Sebagai abd’ (hamba)-Nya
yang juga khalifah-Nya di muka bumi, kita tidak bisa menghindar dari kematian,
sebab hidup yang kita laksanakan hari ini adalah sebuah permainan. Adanya
kematian maka berakhirlah suatu permainan, berakhirnya suatu permainan maka
akan ketahuanlah siapakah yang akan menjadi pemenang dan siapakah yang akan
menjadi pecundang. Untuk jika kita ingin menjadi pemenang tidak ada jalan lain
kecuali melaksanakan Diinul Islam secara kaffah, terkecuali jika kita ingin
menempati neraka Jahannam maka jadilah hamba syaitan sang laknatullah.
Dan hal yang tidak
kalah penting adalah jangan pernah sekalipun kita mengambil jalan pintas untuk
mengakhiri hidup kita melalui jalan bunuh diri, terkecuali kita ingin tinggal
di neraka. Untuk itu perhatikanlah hadits berikut ini: “Jundub bin Abdullah ra, meriwayat-kan bahwa Rasulullah SAW bersabda:
Dulu, ada seorang laki-laki menderita luka yang cukup parah sehingga dia putus
asa. Lalu dia mengambil sebilah pisau dan memotong tangannya hingga dia
meninggal. Allah berfirman: Hamba-Ku mempercepat pertemuannya dengan-Ku dengan
cara dia sendiri (bunuh diri) maka Aku haramkan syurga baginya. (Hadits Riwayat
Bukhari). Semoga kita tidak melakukan upaya bunuh diri karena
resikonya sangat luar biasa yaitu neraka jahannam.
D.
CATATAN TENTANG NASIB
BAIK DAN SIAL (CELAKA).
Catatan
tentang Nasib Baik dan Sial (Celaka) adalah catatan ke empat yang dibuat oleh
Malaikat atas perintah Allah SWT terhadap janin yang telah berusia 120 (seratus
dua puluh) hari yang terdapat di dalam rahim seorang ibu. Catatan tentang Nasib
Baik dan Sial (Celaka) bukanlah catatan tentang baik dan buruk atas nasib manusia
sebab catatan ini dibuat sebelum ruh ditiupkan ke jasmani sehingga unsur
manusia belum dapat terpenuhi.
Berdasarkan kondisi
ini maka catatan tentang nasib baik dan sial (celaka) yang dibuat oleh Malaikat
adalah catatan tentang kondisi awal nasib baik dan sial (celaka) dari janin
atau kondisi awal jasmani sebelum ruh ditiupkan. Dan hal yang harus kita
perhatikan adalah catatan ini bukanlah catatan nasib dari diri kita saat
menjadi abd’ (hamba)-Nya yang juga khalifah-Nya di muka bumi sehingga kondisi
ini bukanlah hal yang menentukan kemana kita akan pulang kampung.
Selanjutnya
darimanakah catatan tentang nasib baik dan sial ini berasal atau mungkinkah Allah
SWT yang memberikan? Allah SWT dengan
tegas menyatakan bahwa Allah SWT tidak akan pernah men-dzalimi manusia sedikitpun dan jika
Allah SWT tidak pernah mendzalimi berarti kita sendiri yang mendzalimi diri
sendiri atau karena ulah manusia itu sendiri atau akibat kesalahan diri kita
sendiri. Sebagaimana dikemukakanNya dalam surat Yunus (10) ayat 44 berikut
ini: “Sesungguhnya
Allah tidak berbuat dzalim kepada manusia sedikitpun, akan tetapi manusia
itulah yang berbuat dzalim kepada diri mereka sendiri.” dan juga berdasarkan
surat An Nisaa’ (4) ayat 79 berikut ini: “Apa saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari
Allah, dan apa saja bencana yang menimpamu, maka dari (kesalahan) dirimu
sendiri. Kami mengutusmu menjadi Rasul kepada segenap manusia. Dan cukuplah
Allah menjadi saksi.” Ingat,
asal
usul dari janin berasal dari hasil pemenuhan
syarat dan ketentuan kehalalan dan kethayiban (baik dan buruknya) makanan dan
minuman yang dikonsumsi oleh orang tua kita serta cara mempertemukan sperma dan
sel telur.
Katakan saat ini, malaikat
telah mencatat apa yang disebut dengan catatan tentang nasib baik dan sial
(celaka) atas janin yang ada di dalam rahim seorang ibu, atas dasar apakah
catatan itu dibuat dan apa yang dimaksud dengan catatan dimaksud.
1. Baik dan Sial (Buruk
atau Celaka) Asalnya Dari Bahan. Untuk membahas hal ini,
kita kembali dahulu kepada cerita pembuatan kue yang enak dan lezat, dimana
untuk mendapatkan kue yang enak dan lezat, dibutuhkan adanya bahan baku yang
berkualitas baik; diperlukan adanya ukuran-ukuran tertentu dalam membuat adonan
yang berasal dari bahan baku yang berkualitas; kualitas bahan baku tidak dapat
berdiri sendiri akan tetapi berhubungan erat dengan ukuran-ukuran dalam membuat
adonan. Kita tidak dapat hanya mengandalkan kualitas bahan baku semata dengan
mengabaikan ukuran-ukuran ataupun besaran-besaran di dalam membuat adonan kue;
bentuk kue yang enak dan lezat tergantung dari bentuk dan ukuran dari loyang
kue yang kita sediakan serta pengaturan sistem pembuatan kue, seperti nyala api
kompor (oven) yang tidak bisa dinyalakan secara penuh. Berdasarkan uraian di atas tidak dapat dibantah bahwa bahan yang
berkualitas (ketentuan halal) yang memenuhi ukuran-ukuran ataupun
takaran-takaran tertentu (ketentuan baik/thayyib) sangat mempengaruhi
keberhasilan dalam membuat kue yang enak dan lezat.
Jika untuk
mendapatkan kue yang enak dan lezat saja harus memenuhi syarat tertentu,
sekarang bagaimana dengan janin? Hal yang samapun terjadi pada janin, dimana janin
awalnya juga berasal dari bahan-bahan yang berasal dari saripati tanah yang di konsumsi
oleh seorang ayah dan seorang ibu. Sehingga baik dan buruk dari kondisi janin
yang dicatat oleh makaikat pasti berhubungan dengan seberapa halal dan seberapa
baik (seberapa memenuhi ketentuan gizi) atas makanan dan minuman yang
dikonsumsi seorang ayah dan seorang ibu sebagai penghasil sperma dan indung
telur (ovum). Sebagaimana firmanNya berikut ini: “Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi
baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti
langkah-langkah syaitan; karena sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang
nyata bagimu. (surat Al Baqarah (2) ayat
168) dan juga berdasarkan firmanNya berikut ini: “Maka makanlah yang halal lagi baik dari
rezki yang telah diberikan Allah kepadamu; dan syukurilah nikmat Allah, jika
kamu hanya kepadaNya saja menyembah.(surat
An Nahl (16) ayat 114). “
Syaitan selaku musuh abadi diri kita tidak
akan pernah berkenan jika kita mampu memenuhi ketentuan halal lagi baik (thayyib),
membaca Basmallah dan doa sebelum mengkonsumsi makanan dan minuman serta berdoa
saat mempertemukan sperma dengan ovum dengan cara yang baik (sesuai dengan
syariat). Hal ini sebagaimana dikemukakan oleh Allah SWT dalam firmanNya:“Dan hasunglah
siapa yang kamu sanggupi di antara mereka dengan ajakanmu, dan kerahkanlah
terhadap mereka pasukan berkuda dan pasukanmu yang berjalan kaki dan
berserikatlah dengan mereka pada harta dan anak-anak dan beri janjilah mereka.
Dan tidak ada yang dijanjikan oleh syaitan kepada mereka melainkan tipuan
belaka. (surat Al Israa’ (17) ayat
64). Sebagai
abd’ (hamba)-Nya yang sekaligus khalifah-Nya yang juga orang tua, sadarkah anda
dengan kondisi ini atau kondisi yang seperti apakah yang anda lakukan pada
waktu mempertemukan sperma dengan sel telur?
2. Baik artinya Bahagia.
Catatan yang dibuat oleh Malaikat atas perintah Allah SWT
terdiri dari 2(dua) ketentuan yaitu catatan tentang baik dan catatan tentang
sial (celaka) atas kondisi awal jasmani.
Jika catatan yang dibuat oleh Malaikat adalah baik sesuai dengan ketentuan
halal lagi baik serta dipertemukan dengan cara yang baik, apakah artinya? Ouput pasti berhubungan erat dengan proses
serta input, jika input mempunyai kondisi awal berkualitas halal lagi baik
serta diproses dengan cara yang baik (maksudnya dipertemukan di dalam rahim
dengan cara yang sesuai syariat) maka output pasti mempunyai kualitas yang
halal lagi baik pula.
Dan jika sekarang
Malaikat memberikan penilaian baik kepada janin yang berusia 120 (seratus dua
puluh) hari yang terdapat dalam rahim ibu, ini berarti bahwa janin tersebut
mempunyai kondisi awal yang memenuhi kriteria halal lagi baik (thayyib)
sehingga dapat dikatakan dengan bahagia, demikian pula sebaliknya. Sebagai-mana firmanNya berikut ini: “Sesungguhnya orang-orang yang banyak
berbakti benar-benar berada dalam surga yang penuh kenikmatan. (surat Al Infithaar (82) ayat 13)” Lalu apakah dengan catatan yang seperti ini
menunjukkan bahwa manusia itu akan bahagia selamanya? Catatan kondisi awal
jasmani tidak berhubungan langsung dengan bahagia atau celakanya seorang
manusia. Hal ini dikarenakan bahagianya manusia bukanlah diukur dari catatan
awal jasmani melainkan dari ketaqwaan manusia itu sendiri kepada Allah SWT.
Lalu, sudahkah kita bertaqwa?
3. Buruk artinya Celaka. Adanya catatan baik yang dibuat oleh Malaikat, maka kebalikan atas catatan
tersebut pasti ada, yaitu catatan sial (celaka). Kenapa timbul catatan sial
(celaka) di dalam rahim ibu? Catatan ini timbul akibat manusia atau akibat ayah
ibu yang tidak dapat memenuhi kriteria yang telah Allah SWT tetapkan terutama
kriteria halal lagi baik (thayyib), membaca Basmallah dan doa sebelum makan dan
minum serta kriteria mempertemukan sel telur dengan sperma. Hasil akhir dari
pemenuhan sebuah kriteria pasti akan berbeda dengan yang tidak memenuhi
kriteria.
Sekarang jika hasil akhirnya adalah berbeda, apakah
penilaiannya akan sama? Jika memenuhi kriteria dan ketentuan baik maka itu
berarti bahagia dan jika tidak memenuhi kriteria dan ketentuan sial maka itu
berarti celaka atau tidak berbahagia. Sebagaimana dikemukakan oleh Allah SWT
dalam firmanNya berikut ini: “Dan sesungguhnya orang-orang yang durhaka benar-benar berada dalam
neraka.(surat Al Infithaar (82) ayat
14).” Dan
juga berdasarkan firmanNya berikut ini: “Sesungguhnya orang-orang yang
berdosa, adalah mereka yang menertawakan orang-orang yang beriman.(surat Al Muthaffifiin (83) ayat 29).” Serta berdasarkan
firman Allah SWT sebagaimana berikut ini: “sekali-kali
jangan curang, karena Sesungguhnya kitab orang yang durhaka tersimpan dalam
sijjin[1562]. (surat Al Muthaffifiin (83)
ayat 7)
[1562] Sijjin: nama kitab yang mencatat segala
perbuatan orang-orang yang durhaka.
Sekali lagi kami kemukakan bahwa catatan tidak bahagia atau catatan sial
bagi kondisi awal dari jasmani bukanlah catatan final atas diri kita, atau atas
anak keturunan kita. Bahagia dan celakanya diri kita tidak bisa diukur dari
kondisi awal jasmani melainkan seberapa jauh keimanan dan ketaqwaan diri kita
kepada Allah SWT dan melalui kriteria inilah yang akan dipergunakan oleh Allah
SWT untuk menilai diri kita, untuk menilai anak keturunan kita.
Sekarang Malaikat atas perintah Allah SWT sudah memiliki empat buah catatan
yang terdiri dari “Catatan Amal,
Catatan Rezeki, Catatan Ajal, Catatan Nasib Baik dan Sial (Celaka)”
atas setiap janin yang berusia 120 (seratus dua puluh) hari di dalam rahim
seorang ibu, dan jika salah satu catatan yang dimiliki Malaikat itu adalah
catatan dari janin diri kita atau catatan dari janin anak keturunan kita,
selanjutnya apa yang harus kita lakukan? Jika itu adalah catatan
janin diri kita atau itu adalah catatan janin atas anak kita yang merupakan
adalah akibat dari perbuatan atau ibadah yang kita lakukan, sekarang bagaimana kita harus menyikapinya?
Ingat bahwa catatan atas Amal, Rezeki, Ajal, Nasib Baik
dan Sial (Celaka) dari kondisi awal jasmani bukanlah sebuah ketetapan
mutlak yang berlaku untuk diri kita
secara keseluruhan sebab ruh pada saat catatan di buat belum ditiupkan (ruh
belum dipersatukan dengan jasad). Sehingga catatan yang dibuat Malaikat adalah
catatan mengenai kondisi awal jasmani yang kesemuanya sangat berhubungan erat
dengan syarat dan ketentuan yang telah Allah SWT tetapkan tentang tata cara
mengkonsumi makanan dan minuman serta tata cara mempertemukan sel telur dan
sperma. Adanya kondisi ini menunjukkan kepada diri kita
bahwa ruh dan Amanah yang 7 yang suci murni yang berasal dari Allah SWT
dipersatukan dengan jasmani yang telah memiliki catatan khusus yang dibuat oleh
kedua orang tua sehingga terkon-taminasilah ruh dan Amanah yang 7 yang berasal
dari Allah SWT.
Selanjutnya tingkat kontaminasi dari jasmani kepada ruh dan Amanah yang 7
sangat tergantung kepada pemeliharaan jasmani dan pemeliharaan ruh dan Amanah yang
7 itu sendiri. Semakin baik pemeliharaan jasmani (maksudnya dengan memberi
makanan dan minuman yang halalan wa thayiban) serta melaksanakan Diinul Islam
secara kaffah maka ruh dan Amanah yang 7 mampu sesuai dengan kondisi aslinya.
Demikian pula sebaliknya, semakin buruk pemeliharaan jasmani (maksudnya memberi
makanan dan minuman yang haram lagi buruk/khabits) serta tidak dilaksanakannya Diinul
Islam secara kaffah akan berakibat ruh dan Amanah yang 7 menjadi semakin jauh
dari kondisi aslinya yang pada akhirnya memudahkan ahwa (hawa nafsu) dan juga syaitan
mengganggu diri kita.
Hal yang harus kita pahami dengan benar adalah pemenuhan kriteria halal lagi baik (thayyib) serta dibacakannya Basmallah dan doa serta cara mempertemukan sel telur dengan sperma harus dilakukan dalam satu kesatuan yang tidak terpisahkan sehingga kesemuanya akan sangat memegang peranan penting di dalam menentukan Amal, Rezeki, Ajal, Nasib Baik dan Sial (celaka) dari janin yang ada di dalam rahim ibu. Jika inputnya adalah halal lagi baik (thayyib) serta diproses dengan cara yang baik (maksudnya mempertemukan sperma dengan sel telur yang sesuai dengan syariat) maka outputnya pasti halal lagi baik (thayyib). Dan jika inputnya haram lagi buruk (khabits) serta diproses tidak dengan cara yang baik pula maka outputnya pasti tidak halal dan tidak baik pula. Katakan janin tadi adalah janin diri kita dimana makanan dan minuman yang dikonsumsi oleh ayah dan ibu kita menjadi mata ataupun otak yang terkontaminasi makanan dan minuman yang haram lagi khabits harus bagaimanakah kita menyikapinya? Adanya informasi ataupun keadaan yang tidak memenuhi kriteria dan ketentuan harus disikapi dengan bijak sehingga kita harus tawakkal dengan melakukan tindakan yang ekstra hati-hati yang dilanjutkan dengan memperbaiki kesalahan dan kekurangan tersebut sehingga kita tidak menjadi celaka oleh sebab kesalahan dan kekurangan tersebut.
Ingat, kita tidak bisa menyalahkan orang tua karena perbuatannya kita menjadi seperti ini. Akan tetapi jika kita telah memahami kondisi ini maka mulai saat ini kita harus segera memperbaiki diri kita sendiri melalui makanan dan minuman yang kita konsumsi, melalui cara memperoleh penghasilan yang dilanjutkan dengan menunaikan hak Allah SWT melalui menunaikan zakat. Sehingga diri kita maupun anak keturunan kita tidak terkontaminasi lagi dengan sesuatu yang haram lagi buruk (khabits) serta mempertemukan sperma dan sel telur harus sesuai dengan syariat dan juga harus melaksanakan Diinul Islam secara kaffah. Dan semoga anak keturunan kita mampu menjadi anak keturunan yang shaleh dan shalehah yang selalu mendoakan diri kita serta tidak menjadi fitnah bagi diri kita. Aamiin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar