Adapun melalui doa yang kita panjatkan sebelum
makan dan minum, mudah-mudahan dapat memberikan atau dapat meningkatkan atau
dapat menambah manfaat kepada kebutuhan jasmani kita atau dapat mengurangi
dampak negatif dari makanan dan minuman yang kita konsumsi karena melebihi
ketentuan baik (thayyib). Hal ini dikarenakan belum tentu seluruh makanan dan minuman
yang kita konsumsi 100% telah memenuhi ketentuan halal lagi baik (thayyib) maka
dengan doa itulah kita berharap kepada Allah SWT untuk memberikan lindungan dan
ridhanya terhadap makanan dan minuman yang kita konsumsi jika belum sepenuhnya
memenuhi ketentuan yang telah Allah SWT tetapkan. Sekarang apakah makanan dan minuman
yang kita konsumsi sudah memenuhi ketentuan yang telah ditetapkan Allah SWT
ataukah kita yang makan tetapi syaitan yang tumbuh subur sehingga syaitan mampu
membangun rumah di dalam tubuh kita!
Ketentuan halal lagi
baik (thayyib) dan haram lagi buruk (khabits) bukan hanya mengatur tentang makanan
dan minuman yang kita konsumsi sehari-hari saja. Akan tetapi ketentuan halal
dan haram juga menyangkut bagaimana cara untuk mendapatkan makanan dan minuman
yang akan kita konsumsi. Apa maksudnya? Sebagai contoh, makanan dan minuman
yang akan kita konsumsi sudah memenuhi seluruh konsep yang ditetapkan oleh Allah
SWT, akan tetapi jika cara memperolehnya tidak halal atau bertentangan dengan
hukum yang berlaku seperti mencuri dan juga korupsi, maka ketentuan yang telah
kita penuhi menjadi batal atau tidak berlaku lagi.
Selanjutnya jika makanan dan minuman yang memenuhi konsep halal lagi baik saja dapat batal karena diperoleh dengan cara yang haram. Sekarang bagaimana dengan yang haram lagi buruk (khabit) yaitu lawan dari halal lagi baik (thayyib), jika diperoleh dengan cara yang haram pula? Jawabannya dari pertanyaan ini adalah inilah kondisi yang paling dikehendaki oleh syaitan sang laknatullah dikarenakan kesempatan syaitan untuk memiliki Istana di dalam tubuh kita dapat terlaksana akibat ulah diri kita sendiri.
Sekarang jika kita berniat untuk membuat kue sesuai dengan ketentuan halal lagi baik (thayyib), dapatkah kue yang enak dan lezat dapat kita peroleh? Sepanjang metode pembuatan kue dapat dilaksanakan dengan baik dan benar maka kue yang enak dan lezat dapat kita peroleh. Ini berarti untuk mendapatkan kue yang enak dan lezat kita wajib memenuhi ketentuan tentang halal dan ketentuan tentang baik serta metode pembuatan kue, sebab tanpa itu semua, maka gagallah kita mendapatkan kue yang enak dan lezat. Kebaikan atau manfaat atas kue yang enak dan lezat itulah amal dari kue yang kita buat berdasarkan ketentuan halal dan baik.
Enak dan lezat yang dihasilkan oleh kue akan tertanam atau terasa oleh lidah kita pada waktu kita memakannya. Sekarang bagaimana dengan janin yang ada di dalam rahim ibu pada saat akan dicatat oleh malaikat atas perintah Allah SWT? Janin yang berada di dalam rahim seorang ibu, berasal dari sperma terbaik dari seorang bapak dan sel telur terbaik dari seorang ibu. Adanya kondisi ini berarti seorang bapak dan seorang ibu adalah penanggung jawab dari janin tersebut sebab dari keduanyalah asal usul janin tersebut berasal.
Adanya kondisi ini berarti setiap ibu dan juga bapak bertanggung jawab terhadap apa apa yang telah dilakukannya atau setiap manusia tidak bertanggung jawab terhadap apa yang dilakukan oleh orang lain sehingga setiap manusia bertanggung jawab atas dirinya sendiri atau atas perbuatan yang telah dilakukannya, sebagaiman firman Allah SWT berikut ini: “Tiap-tiap diri bertanggung jawab atas apa yang telah diperbuatnya. (surat Al Muddatstsir (74) ayat 38). Berdasarkan kondisi yang kami kemukakan di atas, maka dasar dari malaikat mencatat amal dari janin atau adanya kondisi awal jasmani didasarkan atas seberapa baik seorang bapak dan seorang ibu melaksanakan ketentuan yang telah Allah SWT tetapkan di dalam mengkonsumsi makanan dan minuman atau di dalam menjadikan sel telur dan sperma serta seberapa baik seorang bapak dan seorang ibu mempertemukan sel telur dan sperma.
Sekarang ketentuan halal lagi baik (thayyib) serta dibacakannya Basmallah dan Doa pada waktu mengkonsumsi makanan dan minuman telah dilaksanakan dengan baik dan benar ditambah saat mempertemukan sperma dan sel telur didahului dengan membaca doa maka kondisi awal jasmani atau mutu amal dari janin akan menjadi prima dan berkualitas tinggi, demikian pula sebaliknya. Adanya kondisi ini berarti jika kita ingin mendapatkan sperma dan sel telur yang baik dan berkualitas maka penuhilah ketentuan yang telah Allah SWT tetapkan tentang tata cara makan dan minum yang kami kemukakan di atas.
Selain daripada itu
untuk mendapatkan janin yang baik dan berkualitas serta yang memiliki catatan amal
yang baik pula maka kita harus mempertemukan sel telur dengan sperma yang berkualitas tersebut harus sesuai dengan
syariat, yaitu harus terlebih dahulu membaca doa agar dilindungi dari pengaruh
buruk syaitan yang terkutuk pada anak dan keturunan kita. “Manakala seseorang di antara
kalian sebelum menggauli istrinya terlebih dahulu mengucapkan: ‘Bismilaahi,
Alloohumma janibnaasy syaithoona wa jannibi syaithoona maa rozaqtanaa’ (dengan
menyebut nama Allah, ya Allah, hindarkanlah kami dari gangguan syaitan dan
hindarkan pula anak yang akan Engkau anugerahkan kepada kami dari gangguan
syaitan) kemudian dilahirkanlah dari keduanya seorang anak, niscaya selamanya
syaitan tidak akan dapat mengganggunya” (Munttafa
‘alaih). Sebagai
abd’ (hamba) dan juga sebagai khalifah di muka bumi serta sebagai calon orang
tua, sudahkah kita menyadari hal ini atau sudahkah kita melaksanakan hal ini?
Pada pembahasan di
atas, kami telah mengemukakan bahwa kebaikan, atau manfaat atas kue yang enak dan lezat itulah amal dari kue yang kita buat
berdasarkan ketentuan halal lagi baik (thayyib). Enak dan lezat yang dihasilkan
oleh kue akan tertanam dan terasa oleh lidah kita pada waktu kita memakannya.
Semakin enak dan lezat kue yang dihasilkan maka semakin terasa di lidah pada
waktu di kunyah dan ditelan. Sekarang bagaimana dengan janin di dalam rahim ibu?
Amal dari janin atau kondisi awal jasmani adalah saldo awal dari kemampuan janin
tersebut untuk tumbuh kembang atau yang akan mempengaruhi kualitas ruh yang
akan menempati jasmani. Sebagai contoh jika kita membuat sambal maka amal dari sambal
tersebut adalah memedaskan. Baik dan buruk serta enak dan gurihnya sambal
tersebut tergantung dari bahan baku cabai serta proses pembuatan sambal maka
hasilnya adalah sambal yang enak dan gurih.
Kondisi demikian juga
terjadi pada janin yang ada di dalam rahim seorang ibu dimana catatan amal
adalah sebuah catatan yang dibuat oleh malaikat atas perintah Allah SWT untuk
menentukan seberapa tinggi saldo awal dari kemampuan janin atau jasmani manusia
yang ada di dalam rahim sebelum ruh ditiupkan sehingga diketahuilah seberapa
kuat jasmani akan mempengaruhi ruh setelah dipersatukan. Adanya kondisi ini
berarti semakin baik kualitas catatan amal jasmani sebelum ditiupkan ruh maka
semakin rendah kekuatan nilai-nilai keburukan yang dibawa oleh jasmani di dalam
mempengaruhi nilai-nilai kebaikan yang dibawa oleh ruh, demikian pula
sebaliknya.
Dan jika sekarang malaikat
telah mencatat dan ternyata catatan tersebut adalah catatan yang tidak baik
kepada jasmani sebelum ditiupkan ruh, lalu patutkah kita marah kepada ke dua
orang tua kita? Sebagai anak kita tidak bisa marah kepada kedua orang tua
kita, karena hal ini sudah terjadi dan yang harus kita lakukan adalah jangan
sampai apa yang sudah terjadi, terjadi
pula pada anak dan keturunan kita sendiri. Adanya kondisi ini menunjukkan
kepada diri kita bahwa Allah SWT tidak pernah mendzalimi manusia di dalam
membuat catatan amal berkenaan dengan kondisi awal jasmani karena catatan yang
dibuat oleh malaikat memiliki dasar hukum yang kuat.
Berikut ini akan kami
kemukakan beberapa ketentuan dasar tentang amal yang berlaku di muka bumi ini
yang terdapat di dalam AlQuran, yaitu :
1. Balasan Amal Sesuai
Dengan Amalnya Masing-Masing. Berdasrkan surat Az Zumar (39) ayat 70 yang
kami kemukakan berikut ini: “Dan disempurnakan bagi
tiap-tiap jiwa (balasan) apa yang telah dikerjakannya dan Dia lebih mengetahui
apa yang mereka kerjakan.” Berdasarkan ketentuan ini, amal adalah buah
dari hasil suatu usaha yang sesuai dengan apa yang kita kerjakan. Amal adalah
output (keluaran) dari input (masukan) yang kita kerjakan melalui suatu proses
tertentu. Apa maksudnya? Jika kita memiliki usaha dalam bidang percetakan maka
hasilnya adalah percetakan, demikian pula jika kita mempunyai usaha bidang
sablon maka hasil usahanya adalah sablon. Tidak ada di dalam kehidupan
sehari-hari, jika kita berusaha di dalam bidang percetakan hasilnya adalah
bidang usaha sablon ataupun sebaliknya.
Untuk
siapakah hasil usaha percetakan dan sablon yang kita lakukan di atas? Jika kita
yang mengusahakan usaha percetakan dan sablon maka hasil usaha tersebut akan
menjadi milik kita sebagai pelaku usaha tersebut. Hal yang sama juga dilakukan
Allah SWT saat memberikan amal kepada manusia. Jika kita berbuat dan
mengerjakan amal shaleh sebesar apapun maka hasil dan usaha tersebut akan
diberikan kepada kita bukan kepada orang lain yang tidak mengerjakannya.
Sebagaimana dikemukakan dalam surat Fushshilat (41) ayat 46 berikut ini: “Barangsiapa yang mengerjakan
amal yang saleh maka (pahalanya) untuk dirinya sendiri dan barangsiapa yang
berbuat jahat maka (dosanya) atas
dirinya sendiri; dan sekali-kali tidaklah tuhanmu menganiaya hamba-hambaNya.” dan juga berdasarkan firmanNya sebagaimana
berikut ini: “Barangsiapa mengerjakan perbuatan jahat, maka dia tidak akan dibalas
melainkan sebanding dengan kejahatan itu. Dan barangsiapa mengerjakan amal yang
saleh baik laki-laki maupun perempuan sedang ia dalam keadaan beriman, maka
mereka akan masuk surga, mereka diberi rezki
di dalamnya tanpa hisab. (surat
Al Mu’min (40) ayat 40)
Demikian
pula sebaliknya jika kita mengerjakan tindak kejahatan sebesar apapun, maka
hasilnya akan menimpa diri kita sendiri, sebagaimana hadits berikut ini: “Abu Hurairah ra, berkata: Nabi SAW bersabda: Allah
ta’ala berfirman: Apabila hamba-Ku merencanakan melakukan suatu amal kebajikan,
kemudian tidak jadi dilakukannya, maka tetap Aku mencatat baginya suatu
kebajikan, tetapi bila ia melaksanakannya, maka tetap Aku mencatat amalnya itu
sepuluh kebajikan sampai berganda tujuh ratus. Dan apabila ia merencanakan
untuk melakukan suatu kejahatan lalu tidak jadi dilaksanakannya, maka tidaklah
Aku catat baginya, tetapi ia tetap melaksanakannya Aku catat baginya sebagai
kejahatan. (Hadits Qudsi Riwayat Bukhari dan Muslim, Attirmidzi dan Ibn Hibban
dari Abu Hurairah ra, 272:21)
Timbul
pertanyaan, berapakah besaran amal atau pahala yang akan kita terima dari Allah
SWT? Besaran amal atau pahala sangat tergantung seberapa tinggi kualitas diri
kita di dalam melaksanakan apa-apa yang telah ditetapkan berlaku oleh Allah
SWT. Semakin
tinggi kualitas pelaksanaan amal kebajikan yang kita lakukan maka semakin
tinggi amal atau pahala yang kita terima. Demikian pula sebaliknya, semakin
rendah pelaksanaan kualitas amal kebajikan yang kita lakukan maka semakin
rendah amal atau pahala yang kita terima. Selain daripada itu, amal
suatu perbuatan yang dilakukan oleh setiap manusia sangat tergantung kepada
niatnya, sebagaimana hadits berikut ini:“Sesungguhnya
amal-amal perbuatan tergantung niatnya, dan bagi tiap orang apa yang
diniatinya. Barangsiapa hijrahnya kepada Allah dan rasul-Nya maka hijrahnya
kepada Allah dan rasul-Nya. Barangsiapa hijrahnya untuk meraih kesenangan dunia
atau menikahi wanita, maka hijrahnya adalah kepada apa yang ia hijrahi. (Hadits
Riwayat Bukhari).” Jika niatnya untuk kebaikan maka kebaikan yang akan kita
peroleh, sedangkan jika niatnya untuk keburukan maka keburukan pula yang kita
peroleh. Adanya kondisi ini, berhati-hatilah dalam melaksanakan niat suatu
perbuatan.
Hal
yang harus kita perhatikan adalah amal dan pahala ataupun dosa yang kita
dapatkan dari perbuatan yang kita lakukan, tidak bisa dilimpahkan, tidak bisa
diperjualbelikan kepada orang lain, termasuk kepada anak dan keturunan kita
sendiri, semuanya untuk diri kita sendiri selaku yang melaksanakan perbuatan.
Namun, apa yang kita perbuat saat kita hidup di dunia ini ketahuilah bisa
berdampak positif dan juga bisa berdampak negatif kepada anak dan keturunan
diri kita sendiri. Jadi berhati hatilah dalam melakukan suatu perbuatan dan
jangan sampai anak keturunan menanggung malu akibat ulah diri pada masa lalu.
2. Amal Untuk Diri Sendiri. Jika saat ini saya adalah
pengusaha percetakan maka hasil usaha saya pasti adalah percetakan demikian
pula jika usaha saya di bidang garment
maka hasil usaha saya adalah garment. Hal yang tidak mungkin terjadi
adalah jika usaha saya adalah percetakan, hasil usahanya adalah garment. Ini
berarti hasil usaha harus sesuai dengan bidang usaha yang kita lakukan. Jika
sekarang kita berusaha di dalam bidang percetakan, untuk siapakah hasil usaha
percetakan tersebut?
Hasil usaha adalah buah dari upaya dan kerja keras kita,
jika saya menjalankan usaha percetakan maka usaha percetakan itu adalah milik
saya bukan milik orang lain. Sekarang jika kita mengerjakan amal shaleh baik kepada
keluarga ataupun kepada masyarakat, untuk siapakah itu semua? Amal shaleh yang
kita lakukan pasti akan diberikan kepada kita sebagai pelaksana tugas tersebut,
hal ini sebagaimana dikemukakan Allah SWT dalam firmanNya: “Barangsiapa yang mengerjakan amal yang saleh maka itu adalah untuk
dirinya sendiri, barangsiapa mengerjakan kejahatan, maka itu akan menimpa
dirinya sendiri, kemudian kepada Tuhanmulah kamu dikembalikan.(surat Al Jaatsiyah (45) ayat 15)
Allah SWT berfirman: “Dan orang yang berdosa tidak akan memikul dosa
orang lain. Dan jika seseorang yang berat dosanya memanggil (orang lain) untuk
memikul dosanya itu tiadalah akan dipikulkan untuknya sedikitpun meskipun (yang
dipanggilnya itu) kaum kerabatnya. Sesungguhnya yang dapat kamu beri peringatan
hanya orang-orang yang takut kepada azab Tuhannya (sekalipun) mereka tidak
melihatNya dan mereka mendirikan sembahyang. Dan barangsiapa yang mensucikan
dirinya, sesungguhnya ia mensucikan diri untuk kebaikan dirinya sendiri. Dan
kepada Allah kembali(mu). (surat Faathir (35) ayat 18).
Selanjutnya jika kita
mengkonsumsi makanan dan minuman yang ketegorinya masuk dalam kondisi “haram
lagi buruk (khabits)”, tentu sel telur dan juga sperma yang kita hasilkan akan terpengaruh
serta terkontaminasi dari hal hal yang ”haram lagi buruk (khabits)” tersebut.
Dan jika kondisi ini yang kita pertemukan maka janin atau kondisi awal dari jasmani
manusia tidak akan mungkin memenuhi kategori halal lagi baik (thayyib). Dan ingat, jika ini terjadi berarti pintu masuk
bagi syaitan kita sendirilah yang memfasilitasinya dengan menyediakan bangunan
di dalam jasmani diri kita yang berasal dari yang haram lagi buruk (khabits).
Dan apa yang kami kemukakan di atas tentang hasil usaha, sudah sangat sesuai
firman Allah SWT yang terdapat di dalam surat Faathir (35) ayat 18 dan surat Al
Jaatsiyah (45) ayat 15 yang kami kemukakan di atas. Dimana Allah SWT menunjukkan keadilannya kepada seluruh
ciptaan-Nya, Allah SWT tahu dan mengetahui siapa yang telah berbuat amal shaleh
ataupun kejahatan atau yang telah mematuhi segala ketentuan yang telah
ditetapkan-Nya.
Jika
sekarang malaikat telah diperintahkan oleh Allah SWT untuk mencatat amal di
dalam rahim ibu maka dari siapakah asalnya itu semua? Hal yang tidak mungkin
adalah asalnya dari Allah SWT dan jika sekarang hasil usaha ataupun catatan amal
di dalam rahim hasilnya adalah baik, sangat baik, jelek ataupun buruk, siapakah
yang berperan? Semuanya
pasti dari ayah dan ibu kita sendiri sebab sel telur maupun sperma yang
dipertemukan berasal dari keduanya. Sebagai abd’ (hamba)Nya dan juga
sebagai khalifahNya serta sebagai orang tua sadarkah kita dengan kondisi ini
pada saat diri kita mempertemukan sel telur dengan sperma atau sadarkah kita
bahwa halal lagi baik (thayyib) ataukah haram lagi buruk (khabits) sangat
mempengaruhi kondisi dan kualitas dari sel telur dan sperma sebagai cikal bakal
jabang bayi yang akan menjadi anak keturunan kita. Sudahkah kita mempelajarinya!
3. Awas Jangan Sampai: Berdasarkan surat surat Ibrahim (14)
ayat 49 yang kami kemukakan berikut ini: “Dan kamu akan melihat orang-orang yang berdosa
pada hari itu diikat bersama-sama dengan belenggu. (surat Ibrahim (14) ayat 49). Allah SWT memperlihatkan serta
memperingatkan kepada kita agar jangan sampai diri kita diikat dan dibelenggu
bersama-sama dengan orang yang berdosa di hari akhir kelak. Untuk apa Allah SWT
mengemukakan hal itu kepada kita? Jadikan ini pelajaran dan pembelajaran di dalam
melakukan sebuah tindakan sebab hasil akhir dari tindakan yang kita lakukan
akan kita nikmati sendiri hasilnya. Sebagaimana firmanNya berikut ini:“Apakah (kamu
hendak merobah nasib) orang-orang yang telah pasti ketentuan azab atasnya?
Apakah kamu akan menyelamatkan orang yang berada dalam api neraka. (surat Az Zumar (39) ayat 19). Dan jika hasil akhirnya susah, maka susahlah hidup
kita dan jika hasil akhirnya senang maka senanglah hidup kita. Sekarang sudah sampai
dimanakah amal baik yang telah kita lakukan untuk hidup dan kehidupan kita dan
juga untuk anak keturunan kita?
Hal yang harus kita perhatikan adalah segala perbuatan, segala tindak tanduk yang kita lakukan saat hidup di muka bumi ini, akan terpulang untuk diri kita sendiri bukan untuk orang lain, bukan pula untuk orang tua kita apalagi untuk anak dan keturunan kita sendiri.Segala amal ataupun segala perbuatan yang telah kita lakukan, tidak akan dapat dibukukan atau tidak akan dapat dialihkan untuk kepentingan orang lain.
Masing-masing orang, masing-masing diri akan bertindak untuk dan atas nama dirinya sendiri pada waktu berhisab sehingga sifat dari pertanggungjawaban atas apa apa yang telah diperbuat orang per orang bersifat individual. Sehingga hal yang samapun terjadi pada saat diri kita mengkonsumsi makanan dan minuman, yang pada akhirnya akan mempengaruhi kualitas sperma dan sel telur dan jika kondisi ini dipertemukan akan mempengaruhi pula kondisi amal dari janin dari anak keturunan kita sendiri. Sebagai orang tua, sebagai calon orang tua tolong renungi kembali, kondisi dan keadaan pada waktu diri kita mempertemukan sel telur dan sperma yang kemudian menjadi anak dan keturunan kita sendiri, apakah sudah memenuhi ketentuan yang telah ditetapkan oleh Allah SWT?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar