat jahat maka (dosanya)  atas dirinya sendiri; dan sekali-kali tidaklah tuhanmu menganiaya hamba-hambaNya.” dan juga berdasarkan firmanNya sebagaimana berikut ini: “Barangsiapa mengerjakan perbuatan jahat, maka dia tidak akan dibalas melainkan sebanding dengan kejahatan itu. Dan barangsiapa mengerjakan amal yang saleh baik laki-laki maupun perempuan sedang ia dalam keadaan beriman, maka mereka akan masuk surga, mereka diberi rezki  di dalamnya tanpa hisab. (surat Al Mu’min (40) ayat 40)

 

Demikian pula sebaliknya jika kita mengerjakan tindak kejahatan sebesar apapun, maka hasilnya akan menimpa diri kita sendiri, sebagaimana hadits berikut ini: Abu Hurairah ra, berkata: Nabi SAW bersabda: Allah ta’ala berfirman: Apabila hamba-Ku merencanakan melakukan suatu amal kebajikan, kemudian tidak jadi dilakukannya, maka tetap Aku mencatat baginya suatu kebajikan, tetapi bila ia melaksanakannya, maka tetap Aku mencatat amalnya itu sepuluh kebajikan sampai berganda tujuh ratus. Dan apabila ia merencanakan untuk melakukan suatu kejahatan lalu tidak jadi dilaksanakannya, maka tidaklah Aku catat baginya, tetapi ia tetap melaksanakannya Aku catat baginya sebagai kejahatan. (Hadits Qudsi Riwayat Bukhari dan Muslim, Attirmidzi dan Ibn Hibban dari Abu Hurairah ra, 272:21)

 

Timbul pertanyaan, berapakah besaran amal atau pahala yang akan kita terima dari Allah SWT? Besaran amal atau pahala sangat tergantung seberapa tinggi kualitas diri kita di dalam melaksanakan apa-apa yang telah ditetapkan berlaku oleh Allah SWT. Semakin tinggi kualitas pelaksanaan amal kebajikan yang kita lakukan maka semakin tinggi amal atau pahala yang kita terima. Demikian pula sebaliknya, semakin rendah pelaksanaan kualitas amal kebajikan yang kita lakukan maka semakin rendah amal atau pahala yang kita terima. Selain daripada itu, amal suatu perbuatan yang dilakukan oleh setiap manusia sangat tergantung kepada niatnya, sebagaimana hadits berikut ini:“Sesungguhnya amal-amal perbuatan tergantung niatnya, dan bagi tiap orang apa yang diniatinya. Barangsiapa hijrahnya kepada Allah dan rasul-Nya maka hijrahnya kepada Allah dan rasul-Nya. Barangsiapa hijrahnya untuk meraih kesenangan dunia atau menikahi wanita, maka hijrahnya adalah kepada apa yang ia hijrahi. (Hadits Riwayat Bukhari).” Jika niatnya untuk kebaikan maka kebaikan yang akan kita peroleh, sedangkan jika niatnya untuk keburukan maka keburukan pula yang kita peroleh. Adanya kondisi ini, berhati-hatilah dalam melaksanakan niat suatu perbuatan.

 

Hal yang harus kita perhatikan adalah amal dan pahala ataupun dosa yang kita dapatkan dari perbuatan yang kita lakukan, tidak bisa dilimpahkan, tidak bisa diperjualbelikan kepada orang lain, termasuk kepada anak dan keturunan kita sendiri, semuanya untuk diri kita sendiri selaku yang melaksanakan perbuatan. Namun, apa yang kita perbuat saat kita hidup di dunia ini ketahuilah bisa berdampak positif dan juga bisa berdampak negatif kepada anak dan keturunan diri kita sendiri. Jadi berhati hatilah dalam melakukan suatu perbuatan dan jangan sampai anak keturunan menanggung malu akibat ulah diri pada masa lalu.

 

2.   Amal Untuk Diri Sendiri.  Jika saat ini saya adalah pengusaha percetakan maka hasil usaha saya pasti adalah percetakan demikian pula jika usaha saya di bidang garment  maka hasil usaha saya adalah garment. Hal yang tidak mungkin terjadi adalah jika usaha saya adalah percetakan, hasil usahanya adalah garment. Ini berarti hasil usaha harus sesuai dengan bidang usaha yang kita lakukan. Jika sekarang kita berusaha di dalam bidang percetakan, untuk siapakah hasil usaha percetakan tersebut?

 

Hasil usaha adalah buah dari upaya dan kerja keras kita, jika saya menjalankan usaha percetakan maka usaha percetakan itu adalah milik saya bukan milik orang lain. Sekarang jika kita mengerjakan amal shaleh baik kepada keluarga ataupun kepada masyarakat, untuk siapakah itu semua? Amal shaleh yang kita lakukan pasti akan diberikan kepada kita sebagai pelaksana tugas tersebut, hal ini sebagaimana dikemukakan Allah SWT dalam firmanNya: Barangsiapa yang mengerjakan amal yang saleh maka itu adalah untuk dirinya sendiri, barangsiapa mengerjakan kejahatan, maka itu akan menimpa dirinya sendiri, kemudian kepada Tuhanmulah kamu dikembalikan.(surat Al Jaatsiyah (45) ayat 15)

 

Allah SWT berfirman: Dan orang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain. Dan jika seseorang yang berat dosanya memanggil (orang lain) untuk memikul dosanya itu tiadalah akan dipikulkan untuknya sedikitpun meskipun (yang dipanggilnya itu) kaum kerabatnya. Sesungguhnya yang dapat kamu beri peringatan hanya orang-orang yang takut kepada azab Tuhannya (sekalipun) mereka tidak melihatNya dan mereka mendirikan sembahyang. Dan barangsiapa yang mensucikan dirinya, sesungguhnya ia mensucikan diri untuk kebaikan dirinya sendiri. Dan kepada Allah kembali(mu). (surat Faathir (35) ayat 18).

 

Selanjutnya jika kita mengkonsumsi makanan dan minuman yang ketegorinya masuk dalam kondisi “haram lagi buruk (khabits)”, tentu sel telur dan juga sperma yang kita hasilkan akan terpengaruh serta terkontaminasi dari hal hal yang ”haram lagi buruk (khabits)” tersebut. Dan jika kondisi ini yang kita pertemukan maka janin atau kondisi awal dari jasmani manusia tidak akan mungkin memenuhi kategori halal lagi baik (thayyib). Dan ingat, jika ini terjadi berarti pintu masuk bagi syaitan kita sendirilah yang memfasilitasinya dengan menyediakan bangunan di dalam jasmani diri kita yang berasal dari yang haram lagi buruk (khabits). Dan apa yang kami kemukakan di atas tentang hasil usaha, sudah sangat sesuai firman Allah SWT yang terdapat di dalam surat Faathir (35) ayat 18 dan surat Al Jaatsiyah (45) ayat 15 yang kami kemukakan di atas. Dimana Allah SWT menunjukkan keadilannya kepada seluruh ciptaan-Nya, Allah SWT tahu dan mengetahui siapa yang telah berbuat amal shaleh ataupun kejahatan atau yang telah mematuhi segala ketentuan yang telah ditetapkan-Nya.

 

Jika sekarang malaikat telah diperintahkan oleh Allah SWT untuk mencatat amal di dalam rahim ibu maka dari siapakah asalnya itu semua? Hal yang tidak mungkin adalah asalnya dari Allah SWT dan jika sekarang hasil usaha ataupun catatan amal di dalam rahim hasilnya adalah baik, sangat baik, jelek ataupun buruk, siapakah yang berperan? Semuanya pasti dari ayah dan ibu kita sendiri sebab sel telur maupun sperma yang dipertemukan berasal dari keduanya. Sebagai abd’ (hamba)Nya dan juga sebagai khalifahNya serta sebagai orang tua sadarkah kita dengan kondisi ini pada saat diri kita mempertemukan sel telur dengan sperma atau sadarkah kita bahwa halal lagi baik (thayyib) ataukah haram lagi buruk (khabits) sangat mempengaruhi kondisi dan kualitas dari sel telur dan sperma sebagai cikal bakal jabang bayi yang akan menjadi anak keturunan kita. Sudahkah kita mempelajarinya!

 

3.  Awas Jangan Sampai: Berdasarkan surat surat Ibrahim (14) ayat 49 yang kami kemukakan berikut ini: “Dan kamu akan melihat orang-orang yang berdosa pada hari itu diikat bersama-sama dengan belenggu. (surat Ibrahim (14) ayat 49). Allah SWT memperlihatkan serta memperingatkan kepada kita agar jangan sampai diri kita diikat dan dibelenggu bersama-sama dengan orang yang berdosa di hari akhir kelak. Untuk apa Allah SWT mengemukakan hal itu kepada kita? Jadikan ini pelajaran dan pembelajaran di dalam melakukan sebuah tindakan sebab hasil akhir dari tindakan yang kita lakukan akan kita nikmati sendiri hasilnya. Sebagaimana firmanNya berikut ini:“Apakah (kamu hendak merobah nasib) orang-orang yang telah pasti ketentuan azab atasnya? Apakah kamu akan menyelamatkan orang yang berada dalam api neraka. (surat Az Zumar (39) ayat 19). Dan jika hasil akhirnya susah, maka susahlah hidup kita dan jika hasil akhirnya senang maka senanglah hidup kita. Sekarang sudah sampai dimanakah amal baik yang telah kita lakukan untuk hidup dan kehidupan kita dan juga untuk anak keturunan kita?

 

Hal yang harus kita perhatikan adalah segala perbuatan, segala tindak tanduk yang kita lakukan saat hidup di muka bumi ini, akan terpulang untuk diri kita sendiri bukan untuk orang lain, bukan pula untuk orang tua kita apalagi untuk anak dan keturunan kita sendiri.Segala amal ataupun segala perbuatan yang telah kita lakukan, tidak akan dapat dibukukan atau tidak akan dapat dialihkan untuk kepentingan orang lain.


Masing-masing orang, masing-masing diri akan bertindak untuk dan atas nama dirinya sendiri pada waktu berhisab sehingga sifat dari pertanggungjawaban atas apa apa yang telah diperbuat orang per orang bersifat individual. Sehingga hal yang samapun terjadi pada saat diri kita mengkonsumsi makanan dan minuman, yang pada akhirnya akan mempengaruhi kualitas sperma dan sel telur dan jika kondisi ini dipertemukan akan mempengaruhi pula kondisi amal dari janin dari anak keturunan kita sendiri. Sebagai orang tua, sebagai calon orang tua tolong renungi kembali, kondisi dan keadaan pada waktu diri kita mempertemukan sel telur dan sperma yang kemudian menjadi anak dan keturunan kita sendiri, apakah sudah memenuhi ketentuan yang telah ditetapkan oleh Allah SWT? 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar