Label

MEMANUSIAKAN MANUSIA: INILAH JATIDIRI MANUSIA YANG SESUNGGUHNYA (79) SETAN HARUS JADI PECUNDANG: DIRI PEMENANG (68) SEBUAH PENGALAMAN PRIBADI MENGAJAR KETAUHIDAN DI LAPAS CIPINANG (65) INILAH ALQURAN YANG SESUNGGUHNYA (60) ROUTE TO 1.6.799 JALAN MENUJU MAKRIFATULLAH (59) MUTIARA-MUTIARA KEHIDUPAN: JALAN MENUJU KERIDHAAN ALLAH SWT (54) PUASA SEBAGAI KEBUTUHAN ORANG BERIMAN (50) ENERGI UNTUK MEMOTIVASI DIRI & MENJAGA KEFITRAHAN JIWA (44) RUMUS KEHIDUPAN: TAHU DIRI TAHU ATURAN MAIN DAN TAHU TUJUAN AKHIR (38) TAUHID ILMU YANG WAJIB KITA MILIKI (36) THE ART OF DYING: DATANG FITRAH KEMBALI FITRAH (33) JIWA YANG TENANG LAGI BAHAGIA (27) BUKU PANDUAN UMROH (26) SHALAT ADALAH KEBUTUHAN DIRI (25) HAJI DAN UMROH : JADIKAN DIRI TAMU YANG SUDAH DINANTIKAN KEDATANGANNYA OLEH TUAN RUMAH (24) IKHSAN: INILAH CERMINAN DIRI KITA (24) RUKUN IMAN ADALAH PONDASI DASAR DIINUL ISLAM (23) ZAKAT ADALAH HAK ALLAH SWT YANG HARUS DITUNAIKAN (20) KUMPULAN NASEHAT UNTUK KEHIDUPAN YANG LEBIH BAIK (19) MUTIARA HIKMAH DARI GENERASI TABI'IN DAN TABI'UT TABIIN (18) INSPRIRASI KESEHATAN DIRI (15) SYAHADAT SEBAGAI SEBUAH PERNYATAAN SIKAP (14) DIINUL ISLAM ADALAH AGAMA FITRAH (13) KUMPULAN DOA-DOA (10) BEBERAPA MUKJIZAT RASULULLAH SAW (5) DOSA DAN JUGA KEJAHATAN (5) DZIKIR UNTUK KEBAIKAN DIRI (4) INSPIRASI DARI PARA SAHABAT NABI (4) INILAH IBADAH YANG DISUKAI NABI MUHAMMAD SAW (3) PEMIMPIN DA KEPEMIMPINAN (3) TAHU NABI MUHAMMAD SAW (3) DIALOQ TOKOH ISLAM (2) SABAR ILMU TINGKAT TINGGI (2) SURAT TERBUKA UNTUK PEROKOK dan KORUPTOR (2) IKHLAS DAN SYUKUR (1)

Sabtu, 11 Mei 2024

JASMANI DAN CATATAN DI DALAM RAHIM SEORANG IBU (PART 4 of 7)


2.   Ajal Yang Di sisi Allah SWT. Ajal seseorang atau saat berpisahnya ruh dengan jasmani seseorang bukanlah diri kita yang menentukan. Allah SWTlah yang menentukan kapan ajal itu tiba dan ingat ketetapan Allah SWT tentang ajal tidak dapat dihalangi oleh siapapun juga (maksudnya jika ajal sudah datang tidak akan bisa dilawan, tidak akan bisa dibeli, tidak akan bisa ditukar dengan apapun juga). Sebagaimana dikemukakan dalam surat Al Mu’minuun (23) ayat 43 berikut ini: Tidak (dapat) sesuatu umatpun mendahului ajalnya, dan tidak (dapat pula) mereka terlambat (dari ajalnya itu).” Dan berdasarkan surat  Nuh (71) ayat 4 yang kami kemukakan berikut ini: “Niscaya Allah akan mengampuni sebagian dosa-dosamu dan menangguhkan kamu sampai kepada waktu yang ditentukan. Sesungguhnya ketetapan Allah apabila telah datang tidak dapat ditangguhkan, kalau kamu mengetahui.” serta berdasarkan surat Al Hijr (15) ayat 5 berikut ini: “Tidak ada suatu umatpun yang dapat mendahului ajalnya, dan tidak (pula) dapat mengundurkan(nya).”  

 

Disinilah letak Allah SWT sangat berkuasa terhadap ajal, sehingga jika ketentuan ajal belum sampai maka kematian belum menghampiri seseorang. Dan dengan adanya ketetapan ajal yang berlaku maka pada saat ajal tiba berakhirlah usia seseorang dan dimulailah proses menunggu untuk mempertanggungjawabkan segala apa yang telah kita perbuat. Sekarang seperti apakah ketentuan ajal bagi manusia yang berlaku saat ini? Setiap manusia pasti akan menemui ajal, dengan datangnya ajal maka terjadilah kematian yang ditandai dengan berpisahnya ruhani dengan jasmani. Adanya kondisi ini berarti sebelum ajal datang menjemput maka belum berakhir hidup kita. Hal yang harus kita pahami adalah ajal adalah suatu ketetapan Allah SWT yang berlaku bagi seluruh umat manusia.

 

Sekarang bagaimana dengan catatan ajal atas janin yang sudah dicatat oleh Malaikat? Catatan ajal atas janin bukanlah catatan ajal tentang manusia. Catatan ajal atas janin yaitu suatu ketentuan tentang batasan ataupun ketentuan atas kemampuan dari janin dari setiap orang, termasuk di dalamnya batasan atas kemampuan organ tubuh manusia, yang kesemuanya sangat berhubungan erat dengan kualitas sperma dan sel telur yang dipertemukan di dalam rahim. Jika sekarang janin yang ada di dalam rahim awalnya berasal dari sperma dan sel telur yang memenuhi ketentuan  Allah SWT dalam surat Al Baqarah (2) ayat 168 dapatkah ia mempunyai kemampuan yang lebih dibandingkan dengan janin yang awalnya berasal dari sperma dan sel telur yang tidak memenuhi ketentuan surat Al Baqarah (2) ayat 168?

 

Hasil akhir dari sebuah proses sangat ditentukan oleh masukan awal serta cara pengolahannya, jika masukan awal memenuhi kiteria halal lagi baik (thayyib)  serta dipertemukan dengan cara yang baik pula maka janin yang dihasilkan pasti akan mempunyai kondisi halal lagi baik (thayyib) pula. Adanya kondisi ini dapat dipastikan sperma dan sel telur yang halal lagi baik (thayyib) yang dipertemukan dengan cara baik, akan sangat berbeda hasilnya dengan sperma dan sel telur yang menuhi kriteria haram lagi buruk (khabits) walaupun dipertemukan dengan cara yang baik.

 

Adalah sebuah kedzaliman atau adalah sebuah ketidakadilan jika sampai Allah SWT menyamakan ratakan sesuatu hasil jika kondisi awal dari suatu proses tidak sama mutunya dan tidak sama baiknya. Inilah catatan ajal atas janin atau catatan atas kondisi awal jasmani yang ada di sisi  Allah SWT, dimana catatan ini semuanya berasal dari apa-apa yang telah dikerjakan dan dilakukan oleh seorang ayah dan seorang ibu. Sebagaimana dikemukakan dalam firmanNya: “Dialah Yang menciptakan kamu dari tanah, sesudah itu ditentukannya ajal (kematianmu), dan ada lagi suatu ajal yang ditentukan (untuk berbangkit) yang ada pada sisiNya (yang Dia sendirilah mengetahuinya), kemudian kamu masing ragu-ragu (tentang berbangkit itu). (surat Al An’aam (6) ayat 2).” Hal yang harus kita perhatikan dengan adanya ketentuan ajal, maka kita harus pandai-pandai memanfaatkan waktu yang telah diberikan Allah SWT kepada diri kita, sebagaimana hadits berikut ini: “Abu Hurairah ra berkata: Rasulullah bersabda: Allah berfirman: Bani Adam (manusia) mencaci maki masa (waktu), Akulah masa, di tangan Akulah siang dan malam. (Hadits Qudsi Riwayat Bukhari).  

 

Sekarang semuanya terpulang kepada diri kita sendiri, karena waktu bukan kita yang memiliki serta kita tidak memiliki kekuatan untuk mengatur waktu dan juga menghen-tikan waktu serta waktu tidak pernah menunggu diri kita untuk berbuat kebaikan. Waktu adalah ciptaan dan milik Allah SWT sehingga kita sebagai orang yang menumpang di langit dan di bumi ini hanyalah makhluk yang seharusnya pandai memanfaatkan serta mempergunakan waktu sebelum waktu itu itu habis.

 

3.   Ajal Yang Tidak Bisa Dirubah. Allah SWT dengan tegas mengemukakan bahwa ajal adalah ketentuan Allah SWT  yang tidak bisa berubah atau tidak bisa diubah oleh sebab apapun juga. Sehingga setiap orang, apapun kedudukannya, apapun jabatannya, apakah kaya, apakah miskin, apakah tua, apakah muda, pasti akan menghadapi datangnya ajal, yaitu saat dipisahkannya ruhani dengan jasmani. Hal ini sebagaimana dikemukakan dalam surat Yunus (10) ayat 49 berikut ini: “Katakanlah: “Aku tidak berkuasa mendatangkan kemudharatan dan tidak (pula) kemanfaatan kepada diriku, melainkan apa yang dikehendaki Allah.” Tiap-tiap umat mempunyai ajal. Apabila telah datang ajal mereka, maka mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak (pula) mendahulukan(nya).”

 

Dan juga berdasarkan surat Al A’raaf (7) ayat 34 yang kami kemukakan berikut ini: Tiap-tiap umat mempunyai batas waktu; maka apabila telah datang waktunya mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak dapat (pula) memajukannya.”. serta berdasarkan  surat Az Zumar (39) ayat 42 yang kami kemukakan berikut ini:“Allah memegang jiwa (orang) ketika matinya dan (memegang) jiwa (orang) yang belum mati di waktu tidurnya; maka Dia tahanlah jiwa (orang) yang telah Dia tetapkan kematiannya dan Dia melepaskan jiwa yang lain sampai waktu yang ditentukan. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang berfikir.” Adanya kondisi ini dapat dikatakan bahwa ajal adalah sebuah ketetapan Allah SWT yang tidak dapat ditawar-tawar lagi oleh siapapun juga sehingga Malaikat Maut pasti akan berhasil melaksanakan tugasnya. Ini berarti kematian atau mati merupakan ketetapan yang pasti berlaku kepada setiap manusia.

 

Sebagai abd’ (hamba)-Nya yang juga khalifah-Nya di muka bumi, kita tidak bisa menghindar dari kematian, sebab hidup yang kita laksanakan hari ini adalah sebuah permainan. Adanya kematian maka berakhirlah suatu permainan, berakhirnya suatu permainan maka akan ketahuanlah siapakah yang akan menjadi pemenang dan siapakah yang akan menjadi pecundang. Untuk jika kita ingin menjadi pemenang tidak ada jalan lain kecuali melaksanakan Diinul Islam secara kaffah, terkecuali jika kita ingin menempati neraka Jahannam maka jadilah hamba syaitan sang laknatullah.

 

Dan hal yang tidak kalah penting adalah jangan pernah sekalipun kita mengambil jalan pintas untuk mengakhiri hidup kita melalui jalan bunuh diri, terkecuali kita ingin tinggal di neraka. Untuk itu perhatikanlah hadits berikut ini: Jundub bin Abdullah ra, meriwayat-kan bahwa Rasulullah SAW bersabda: Dulu, ada seorang laki-laki menderita luka yang cukup parah sehingga dia putus asa. Lalu dia mengambil sebilah pisau dan memotong tangannya hingga dia meninggal. Allah berfirman: Hamba-Ku mempercepat pertemuannya dengan-Ku dengan cara dia sendiri (bunuh diri) maka Aku haramkan syurga baginya. (Hadits Riwayat Bukhari). Semoga kita tidak melakukan upaya bunuh diri karena resikonya sangat luar biasa yaitu neraka jahannam.

 

D.    CATATAN TENTANG NASIB BAIK DAN SIAL (CELAKA).

 

Catatan tentang Nasib Baik dan Sial (Celaka) adalah catatan ke empat yang dibuat oleh Malaikat atas perintah Allah SWT terhadap janin yang telah berusia 120 (seratus dua puluh) hari yang terdapat di dalam rahim seorang ibu. Catatan tentang Nasib Baik dan Sial (Celaka) bukanlah catatan tentang baik dan buruk atas nasib manusia sebab catatan ini dibuat sebelum ruh ditiupkan ke jasmani sehingga unsur manusia belum dapat terpenuhi.

 

Berdasarkan kondisi ini maka catatan tentang nasib baik dan sial (celaka) yang dibuat oleh Malaikat adalah catatan tentang kondisi awal nasib baik dan sial (celaka) dari janin atau kondisi awal jasmani sebelum ruh ditiupkan. Dan hal yang harus kita perhatikan adalah catatan ini bukanlah catatan nasib dari diri kita saat menjadi abd’ (hamba)-Nya yang juga khalifah-Nya di muka bumi sehingga kondisi ini bukanlah hal yang menentukan kemana kita akan pulang kampung.

 

Selanjutnya darimanakah catatan tentang nasib baik dan sial ini berasal atau mungkinkah Allah SWT yang memberikan?  Allah SWT dengan tegas menyatakan bahwa Allah SWT tidak akan pernah men-dzalimi manusia sedikitpun dan jika Allah SWT tidak pernah mendzalimi berarti kita sendiri yang mendzalimi diri sendiri atau karena ulah manusia itu sendiri atau akibat kesalahan diri kita sendiri. Sebagaimana dikemukakanNya dalam surat Yunus (10) ayat 44 berikut ini: “Sesungguhnya Allah tidak berbuat dzalim kepada manusia sedikitpun, akan tetapi manusia itulah yang berbuat dzalim kepada diri mereka sendiri.” dan juga berdasarkan surat An Nisaa’ (4) ayat 79 berikut ini: “Apa saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari Allah, dan apa saja bencana yang menimpamu, maka dari (kesalahan) dirimu sendiri. Kami mengutusmu menjadi Rasul kepada segenap manusia. Dan cukuplah Allah menjadi saksi.” Ingat, asal usul dari  janin berasal dari hasil pemenuhan syarat dan ketentuan kehalalan dan kethayiban (baik dan buruknya) makanan dan minuman yang dikonsumsi oleh orang tua kita serta cara mempertemukan sperma dan sel telur.

 

Katakan saat ini, malaikat telah mencatat apa yang disebut dengan catatan tentang nasib baik dan sial (celaka) atas janin yang ada di dalam rahim seorang ibu, atas dasar apakah catatan itu dibuat dan apa yang dimaksud dengan catatan dimaksud. 

 

1.    Baik dan Sial (Buruk atau Celaka) Asalnya Dari Bahan. Untuk membahas hal ini, kita kembali dahulu kepada cerita pembuatan kue yang enak dan lezat, dimana untuk mendapatkan kue yang enak dan lezat, dibutuhkan adanya bahan baku yang berkualitas baik; diperlukan adanya ukuran-ukuran tertentu dalam membuat adonan yang berasal dari bahan baku yang berkualitas; kualitas bahan baku tidak dapat berdiri sendiri akan tetapi berhubungan erat dengan ukuran-ukuran dalam membuat adonan. Kita tidak dapat hanya mengandalkan kualitas bahan baku semata dengan mengabaikan ukuran-ukuran ataupun besaran-besaran di dalam membuat adonan kue; bentuk kue yang enak dan lezat tergantung dari bentuk dan ukuran dari loyang kue yang kita sediakan serta pengaturan sistem pembuatan kue, seperti nyala api kompor (oven) yang tidak bisa dinyalakan secara penuh. Berdasarkan uraian di atas tidak dapat dibantah bahwa bahan yang berkualitas (ketentuan halal) yang memenuhi ukuran-ukuran ataupun takaran-takaran tertentu (ketentuan baik/thayyib) sangat mempengaruhi keberhasilan dalam membuat kue yang enak dan lezat.

 

Jika untuk mendapatkan kue yang enak dan lezat saja harus memenuhi syarat tertentu, sekarang bagaimana dengan janin? Hal yang samapun terjadi pada janin, dimana janin awalnya juga berasal dari bahan-bahan yang berasal dari saripati tanah yang di konsumsi oleh seorang ayah dan seorang ibu. Sehingga baik dan buruk dari kondisi janin yang dicatat oleh makaikat pasti berhubungan dengan seberapa halal dan seberapa baik (seberapa memenuhi ketentuan gizi) atas makanan dan minuman yang dikonsumsi seorang ayah dan seorang ibu sebagai penghasil sperma dan indung telur (ovum). Sebagaimana firmanNya berikut ini: “Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; karena sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu. (surat Al Baqarah (2) ayat 168) dan juga berdasarkan firmanNya berikut ini: “Maka makanlah yang halal lagi baik dari rezki yang telah diberikan Allah kepadamu; dan syukurilah nikmat Allah, jika kamu hanya kepadaNya saja menyembah.(surat An Nahl (16) ayat 114). “

 

Syaitan selaku musuh abadi diri kita tidak akan pernah berkenan jika kita mampu memenuhi ketentuan halal lagi baik (thayyib), membaca Basmallah dan doa sebelum mengkonsumsi makanan dan minuman serta berdoa saat mempertemukan sperma dengan ovum dengan cara yang baik (sesuai dengan syariat). Hal ini sebagaimana dikemukakan oleh Allah SWT dalam firmanNya:“Dan hasunglah siapa yang kamu sanggupi di antara mereka dengan ajakanmu, dan kerahkanlah terhadap mereka pasukan berkuda dan pasukanmu yang berjalan kaki dan berserikatlah dengan mereka pada harta dan anak-anak dan beri janjilah mereka. Dan tidak ada yang dijanjikan oleh syaitan kepada mereka melainkan tipuan belaka. (surat Al Israa’ (17) ayat 64). Sebagai abd’ (hamba)-Nya yang sekaligus khalifah-Nya yang juga orang tua, sadarkah anda dengan kondisi ini atau kondisi yang seperti apakah yang anda lakukan pada waktu mempertemukan sperma dengan sel telur?

 

2.     Baik artinya Bahagia. Catatan yang dibuat oleh Malaikat atas perintah Allah SWT terdiri dari 2(dua) ketentuan yaitu catatan tentang baik dan catatan tentang sial (celaka) atas kondisi  awal jasmani. Jika catatan yang dibuat oleh Malaikat adalah baik sesuai dengan ketentuan halal lagi baik serta dipertemukan dengan cara yang baik, apakah artinya? Ouput pasti berhubungan erat dengan proses serta input, jika input mempunyai kondisi awal berkualitas halal lagi baik serta diproses dengan cara yang baik (maksudnya dipertemukan di dalam rahim dengan cara yang sesuai syariat) maka output pasti mempunyai kualitas yang halal lagi baik pula.

 

Dan jika sekarang Malaikat memberikan penilaian baik kepada janin yang berusia 120 (seratus dua puluh) hari yang terdapat dalam rahim ibu, ini berarti bahwa janin tersebut mempunyai kondisi awal yang memenuhi kriteria halal lagi baik (thayyib) sehingga dapat dikatakan dengan bahagia, demikian pula sebaliknya. Sebagai-mana firmanNya berikut ini: “Sesungguhnya orang-orang yang banyak berbakti benar-benar berada dalam surga yang penuh kenikmatan. (surat Al Infithaar (82) ayat 13)” Lalu apakah dengan catatan yang seperti ini menunjukkan bahwa manusia itu akan bahagia selamanya? Catatan kondisi awal jasmani tidak berhubungan langsung dengan bahagia atau celakanya seorang manusia. Hal ini dikarenakan bahagianya manusia bukanlah diukur dari catatan awal jasmani melainkan dari ketaqwaan manusia itu sendiri kepada Allah SWT. Lalu, sudahkah kita bertaqwa?

 

3.  Buruk artinya Celaka. Adanya catatan baik yang dibuat oleh Malaikat, maka kebalikan atas catatan tersebut pasti ada, yaitu catatan sial (celaka). Kenapa timbul catatan sial (celaka) di dalam rahim ibu? Catatan ini timbul akibat manusia atau akibat ayah ibu yang tidak dapat memenuhi kriteria yang telah Allah SWT tetapkan terutama kriteria halal lagi baik (thayyib), membaca Basmallah dan doa sebelum makan dan minum serta kriteria mempertemukan sel telur dengan sperma. Hasil akhir dari pemenuhan sebuah kriteria pasti akan berbeda dengan yang tidak memenuhi kriteria.

 

Sekarang jika hasil akhirnya adalah berbeda, apakah penilaiannya akan sama? Jika memenuhi kriteria dan ketentuan baik maka itu berarti bahagia dan jika tidak memenuhi kriteria dan ketentuan sial maka itu berarti celaka atau tidak berbahagia. Sebagaimana dikemukakan oleh Allah SWT dalam firmanNya berikut ini: “Dan sesungguhnya orang-orang yang durhaka benar-benar berada dalam neraka.(surat Al Infithaar (82) ayat 14).” Dan juga berdasarkan firmanNya berikut ini: “Sesungguhnya orang-orang yang berdosa, adalah mereka yang menertawakan orang-orang yang beriman.(surat Al Muthaffifiin (83) ayat 29).” Serta berdasarkan firman Allah SWT sebagaimana berikut ini: “sekali-kali jangan curang, karena Sesungguhnya kitab orang yang durhaka tersimpan dalam sijjin[1562]. (surat Al Muthaffifiin (83) ayat 7)

 

[1562] Sijjin: nama kitab yang mencatat segala perbuatan orang-orang yang durhaka.

 

Sekali lagi kami kemukakan bahwa catatan tidak bahagia atau catatan sial bagi kondisi awal dari jasmani bukanlah catatan final atas diri kita, atau atas anak keturunan kita. Bahagia dan celakanya diri kita tidak bisa diukur dari kondisi awal jasmani melainkan seberapa jauh keimanan dan ketaqwaan diri kita kepada Allah SWT dan melalui kriteria inilah yang akan dipergunakan oleh Allah SWT untuk menilai diri kita, untuk menilai anak keturunan kita. 

 

Sekarang Malaikat atas perintah Allah SWT sudah memiliki empat buah catatan yang terdiri dari “Catatan Amal, Catatan Rezeki, Catatan Ajal, Catatan Nasib Baik dan Sial (Celaka)” atas setiap janin yang berusia 120 (seratus dua puluh) hari di dalam rahim seorang ibu, dan jika salah satu catatan yang dimiliki Malaikat itu adalah catatan dari janin diri kita atau catatan dari janin anak keturunan kita, selanjutnya apa yang harus kita lakukan? Jika itu adalah catatan janin diri kita atau itu adalah catatan janin atas anak kita yang merupakan adalah akibat dari perbuatan atau ibadah yang kita lakukan, sekarang  bagaimana kita harus menyikapinya?

 

Ingat bahwa catatan atas Amal, Rezeki, Ajal, Nasib Baik dan Sial (Celaka) dari kondisi awal jasmani bukanlah sebuah ketetapan mutlak  yang berlaku untuk diri kita secara keseluruhan sebab ruh pada saat catatan di buat belum ditiupkan (ruh belum dipersatukan dengan jasad). Sehingga catatan yang dibuat Malaikat adalah catatan mengenai kondisi awal jasmani yang kesemuanya sangat berhubungan erat dengan syarat dan ketentuan yang telah Allah SWT tetapkan tentang tata cara mengkonsumi makanan dan minuman serta tata cara mempertemukan sel telur dan sperma. Adanya kondisi ini menunjukkan kepada diri kita bahwa ruh dan Amanah yang 7 yang suci murni yang berasal dari Allah SWT dipersatukan dengan jasmani yang telah memiliki catatan khusus yang dibuat oleh kedua orang tua sehingga terkon-taminasilah ruh dan Amanah yang 7 yang berasal dari Allah SWT. 

 

Selanjutnya tingkat kontaminasi dari jasmani kepada ruh dan Amanah yang 7 sangat tergantung kepada pemeliharaan jasmani dan pemeliharaan ruh dan Amanah yang 7 itu sendiri. Semakin baik pemeliharaan jasmani (maksudnya dengan memberi makanan dan minuman yang halalan wa thayiban) serta melaksanakan Diinul Islam secara kaffah maka ruh dan Amanah yang 7 mampu sesuai dengan kondisi aslinya. Demikian pula sebaliknya, semakin buruk pemeliharaan jasmani (maksudnya memberi makanan dan minuman yang haram lagi buruk/khabits) serta tidak dilaksanakannya Diinul Islam secara kaffah akan berakibat ruh dan Amanah yang 7 menjadi semakin jauh dari kondisi aslinya yang pada akhirnya memudahkan ahwa (hawa nafsu) dan juga syaitan mengganggu diri kita. 

 

Hal yang harus kita pahami dengan benar adalah pemenuhan kriteria halal lagi baik (thayyib) serta dibacakannya Basmallah dan doa serta cara mempertemukan sel telur dengan sperma harus dilakukan dalam satu kesatuan yang tidak terpisahkan sehingga kesemuanya akan sangat memegang peranan penting di dalam menentukan Amal, Rezeki, Ajal, Nasib Baik dan Sial (celaka) dari janin yang ada di dalam rahim ibu. Jika inputnya adalah halal lagi baik (thayyib) serta diproses dengan cara yang baik (maksudnya mempertemukan sperma dengan sel telur yang sesuai dengan syariat) maka outputnya pasti halal lagi baik (thayyib). Dan jika inputnya haram lagi buruk (khabits) serta diproses tidak dengan cara yang baik pula maka outputnya pasti tidak halal dan tidak baik pula. Katakan janin tadi adalah janin diri kita dimana makanan dan minuman yang dikonsumsi oleh ayah dan ibu kita menjadi mata ataupun otak yang terkontaminasi makanan dan minuman yang haram lagi khabits harus bagaimanakah kita menyikapinya? Adanya informasi ataupun keadaan yang tidak memenuhi kriteria dan ketentuan harus disikapi dengan bijak sehingga kita harus tawakkal dengan melakukan tindakan yang ekstra hati-hati yang dilanjutkan dengan memperbaiki kesalahan dan kekurangan tersebut sehingga kita tidak menjadi celaka oleh sebab kesalahan dan kekurangan tersebut.


Ingat, kita tidak bisa menyalahkan orang tua karena perbuatannya kita menjadi seperti ini. Akan tetapi jika kita telah memahami kondisi ini maka mulai saat ini kita harus segera memperbaiki diri kita sendiri melalui makanan dan minuman yang kita konsumsi, melalui cara memperoleh penghasilan yang dilanjutkan dengan menunaikan hak Allah SWT melalui menunaikan zakat. Sehingga diri kita maupun anak keturunan kita tidak terkontaminasi lagi dengan sesuatu yang haram lagi buruk (khabits) serta mempertemukan sperma dan sel telur harus sesuai dengan syariat dan juga harus  melaksanakan Diinul Islam secara kaffah. Dan semoga anak keturunan kita mampu menjadi anak keturunan yang shaleh dan shalehah yang selalu mendoakan diri kita serta tidak menjadi fitnah bagi diri kita. Aamiin. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar