A. ALLAH SWT ADALAH MAHA PENCIPTA DAN JUGA MAHA MEMILIKI.
Hal yang pertama yang harus kita jadikan keimanan adalah bahwa Allah SWT
adalah Maha Pencipta dan juga Maha Memiliki dalam satu kesatuan. Lalu apa yang
diciptakan oleh Allah SWT dan apa yang dimiliki oleh Allah SWT. Sekarang mari
kita pelajari keduanya, sebagaimana berikut ini:
1. Allah
SWT Adalah Pencipta dan Pemilik dari Alam Semesta.Untuk dapat
menciptakan sesuatu, atau untuk bisa melakukan sesuatu karya nyata maka
kita diharuskan memiliki 3(tiga) hal terlebih dahulu yaitu adanya kehendak,
adanya kemampuan dan adanya ilmu secara berbarengan dan juga sama-sama tinggi
kualitasnya. Apa maksudnya? Hal ini dikarenakan jika kita hanya memiliki
ilmu saja tanpa dibarengi dengan kehendak dan kemampuan, yang ada hanyalah
konsep semata. Jika yang ada hanyalah kemampuan saja tanpa dibarengi dengan
kehendak dan ilmu maka yang ada hanyalah omong kosong. Sedangkan jika yang ada
hanyalah kehendak saja tanpa dibarengi dengan ilmu dan kemampuan maka yang ada
hanyalah angan-angan belaka. Sedangkan saat ini langit, bumi, matahari,
bulan, bintang, udara, air, hewan, tumbuhan, jin, setan, malaikat, ada dihadapan
diri kita. Timbul pertanyaan, wajibkah pencipta dari itu semua memiliki ilmu,
memiliki kehendak, dan memiliki kemampuan yang sangat hebat? Akal sehat manusia
(dalil aqli) akan mengatakan bahwa pencipta langit, bumi, udara, air, hewan,
tumbuhanm jin, syaitan, malaikat dan juga manusia pasti memiliki ilmu, pasti
memiliki kehendak (iradat) dan pasti memiliki kemampuan (qudrat) dalam satu
kesatuan yang hebat. Sehingga mustahil di akal jika ciptaan mendahului
penciptanya.
Sekarang siapakah
pencipta yang memiliki ilmu, kehendak dan kemampuan yang begitu hebat sehingga
mampu menciptakan segala sesuatu yang kami kemukakan di atas? Berdasarkan surat
Fushshilat (41) ayat 11-12 berikut ini: “kemudian Dia
menuju kepada penciptaan langit dan langit itu masih merupakan asap, lalu Dia
berkata kepadanya dan kepada bumi: "Datanglah kamu keduanya menurut
perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa". keduanya menjawab: "Kami
datang dengan suka hati". Maka Dia menjadikannya tujuh langit dalam dua
masa. Dia mewahyukan pada tiap-tiap langit urusannya. dan Kami hiasi langit
yang dekat dengan bintang-bintang yang cemerlang dan Kami memeliharanya dengan
sebaik-baiknya. Demikianlah ketentuan yang Maha Perkasa lagi Maha
mengetahui.” serta berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Ath Thirmidzi yang kami
kemukakan berikut ini: Sabda Nabi
Muhammad SAW: “Ketika Allah menciptakan bumi terjadilah goncangan dan
getaran-getaran, maka Allah ciptakan gunung-gunung hingga bumi menjadi tenang
dan tetap. Malaikat kagum atas kehebatan gunung-gunung itu, mereka bertanya:
“Tuhan kami, adakah Engkau ciptakan satu ciptaan yang lebih hebat dari
gunung-gunung itu?” Firman Allah: “Ada yaitu Besi”. Adakah yang lebih hebat
dari Besi? “ Ada Api” Adakah yang lebih hebat dari Api? Ada! Yaitu Air, yang
lebih hebat dari semua itu ialah Anak Adam yang bersedekah tangan kanannya lalu
sembunyikan dari tangan kirinya. (Hadits
Riwayat Aththirmidzi). Dan
juga berdasarkan ketentuan surat As Sajdah (32) ayat 4 yang kami kemukakan
berikut ini: “Allah lah yang menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara
keduanya dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas 'Arsy[1188]. tidak
ada bagi kamu selain dari padanya seorang penolongpun dan tidak (pula) seorang
pemberi syafa'at[1189]. Maka Apakah kamu tidak memperhatikan?.”
[1188]
Bersemayam di atas 'Arsy ialah satu sifat Allah yang wajib kita imani, sesuai
dengan kebesaran Allah dsan kesucian-Nya.
[1189]
Syafa'at: usaha perantaraan dalam memberikan sesuatu manfaat bagi orang lain
atau mengelakkan sesuatu mudharat bagi orang lain. syafa'at yang tidak diterima
di sisi Allah adalah syafa'at bagi orang-orang kafir.
Berdasarkan ketentuan ayat dan hadits di atas,
diketahui bahwa yang memiliki ilmu, yang memiliki kehendak dan yang memiliki
kemampuan yang sangat hebat secara berbarengan sehingga mampu menciptakan
langit dan bumi beserta isinya hanyalah Allah SWT semata. Sekarang jika
Allah SWT adalah pencipta dari langit dan bumi beserta isinya berarti yang paling ahli, yang paling tahu, yang paling
mengerti, yang memiliki konsep tentang langit dan bumi, yang paling paham
tentang itu semua adalah pencipta dari itu semua, dalam hal ini adalah Allah
SWT. Lalu dapatkah keberadaan langit dan bumi beserta isinya termasuk di dalamnya
jin, iblis, syaitan dan malaikat, dipisahkan begitu saja dengan ilmu, kehendak
dan kemampuan dari Allah SWT? Langit, dan bumi beserta isinya, jin, iblis,
syaitan dan malaikat sebagai ciptaan Allah SWT maka ia tidak akan mungkin dapat
dipisahkan dengan ilmu, kehendak dan kemampuan Allah SWT sampai kapanpun juga.
Sehingga keberadaan langit dan bumi,
syaitan, jin, iblis dan juga malaikat bukanlah sesuatu yang bersifat insidentil
namun sudah ada di dalam ilmu Allah SWT.
Lalu, apakah langit dan bumi yang ada saat ini, hanya sekedar ciptaan Allah
SWT belaka, atau adakah hal-hal lainnya selain daripada itu? Di dalam setiap
ciptaan yang diciptakan oleh Allah SWT ketahuilah bahwa disana terdapat 2(dua)
dimensi lainnya yang terdapat di balik ciptaan yang diciptakan oleh Allah SWT,
yaitu:
a. Dimensi yang pertama adalah segala apa-apa yang diciptakan oleh Allah
SWT merupakan Tanda-Tanda dari Kebesaran
dan Kemahaan Allah SWT itu sendiri. Apa dasarnya? Adanya ciptaan merupakan
bukti dari adanya kehendak, kemampuan dan ilmu Allah SWT yang sangat maha dan
dengan kemahaan itulah diciptakanlah langit dan bumi beserta isinya, atau
dengan kata lain ciptaan yang diciptakan oleh Allah SWT merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dari kehendak, kemampuan dan ilmu Allah SWT yang sudah
dituangkan ke alam semesta, sedangkan yang masih ada pada Allah SWT tidak akan
pernah berkurang sedikitpun karena Allah SWT Maha dan akan Maha selamanya.
b. Dimensi yang kedua adalah dibalik setiap ciptaan yang diciptakan oleh Allah
SWT, apakah itu langit dan bumi, apakah itu manusia, apakah itu jin, malaikat,
syaitan, tumbuhan, air, udara, disana ada Allah SWT sehingga Allah SWT
tersembunyi di balik keberadaan ciptaanNya sehingga dengan adanya kondisi ini
maka setiap ciptaan tidak akan bisa melepaskan diri dari kebesaran dan kemahaan
Allah SWT, atau dengan kata lain Allah SWT akan selalu menyertai segala apa-apa
yang telah diciptakanNya.
Adanya 2 (dua) buah ketentuan di atas ini, menunjukkan bahwa Allah SWT
selaku pencipta langit dan bumi beserta isianya berarti hanya Allah SWT sajalah
yang paling ahli, yang paling paham serta yang paling mengerti tentang apa apa
yang telah diciptakanNya sehingga jika kita ingin belajar tentang ciptaanNya
maka kita harus belajar langsung kepada penciptaNya.
Dan jika saat ini kita sedang melaksanakan tugas sebagai abd’ (hamba)-Nya
yang sekaligus juga adalah khalifah-Nya di muka bumi, sudah sejauh manakah kita
melihat dan menilai atas apa-apa yang telah diciptakan oleh Allah SWT :
1. Jika kita hanya mampu melihat dan menilai bahwa apa-apa yang ada di
langit dan muka bumi ini sebatas ciptaan Allah SWT tanpa bisa melihat
Tanda-Tanda Kebesaran dan Kemahaan Allah SWT dan juga tidak bisa mengimani dan
meyakini bahwa dibalik ciptaan ada Allah SWT berarti diri kita baru masuk dalam
kriteria tahap pertama yaitu baru masuk tahap mengenal atau baru kenal dengan Allah
SWT.
2. Jika kita sudah mampu melihat dan menilai bahwa setiap ciptaan yang
diciptakan oleh Allah SWT merupakan Tanda-Tanda dari Kebesaran dan Kemahaan Allah
SWT yang tidak lain merupakan bukti dari adanya Kehendak, Kemampuan dan Ilmu Allah
SWT yang berarti diri kita telah
meningkat ke tahap yang ke dua yaitu tahap mengerti tentang Allah SWT, atau
mampu merasakan kebenaran akan Allah SWT adalah pencipta.
3. Jika kita sudah dapat melihat dan menilai bahwa di setiap ciptaan yang
diciptakan oleh Allah SWT disana ada Allah SWT yang akan selalu menyertai
segala yang diciptakan-Nya dan lalu kita berusaha memperoleh Kebesaran dan
Kemahaan Allah SWT berarti diri kita telah meningkat ke tahap yang ke tiga
yaitu meyakini bahwa Allah SWT pencipta yang akan selalu bersama ciptaan-Nya
sehingga cipataan-Nya tidak bisa melepaskan diri dari keberadaan Allah SWT.
Timbul pertanyaan, sudahkah kita beriman kepada Allah SWT selaku Dzat
Yang Maha Menciptakan sehingga Allah SWT tidak bisa dipisahkan dengan apa apa
yang diciptakan-Nya, demikian sebaliknya disetiap ciptaan akan selalu diliputi
dengan kemahaan dan kebesaran-Nya? Semoga
kita termasuk orang orang yang telah mampu mengimani hanya Allah SWT sajalah
yang mampu menciptakan alam semesta ini selama hayat masih di kandung badan.
Sekarang siapakah yang memiliki langit dan
bumi beserta isinya? Jika kita mengacu kepada keberadaan pencipta, yang harus
ada terlebih dahulu sebelum ciptaannya diciptakan, maka pencipta dari ciptaan
dapat dipastikan adalah pemilik dari ciptaan itu sendiri, dalam hal ini adalah
Allah SWT. Buktinya ada pada surat An
Nuur (24) ayat 64 berikut ini; “ketahuilah Sesungguhnya kepunyaan Allahlah apa yang di langit dan di
bumi. Sesungguhnya Dia mengetahui Keadaan yang kamu berada di dalamnya
(sekarang). dan (mengetahui pula) hati (manusia) dikembalikan kepada-Nya, lalu
diterangkan-Nya kepada mereka apa yang telah mereka kerjakan. dan Allah Maha
mengehui segala sesuatu.” Dan juga pada surat Ibrahim (14) ayat 2 yang kami
kemukakan berikut ini: “Allah-lah yang memiliki segala
apa yang di langit dan di bumi. dan kecelakaanlah bagi orang-orang kafir karena
siksaan yang sangat pedih.” Serta dikemukakan pula dalam surat Al Hadiid (57) ayat 2 yang kami
kemukakan berikut ini: “kepunyaan-Nyalah
kerajaan langit dan bumi, Dia menghidupkan dan mematikan, dan Dia Maha Kuasa
atas segala sesuatu.” Berdasarkan
ketentuan 3 (tiga) buah ayat di atas ini menunjukkan bahwa Allah SWT adalah
pemilik dari langit dan bumi beserta isinya dan yang berarti Allah SWT adalah
penguasa atau penentu dari apa apa yang dimilikinya.
Dan jika sekarang Allah SWT adalah pencipta
dan juga pemilik dari langit dan bumi beserta segala isinya, timbul pertanyaan,
undang-undang siapakah, hukum siapakah, peraturan siapakah, ketentuan siapakah,
yang wajib berlaku di langit dan di bumi ini? Akal sehat manusia akan
menyatakan bahwa untuk menunjukkan bahwa Allah SWT adalah penguasa maka segala
bentuk undang-undang, segala bentuk hukum, segala bentuk peraturan, dan juga
segala bentu ketentuan yang wajib berlaku di langit dan di bumi adalah
undang-undang Allah SWT, hukum Allah
SWT, peraturan Allah SWT serta ketentuan Allah SWT selaku pencipta dan pemilik
langit dan bumi ditambah Allah SWT juga paling mengetahui segala apa yang
diciptakan dan yang dimilikinya.
Lalu dimanakah undang undang, hukum,
peraturan, ketentuan Allah SWT saat ini? Undang undang, hukum, peraturan,
ketentuan Allah SWT saat ini telah menjadi AlQuran sehingga AlQuran itulah yang
sekarang menjadi kumpulan dari undang undang, hukum, peraturan dan ketentuan
yang berlaku di langit dan di muka bumi ini. Sekarang, sudahkah hal ini
kita sadari! Sudahkah hal ini kita pahami dengan sebaik mungkin sesuai dengan
kehendak Allah SWT dan selanjutnya sebagai abd’ (hamba)-Nya yang sekaligus
khalifah-Nya yang sedang menumpang di langit dan di bumi Allah SWT sudahkah
kita mengimaninya, mempelajarinya, memahaminya, menghayatinya dan juga melaksana-kannya serta mengajarkan segala
ketentuan Allah SWT sebaik mungkin kepada sesama manusia.
Sebagai abd’ (hamba)-Nya yang juga sekaligus
khalifah-Nya di muka bumi, kita tidak bisa membuat aturan main untuk diri kita
sendiri karena langit dan bumi tempat kita tinggal bukan kita yang menciptakan
dan bukan pula kita yang memilikinya. Adanya kondisi ini menunjukkan kepada
diri kita bahwa tamu atau orang yang menumpang di langit dan di bumi Allah SWT,
tidak bisa merangkap sebagai pembuat undang-undang, pembuat aturan, pembuat
hukum, dan juga sebagai penilai atau sebagai wasit bagi dirinya sendiri ataupun
penilai bagi sesama tamu atau sesama yang menumpang karena yang berhak
menentukan itu semua adalah Allah SWT selaku pencipta dan pemilik dari alam
semesta ini. Untuk itu kita tidak bisa berbuat sekehendak hati kita di muka
bumi ini karena antara diri kita dengan sesama manusia dan juga langit dan bumi
sama-sama diciptakan oleh Allah SWT.
2. Allah
SWT adalah Pencipta dan Pemilik dari Keberadaan Manusia di muka bumi. Sekarang bagaimana dengan keberadaan manusia
yang ada di muka bumi, atau bagaimana dengan keberadaan diri kita yang saat ini
ada di muka bumi, apakah ada dengan sendirinya, ataukah ada karena ada yang
mengadakan? Jika kita berpedoman bahwa sesuatu ada karena ada yang mengadakan
(ada yang menciptakan) berarti seluruh manusia yang ada di muka bumi, ada pasti
ada yang mengadakan dan juga berarti yang mengadakan, atau yang menciptakan
manusia di muka bumi wajib memiliki ilmu, wajib memiliki kehendak dan wajib
pula memiliki kemampuan yang sangat hebat dalam satu kesatuan. Lalu untuk
apakah Allah SWT menciptakan manusia di muka bumi? Allah SWT berkehendak kepada
setiap manusia, termasuk kepada diri kita, yang ada di muka bumi ini untuk
menjadi makhluk yang memiliki peran “dwifungsi”, yaitu mampu menjadi
abd’ (hamba)-Nya dan juga mampu menjadi khalifah-Nya di muka bumi.
Selanjutnya untuk lebih
memperjelas kedudukan manusia sebagai abd’ (hamba)-Nya yang juga khalifah-Nya
di muka bumi, perkenankan kami memberikan sebuah ilustrasi berikut ini: Menjadi
seorang abd’ (hamba)-Nya yang juga adalah seorang khalifah-Nya di muka bumi
dapat kami ibaratkan diri kita adalah seorang duta besar dari negeri ini untuk
negara sahabat tertentu. Sebagai seorang duta besar maka kita wajib memiliki
ilmu serta mampu memahami kondisi dari negara yang mengutus diri kita untuk
menjadi duta besar di negara tertentu, seperti budayanya, ekonominya, sejarahnya,
bahasanya, keberagaman suku dari penduduknya serta mampu pula menampilkan
budaya negeri ini di negara yang ia menjadi duta besarnya. Sehingga dengan
adanya keduataan besar negara ini maka
negara lain mampu mengetahui dan memahami tentang negeri ini dari duta besarnya
sendiri.
Sebagai seorang duta
besar dari negeri ini ketahuilah bahwa dalam diri duta besar akan melekat dua
hal, yaitu yang pertama, sebagai abdi negara yang harus menunjukkan
sebagai patriot bangsa sehingga kedaulatan bangsa ini bisa dihargai oleh
negara-negara lain dan siap melaporkan segala sesuatu yang terjadi sehingga
negara siap membantu duta besarnya jika mengalami hambatan dan gangguan dalam
hubungan diplomatik. Dan yang kedua, pada setiap diri duta besar secara
otomatis adalah utusan bagi negara ini untuk memperjuangkan kepentingan negara
di negara lain yaitu di tempat tugasnya sehingga negara ini tidak dilecehkan
dalam kancah international serta terciptalah perdamaian dunia oleh sebab
keberadaan kedutaan besar dan juga mampu menunjukkan nilai nilai kebangsaan
dari negara ini kepada bangsa bangsa lainnya melalui budaya.
Sekarang bisakah
kondisi manusia yang telah dijadikan sebagai abd’ (hamba)-Nya dan yang juga
sebagai khalifah-Nya di muka bumi dianalogikan dengan mempergunakan konsep di
atas? Konsep di atas juga bisa diaplikasikan kepada diri kita sehingga setiap
manusia, laki laki ataupun perempuan, tidak lain adalah duta besar duta besar
Allah SWT di muka bumi yang mengemban tugas sebagai abd’ (hamba)-Nya dan juga
bertugas sebagai khalifah-Nya di muka bumi ini. Sebagai abd’ (hamba)-Nya maka
kita wajib mengabdikan diri kepada Allah SWT selaku Tuhan bagi seluruh alam.
Adanya pengabdian kepada Allah SWT akan menjadikan diri kita pasif, tunduk dan
patuh kepada apa apa yang dikehendaki Allah SWT. Sedangkan sebagai khalifah-Nya
di muka bumi berarti kita adalah perpanjangan tangan Allah SWT di muka bumi
dengan catatan kita tetap menjadi abd’ (hamba)-Nya yang taat dan patuh kepada
Allah SWT walaupun bertugas sebagai khalifah-Nya di muka bumi.
Dan melalui tugas
kekhalifahan di muka bumi ini maka terpeliharalah, terjagalah segala apa apa
yang diciptakan oleh Allah SWT dari kerusakan, kepunahan, pencemaran dan lain
sebagainya. Selain daripada itu melalui
konsep kekhalifahan di muka bumi ini maka setiap manusia wajib aktif di dalam
menampilkan penampilan penampilan Allah SWT (menampilkan perilaku yang sesuai
dengan konsep asmaul husna) saat diri kita hidup di dunia ini dan untuk
menjalankan segala apa apa yang dihekendaki Allah SWT serta wajib mempelajari,
memahami, mengajarkan, menyebarluaskan ilmu tentang Allah SWT sehingga melalui
aktivitas mengajar banyak orang yang memiliki ilmu mengenal Allah SWT
(ma’rifatullah) secara berkesinambungan.
Adanya
konsep dwifungsi manusia yaitu sebagai abd’ (hamba)-Nya dan juga sebagai
khalifah-Nya di muka bumi maka derajat laki-laki dan perempuan bukan terletak
pada diri mereka sendiri, tidak didasarkan jenis kelamin, melainkan dilihat
dari segi kepasrahan dan kepatuhan serta derajat pengabdiannya kepada Allah SWT
serta peran aktifnya di dalam melaksanakan fungsi kekhalifahan yang ada di muka
bumi. Selanjutnya untuk
menunjukkan, untuk memperlihatkan perilaku diri kita yang mencerminkan perilaku
dan perbuatan Allah SWT yang kita wakilkan sehingga tindak tanduk diri kita
sesuai dengan perbuatan Allah SWT yang termaktub dalam konsep asmaul husna saat
diri kita menjadi abd’ (hamba)-Nya dan yang juga menjadi khalifah-Nya di muka bumi. Apa maksudnya? Sekarang jika
yang mengutus diri kita adalah Allah SWT yang memiliki perbuatan Yang Maha
Pengasih dan Yang Maha Penyayang, berarti saat diri kita menjadi abd’
(hamba)-Nya dan yang juga khalifah-Nya di muka bumi maka kita harus bisa
memperlihatkan, harus bisa menunjukkan, dan harus bisa membuktikan dalam
perilaku diri kita yang sesuai dengan perbuatan Allah SWT Yang Maha Pengasih
dan Maha Penyayang.
Jika sampai apa yang
kami kemukakan di atas belum bisa kita laksanakan berarti diri kita belum sesuai
dengan apa yang dikehendaki oleh Allah SWT, yaitu sebagai seorang abd’
(hamba)-Nya dan seorang khalifah-Nya yang sesuai dengan konsep awal penciptaan
manusia. Hal yang samapun berlaku jika kita menjadi wakil (perpanjangan tangan)
Allah SWT yang memiliki perbuatan Maha Permberi Petunjuk, maka kitapun harus
pula memberikan petunjuk kepada yang membutuhkan petunjuk dari diri kita
sehingga dengan adanya petunjuk dari diri kita maka terbantulah masyarakat
luas. Demikian seterusnya, sesuai dengan nama-nama Allah SWT yang indah lagi
baik. Selanjutnya jika Allah SWT adalah pencipta dari seluruh manusia yang
telah dijadikannya sebagai hamba-Nya dan juga sebagai khalifah-Nya di muka bumi
maka hanya Allah SWT sajalah yang paling ahli, hanya Allah SWT yang paling
mengetahui, hanya Allah SWT sajalah yang paling paham tentang segala urusan
manusia yang ada di muka bumi, termasuk di dalamnya yang paling tahu, yang
paling mengerti tentang diri kita dan anak keturunan kita, tentang musuh kita
apakah itu ahwa (hawa nafsu) dan juga syaitan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar