F.
BISAKAH
CATATAN-CATATAN ITU DIRUBAH.
Setiap manusia,
siapapun orangnya, selama ia masih terdiri dari jasmani dan ruhani adalah
manusia biasa yang berasal dari anak keturunan dari Nabi Adam as,. Dimana
setiap anak keturunan dari Nabi Adam as, akan terikat dengan aturan main, “datang fitrah, kembali harus fitrah untuk
dapat bertemu dengan Allah SWT di tempat yang fitrah sehingga mereka semua juga
harus menjalankan konsep Tahu Diri, Tahu Aturan Main dan Tahu Tujuan Akhir dan
tempat kembalinya (tujuan akhirnya) hanya ada dua pilihan yaitu Syurga atau
Neraka; Sebagai makhluk yang berdimensi dua (dwidimensi) maka ketahuilah
bahwa ruh setiap manusia berasal dari Allah SWT sehingga catatan tentang
kondisi dasar dari ruh diri kita, jika ada, tentunya ada pada Allah SWT dan
yang pasti adalah kondisi awal ruh sebelum dipersatukan dengan jasmani
kondisinya masih dalam keadaan fitrah.
Lalu bagaimana dengan
kondisi jasmani? Jasmani setiap manusia asalnya dari tanah (dari sari pati
tanah) sehingga kondisi dasar jasmani terikat dengan ketentuan halal lagi baik
(thayyib) atau haram lagi buruk (khabits) atau kombinasi dari keduanya. Adanya
perbedaan kualitas makanan dan minuman yang di konsumsi oleh seorang ayah dan
seorang ibu serta cara mempertemukan sel telur (ovum) dengan sperma tentu akan
memberikan dampak yang berbeda beda kepada catatan yang akan dibuat oleh
malaikat. Akhirnya ruh yang fitrah akan
menempati jasmani yang memenuhi kriteria halal lagi baik (thayyib) dan bisa
juga menempati jasmani yang memenuhi kriteri haram lagi buruk (khabits) dan kombinasi
lain dari keduanya.
Saat ini katakan, malaikat
atas perintah Allah SWT telah mencatat apa yang disebut dengan Catatan Amal,
Catatan Rezeki, Catatan Ajal dan Catatan Amal Baik dan Sial (Celaka) dari
setiap janin manusia yang berumur 120 (seratus dua puluh) hari di dalam rahim
seorang ibu. Dimana catatan yang dibuat oleh malaikat tersebut adalah: (1) Bukanlah catatan untuk ruh dan: (2) Bukan pula catatan yang berlaku bagi manusia
sebab catatan yang dibuat oleh malaikat dibuat sebelum ruh ditiupkan sehingga
konsep sebagai manusia belum dapat terpenuhi. Timbul pertanyaan dapat dirubahkah catatan
yang telah dibuat malaikat tersebut?
Untuk menjawab pertanyaan ini maka kita harus kembali dahulu ke cerita
awal pada waktu kita membuat kue yang enak dan lezat.
Adonan kue sepanjang
sudah masuk loyang tetapi belum di oven tentunya masih bisa dirubah sesuai
dengan keinginan kita atau kita dapat
merubah kembali struktur adonan kue tersebut. Akan tetapi jika adonan
kue yang sudah masuk loyang dan sudah pula di oven maka kue yang dihasilkan
tidak dapat dirubah. Demikian pula
dengan catatan yang dibuat oleh malaikat atas kondisi awal jasmani pada saat
berusia 120 (seratus dua puluh) hari di dalam rahim ibu tidak dapat dirubah
sebab hal itu merupakan saldo awal atau kondisi terakhir dari jasmani sebelum
ditiupkan ruh atau kondisi terakhir dari jasmani sebelum menjadi manusia. Yang kesemuanya sangat tergantung
dari asal usul bahan baku dari jasmani itu sendiri serta pemenuhan syarat dan
ketentuan makan dan minum serta syarat dan ketentuan mempertemukan sperma dan
sel telur oleh ayah dan ibu.
Dilain sisi, Allah
SWT telah memberikan perintah kepada setiap manusia, termasuk diri kita, untuk
selalu mengkonsumsi makanan dan minuman dengan kriteria halal lagi baik
(thayyib) serta dibacakan Basmallah dan Doa sebelum makan dan minum.
Berdasarkan kondisi ini maka akan terdapat beberapa alternatif makanan dan minuman
yang di konsumsi oleh seorang ayah dan seorang ibu, yaitu:
a. Makanan dan minuman yang memenuhi konsep halal tetapi
tidak menenuhi kon- sep baik (khabits) tetapi dibacakan Basmallah dan Doa.
b. Makanan dan minuman yang memenuhi konsep halal tetapi
tidak menenuhi konsep baik (khabits) tetapi tidak dibacakan Basmallah dan Doa.
c. Makakan dan minuman yang memenuhi konsep halal serta
memenuhi konsep baik (thayyib) serta dibacakan Basmallah dan Doa.
d. Makanan dan minuman yang memenuhi konsep halal serta
memenuhi konsep baik (thayyib) serta tidak dibacakan Basmallah dan Doa.
e. Makanan dan Minuman yang tidak memenuhi konsep halal (haram)
serta tidak memenuhi konsep baik (khabits) serta dibacakan Basmallah dan Doa.
f. Makanan dan minuman yang tidak memenuhi konsep halal (haram)
tetapi memenuhi konsep baik (thayyib) serta tidak dibacakan Basmallah dan Doa.
Sekarang alternatif
makanan dan minuman yang manakah yang kita konsumsi atau alternatif makanan dan
minuman yang manakah yang telah dikonsumsi oleh ayah dan ibu kita? Jika point c
yang terjadi tentunya penilaian akhir dari jasmani yang dilakukan oleh malaikat
pasti hasilnya sangat baik dan ini merupakan dambaan dari semua orang. Lalu bagaimana kalau
yang terjadi adalah point f yang kemudian dari itu semua menjadi mata, otak, tangan,
dan kaki kita atau anak kita? Yang pasti di dalam mata, di dalam otak, di dalam
kaki dan tangan kita sudah tercemar dengan bahan-bahan yang tidak halal atau
ada bagian yang haram dalam tubuh kita.
Timbul sebuah
pertanyaan apakah yang haram tadi tidak memberikan dampak kepada diri kita? Sesuatu yang haram tentunya akan berdampak
negatif di dalam diri kita yang pada akhirnya akan mempengaruhi sikap dan
tindak tanduk kita dan kondisi inilah yang sangat diharapkan oleh syaitan dan
melalui pintu inilah syaitan masuk mempengaruhi diri kita. Selanjutnya ada hal lainnya yang
harus kita perhatikan yaitu saat diri kita mempertemukan sel telur dengan sperma
apakah sudah memenuhi syariat yang telah ditentukan, dalam hal ini menikah
terlebih dahulu serta membaca doa sebelum mempertemukan sel telur dengan sperma?
Berdasarkan kondisi ini maka kita tidak bisa mengandalkan atau hanya berpedoman
kepada halal dan baik semata, akan tetapi saat mempertemukan sel telur dengan sperma
juga memegang peranan yang sangat penting di dalam regenerasi kekhalifahan yang
kita buat di muka bumi ini dikarenakan syaitanpun berkepentingan dengan hal
itu.
Sebagai abd’
(hamba)-Nya yang juga khalifah-Nya di muka bumi, kita tidak boleh khawatir
dengan catatan awal atas jasmani diri
kita yang bersifat buruk. Hal ini dikarenakan baik atau buruknya catatan awal
jasmani bukan berarti penghambaan diri kita dan juga kekhalifahan yang kita
laksanakan menjadi gagal yang mengakibatkan diri kita pulang ke neraka. Hal ini
dikarenakan penilaian Allah SWT kepada manusia bukanlah berdasarkan catatan
yang dibuat oleh Malaikat saat di dalam rahim ibu, melainkan catatan akhirlah
yang dipergunakan oleh Allah SWT untuk menilai manusia apakah berhasil atau
gagal menjadi abd’ (hamba) yang juga khalifah di muka bumi. Allah SWT
memiliki kriteria tersendiri di dalam menilai keberhasilan seseorang dan yang
pasti adalah penilaian manusia bukanlah dilihat dari penampilan phisiknya, atau
karena kekayaannya, atau karena keturunannnya, melainkan dari seberapa baik
nilai keimanan dan ketaqwaan seseorang kepada Allah SWT yang tercermin dalam
kebaikan.
Ada satu hal yang harus kita ketahui adalah bahwa catatan atas kondisi
awal jasmani yang telah dibuat oleh Malaikat tidak bisa dirubah lagi karena hal
ini sudah menjadi ketetapan Allah SWT kepada jasmani diri kita. Walaupun catatan ini tidak bisa dirubah, kita
tidak boleh berdiam diri saja dengan kondisi ini dengan menyalahkan orang tua.
Agar diri kita mampu menjadi abd’ (hamba)-Nya dan juga khalifah-Nya yang
sekaligus makhluk yang terhormat maka kita harus berbuat, bertindak yang
menjadikan catatan yang telah dibuat oleh Malaikat atas kondisi awal jasmani
tidak menjadi catatan akhir dari diri kita (maksudnya jangan sampai catatan
yang telah dibuat oleh malaikat menjadi catatan akhir dari kehidupan kita di
muka bumi dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1. Rubahlah Apa Yang Ada Pada Dirimu. Saldo awal (opening
balance) sangat dibutuhkan di dalam membuat laporan keuangan terutama membuat
neraca (balance sheet) awal. Saldo Awal dalam ilmu akuntansi akan selalu
mengikuti perkembangan dari laporan keuangan, akan tetapi saldo akhir dari
laporan keuangan tidak serta merta dipengaruhi terus menerus oleh saldo awal
karena laporan akhir sangat dipengaruhi oleh naik dan turunnya aktivitas (mutasi) usaha. Adanya kondisi ini maka
catatan saldo awal akan terus ada di dalam laporan keuangan, akan tetapi saldo
dari adanya aktivitas usaha baik yang mempengaruhi aktiva maupun pasiva dapat
mempengaruhi kondisi akhir laporan keuangan yang kita buat. Jika laporan
keuangan saja dipengaruhi oleh aktivitas usaha, maka apakah di dalam diri kita
juga tidak berlaku ketentuan seperti itu?
Jika
keadaan itu tidak berlaku dengan keadaan diri kita untuk apa Allah SWT
menurunkan firman-Nya yang terdapat di dalam surat Ar Ra’d (13) ayat 11 yang
dengan tegas menyatakan “Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya
bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah.
Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan suatu kaum sehingga mereka merobah
keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki
keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan
sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.” Adanya ketentuan yang berasal dari Allah SWT ini maka ketentuan yang
telah Allah SWT tetapkan melalui catatan yang dibuat oleh Malaikat tetap tidak
dapat dirubah akan tetapi kondisi akhir di dalam perjalanan waktu atas jasmani
dapat dirubah atau dapat diminimalisir keadaannya dari yang buruk menjadi lebih
baik melalui suatu proses yang terus menerus yang sesuai dengan kehendak Allah
SWT.
Jika saat ini kita mempunyai saldo kas & bank yang minus akibat
salah kelola dalam “Cash Management” kemudian dengan upaya meningkatkan
penagihan piutang yang lebih ketat maka saldo kas perusahaan akan dapat menjadi
positif kembali. Sekarang jika kita menyadari bahwa di dalam diri kita sesuai dengan
asumsi di atas, bahwa di dalam mata, otak, kaki dan tangan kita sudah tercemar dengan bahan-bahan yang tidak halal
atau ada bagian yang haram kemudian kita tetap memberikan makanan dan minuman
yang haram maka akan bertambah pula tingkat keharaman dari anggota tubuh kita. Selanjutnya jika kita memberikan makanan dan minuman yang halal lagi
baik (thayyib) untuk tubuh kita maka kondisi keharaman yang ada pasti akan
dipengaruhi oleh halal lagi baik (thayyib) dari makanan dan minuman yang baru
sehingga tingkat keharaman dimungkinkan tidak akan bertam-bah atau dapat
terjaga sehingga tidak menjadi melebar kemana mana.
Selain daripada itu,
masih ada hal lain yang harus kita rubah sebelum kita dirubah oleh ahwa (hawa
nafsu) dan syaitan. Untuk itu ketahuilah bahwa hanya melalui perubahan yang
kita laksanakan barulah sesuatu yang sudah menjadi ketetapan menjadi berubah. Contohnya, jika kita tahu bahwa pelit itu
tidak baik bagi kepentingan diri kita maka rubahlah sifat pelit dengan sifat
dermawan. Jika kita tahu bahwa bersikap hanya mementingkan diri sendiri sangat
disukai oleh syaitan namun dimurkai Allah SWT maka rubahlah sikap kita menjadi
peduli kepada sesama manusia tanpa melihat latar belakang.
Demikian seterusnya
dan jika ini kita lakukan secara konsisten dengan kesadaran penuh serta
ditambah dengan ibadah wajib lainnya maka kondisi awal catatan jasmani akan
dapat berubah menjadi laporan kondisi terakhir manusia yang memenuhi syarat
sebagai calon penghuni syurga. Sekarang semuanya tergantung kepada diri kita,
maukah merubah, atau maukah berkomitmen untuk membuat suatu perubahan dalam
diri karena hal inilah yang mampu menjadikan diri kita menjadi lebih baik dari
waktu ke waktu.
2. Nikmat Allah SWT Yang
Baik Tidak Akan Diambil. Allah SWT tidak
akan merubah sesuatu nikmat yang telah dianugerahkan-Nya kepada sesuatu kaum
hingga kaum itu merubah apa yang ada pada diri mereka sendiri. Hal ini
sebagaimana dikemukakan oleh Allah SWT melalui surat Al Anfaal (8) ayat
53 yang kami kemukakan berikut ini: “Yang demikian
(siksaan) itu adalah karena sesungguhnya Allah sekali-kali tidak akan merobah
sesuatu nikmat yang telah dianugerahkanNya kepada sesuatu kaum, hingga kaum itu
merubah apa yang ada pada diri mereka sendiri, dan sesungguhnya Allah Maha
Mendengar lagi Maha Mengetahui.” Ini berarti apa
yang Allah SWT kemukakan sama dengan konsep dasar ilmu akuntansi, yaitu jika
kita ingin merubah saldo negatif di dalam sebuah “Account Cash and Bank”,
selama kita tidak menambah ataupun merubah dengan memasukkan atau menambahkan
arus kas & bank yang positif maka saldo negatif tersebut tidak akan pernah
berubah.
Untuk merubah saldo
kas & bank menjadi positif salah satu langkah yang harus dilakukan adalah
dengan mengaktifkan bagian penagihan guna memperkecil piutang jatuh tempo
ataupun memperpendek jangka waktu pembayaran. Tanpa itu semua maka usaha untuk
menjadikan saldo kas & bank menjadi positif akan sulit tercapai. Jika di
dalam ilmu akuntansi saja menerapkan hal seperti itu, apakah hal yang serupa
tidak dapat diaplikasikan di dalam merubah catatan yang telah dibuat oleh malaikat?
Allah SWT pun telah memberikan kemudahan bagi kita jika kita mengalami hal yang
sama. Jika
kita sudah menyadari bahwa catatan yang telah dibuat Malaikat hasilnya tidak
memuaskan maka cara satu-satunya memperbaiki catatan dengan berbuat dan bertindak
sesuai yang disyariatkan oleh Allah SWT. Apakah yang disyariatkan Allah
SWT itu? Konsumsilah makanan dan minuman yang halal lagi baik (thayyib)
termasuk di dalamnya cara memperoleh penghasilan yang halal, selalu berbuat
kebaikan, perbanyak dzikir serta melakukan ibadah puasa yang sesuai dengan
kehendak Allah SWT dengan melaksanakan Diinul Islam secara kaffah.
Hal yang paling
menyedihkan adalah sudahlah catatan yang kita miliki jelek kualitasnya, lalu
yang kita lakukan tetap memakan makanan yang haram lagi buruk (khabits) ditambah
dengan cara untuk mendapatkannya juga haram dengan cara korupsi, mencuri,
merampok yang diikuti dengan perbuatan yang kita lakukan selalu memenuhi
koridor Nilai-Nilai Keburukan. Jangan
sampai diri kita melakukan hal ini sebab sesuatu yang buruk atau sesuatu yang
dikehendaki syaitan sampai kapanpun juga tetaplah buruk atau tidak akan
menghasilkan kebaikan. Ketahuilah bahwa yang buruk yang disukai oleh syaitan
tidak dapat menghantarkan diri kita pulang kampung ke syurga. Untuk itu jangan
pernah sekalipun melaksanakan apa-apa yang dikehendaki oleh syaitan sang laknatullah,
terkecuali jika kita ingin hidup bertetangga dengan syaitan di neraka kelak.
3. Cara Merubah Harus
Sesuai Dengan Yang Dikehendaki Allah SWT.
Untuk
merubah atau membuat sebuah laporan keuangan, maka kita wajib memenuhi
prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku atau memenuhi standart akuntansi
keuangan. Jika di dalam akuntansi saja berlaku ketentuan itu, maka Allah SWT
pun memberlakukan hal yang sama jika kita ingin merubah apa-apa yang telah ada
seperti catatan yang telah dibuat oleh Malaikat pada waktu jasad atau janin
berusia 120 (seratus dua puluh) hari di dalam rahim seorang Ibu. Untuk maksud
itu, penuhilah apa-apa yang telah diperintahkan oleh Allah SWT kepada umat-Nya
seperti makanlah oleh mu makakan yang halal lagi baik serta bacalah Basmallah
dan doa sebelum makan dan minum. Sebagaimana dikemukakan dalam firmanNya
berikut ini: “Allah menghapuskan apa yang Dia kehendaki dan menetapkan (apa yang Dia
kehendaki), dan di sisiNyalah terdapat Ummul Kitab (Lauh Mahfuzh). (surat
Ar Ra’d (13) ayat 39).”
Halal lagi baik (thayyib) serta membaca Basmallah
dan doa adalah sebuah ketentuan yang tidak bisa dipisahkan, kita tidak dapat
hanya berpedoman kepada halal saja dengan mengabaikan baik (thayyib) atau
dengan mengabaikan ketentuan ukuran dan takaran. Demikian pula kita tidak dapat
mengabaikan baik (thayyib) saja dengan mengabaikan kehalalan makanan dan minuman
yang dikonsumsi ataupun kita hanya berpedoman kepada membaca Basmallah dan doa
saja dengan mengabaikan ketentuan halal lagi baik (thayyib). Ini berarti untuk
merubah yang tidak baik atau yang haram ataupun yang minus harus menggunakan
cara yang baik atau menggunakan yang halal atau yang plus sebab jika yang haram
ditambah dengan yang haram maka tingkat keharaman akan menjadi bertambah. Demikian pula yang minus akan bertambah
minusnya jika kita terus ditambah dengan minus (maksudnya yang haram akan bertambah
haram jika ditambah dengan yang haram lagi). Hal lain yang dapat dilakukan oleh
kita untuk merubah catatan adalah dengan memperbanyak ibadah wajib dan sunnah
serta memperbanyak amal shaleh kepada sesama manusia.
4. Jangan Mensucikan
Jiwa Dengan Cara Kita Sendiri. Teori akuntansi mengajarkan kepada kita jika
kita ingin merubah saldo suatu account, harus melalui proses penyesuaian
(adjustment). Kita tidak dapat merubah saldo dengan seenaknya sendiri tanpa
mengikuti ketentuan yang telah berlaku. Demikian pula jika kita ingin merubah
catatan yang telah dibuat oleh malaikat yang merupakan saldo awal atas kondisi
jasmani kita maka kita tidak dapat merubah dengan cara-cara kita sendiri. Untuk
merubah catatan maka kita wajib mematuhi aturan main yang telah ditentukan oleh
pencipta dari janin itu sendiri. Sebagaimana firmanNya berikut ini: “Apakah kamu tidak memperhati-kan orang yang menganggap dirinya bersih?
Sebenarnya Allah membersihkan siapa yang dikehendaki-Nya dan mereka tidak
dianiaya sedikitpun. (surat An Nisaa’ (4) ayat 49). Selanjutnya apa yang
harus kita lakukan?
Jika kita menyadari bahwa
di dalam jasmani atau diri kita terdapat hal-hal yang tidak sesuai dengan
ketentuan atau kita merasa di dalam bagian anggota tubuh kita terkontaminasi
dengan barang atau sesuatu yang haram karena memang makanan yang kita konsumsi adalah
haram serta memperolehnya dengan cara yang haram maka lakukan perubahan dari
sesuatu yang haram ke sesuatu yang halal lalu perbanyaklah saldo halal atau
perbanyak lah berbuat baik kepada sesama sesuai dengan syariat yang berlaku.
5. Mensucikan Jiwa Dari
Yang Kotor. Kembali
kepada teori Akuntansi, jika kita ingin merubah saldo negatif atau saldo minus
maka kita harus menambah dengan saldo positif sehingga hasil akhirnya akan
merubah saldo minus tadi. Sekarang jika saldo negatif atau saldo minus yang kita
punya ditambah dengan saldo minus yang baru akibat dari perbuatan kita sendiri,
apa yang terjadi? Tidak ada kamusnya
dan mustahil di akal jika saldo minus ditambah dengan saldo minus hasilnya
adalah saldo positif sebab hal
ini sudah menjadi ketetapan Allah SWT.
Adanya kondisi ini maka jika kita ingin merubah suatu keadaan yang
tidak baik atau tidak sesuai dengan ketentuan yang Allah SWT tentukan maka kita
harus merubahnya dengan cara-cara yang baik sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.
Untuk itu Allah SWT melalui Nabi Muhammad SAW sudah memberikan ketentuan kepada
kita untuk selalu mengkonsumsi makanan dan minuman dengan kriteria halal lagi
baik (thayyib) serta membaca Basmallah dan doa sebelum makan dan minum serta
memberikan tuntunan sebelum mempertemukan sel telur dengan sperma maka
lakukanlah hal itu tanpa ada bantahan dan sanggahan sedikitpun karena hasil
akhir dari itu semua kita sendiri yang akan menikmatinya.
Sebagai abd’ (hamba)
yang juga khalifah di muka bumi, hal yang harus kita perhatikan adalah pilihan
untuk menempuh jalan menuju kebaikan atau jalan menuju kefasikan adalah
keputusan diri kita sendiri. Sebagaimana dikemukakan dalam surat Asy Syams (91)
ayat 7-8-9-10 berikut ini: “Dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya).Maka Allah mengilhamkan
kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya. Sesungguhnya beruntunglah
orang yang mensucikan jiwa itu, Dan sesungguhnya merugilah orang-orang yang
mengotorinya.” Allah
SWT hanya menentukan ini yang baik dan itu yang buruk, sekarang tergantung diri
kita mau memilih yang mana.
Adanya kondisi ini Allah
SWT bersikap netral, sangat demokratis, sehingga kita bisa bebas memilih mau
kemana kita. Mau menjadi pecundang silahkan. Mau menjadi pemenang silahkan. Mau
pulang ke neraka silahkan. Mau pulang ke syurga silahkan. Dan yang pasti Allah
SWT tidak akan pernah rugi dengan pilihan kita dan segala resiko harus siap
kita tanggung sendiri.
6. Tidak Ada Yang Dapat Mensucikan Kecuali Allah SWT. Sebuah laporan keuangan
jika telah dibuat dan telah pula mendapatkan pernyataan dari kantor akuntan
publik maka ketentuan itu akan tetap melekat kepada laporan keuangan tersebut.
Jika sekarang laporan keuangan tadi ingin diperbaiki akibat adanya kesalahan,
dapatkah kita sendiri yang memperbaikinya? Kita tidak dapat memperbaiki laporan
keuangan yang telah dibuat kantor akuntan publik sebab kita tidak memiliki
wewenang untuk memperbaiki laporan keuangan yang telah memiliki pernyataan dari
kantor akuntan publik sebab yang mempunyai wewenang untuk merubah adalah kantor
akuntan publik itu sendiri.
Sekarang bagaimana
dengan jasmani kita atau jasmani anak kita yang telah memiliki catatan
tertentu, selanjutnya jika catatan tadi ingin dirubah siapakah yang mampu dan
siapakah yang dapat merubahnya? Apakah kita atau orang tua kita atau malaikat
yang dapat merubah laporan tadi? Catatan yang di buat oleh malaikat tidak dapat
dirubah oleh diri kita selaku orang tua dengan seenaknya karena catatan itu
sudah menjadi saldo awal. Sekarang bagaimana dengan malaikat, dapatkah malaikat
merubah-merubah catatan? Malaikat sebagai makhluk yang taat dan patuh kepada
perintah Allah SWT tidak akan mungkin melanggar perintah Allah SWT.
Lalu siapakah yang
memiliki kewenangan? Kewenangan untuk merubah dalam hal ini perubahan setelah saldo awal yang
memiliki catatan buruk menjadi laporan akhir yang baik, hanya dimiliki oleh
Allah SWT sebagaimana firmanNya berikut ini:“Apakah (kamu
hendak merobah nasib) orang-orang yang telah pasti ketentuan azab atasnya?
Apakah kamu akan menyelamatkan orang yang berada di dalam api neraka? (surat Az
Zumar (39) ayat 19). Jika hanya Allah SWT saja yang mempunyai kewenangan atas satatan
yang dibuat oleh Malaikat apa yang harus kita lakukan?
Untuk itu penuhi
syarat dan ketentuan yang telah Allah SWT tetapkan yaitu dengan cara selalu
menambah saldo amal shaleh dari waktu ke waktu sehingga saldo negatif yang kita
miliki berubah menjadi saldo positif lalu pelihara terus hal ini dengan
senantiasa di dalam koridor keimanan kepada Allah SWT atau di dalam koridor
melaksanakan Diinul Islam secara kaffah, atau dapat juga melalui keshalehan
diri yang tercermin dalam keshalehan sosial sebanyak banyaknya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar