Label

MEMANUSIAKAN MANUSIA: INILAH JATIDIRI MANUSIA YANG SESUNGGUHNYA (79) SETAN HARUS JADI PECUNDANG: DIRI PEMENANG (68) SEBUAH PENGALAMAN PRIBADI MENGAJAR KETAUHIDAN DI LAPAS CIPINANG (65) INILAH ALQURAN YANG SESUNGGUHNYA (60) ROUTE TO 1.6.799 JALAN MENUJU MAKRIFATULLAH (59) MUTIARA-MUTIARA KEHIDUPAN: JALAN MENUJU KERIDHAAN ALLAH SWT (54) PUASA SEBAGAI KEBUTUHAN ORANG BERIMAN (50) ENERGI UNTUK MEMOTIVASI DIRI & MENJAGA KEFITRAHAN JIWA (44) RUMUS KEHIDUPAN: TAHU DIRI TAHU ATURAN MAIN DAN TAHU TUJUAN AKHIR (38) TAUHID ILMU YANG WAJIB KITA MILIKI (36) THE ART OF DYING: DATANG FITRAH KEMBALI FITRAH (33) JIWA YANG TENANG LAGI BAHAGIA (27) BUKU PANDUAN UMROH (26) SHALAT ADALAH KEBUTUHAN DIRI (25) HAJI DAN UMROH : JADIKAN DIRI TAMU YANG SUDAH DINANTIKAN KEDATANGANNYA OLEH TUAN RUMAH (24) IKHSAN: INILAH CERMINAN DIRI KITA (24) RUKUN IMAN ADALAH PONDASI DASAR DIINUL ISLAM (23) ZAKAT ADALAH HAK ALLAH SWT YANG HARUS DITUNAIKAN (20) KUMPULAN NASEHAT UNTUK KEHIDUPAN YANG LEBIH BAIK (19) MUTIARA HIKMAH DARI GENERASI TABI'IN DAN TABI'UT TABIIN (18) INSPRIRASI KESEHATAN DIRI (15) SYAHADAT SEBAGAI SEBUAH PERNYATAAN SIKAP (14) DIINUL ISLAM ADALAH AGAMA FITRAH (13) KUMPULAN DOA-DOA (10) BEBERAPA MUKJIZAT RASULULLAH SAW (5) DOSA DAN JUGA KEJAHATAN (5) DZIKIR UNTUK KEBAIKAN DIRI (4) INSPIRASI DARI PARA SAHABAT NABI (4) INILAH IBADAH YANG DISUKAI NABI MUHAMMAD SAW (3) PEMIMPIN DA KEPEMIMPINAN (3) TAHU NABI MUHAMMAD SAW (3) DIALOQ TOKOH ISLAM (2) SABAR ILMU TINGKAT TINGGI (2) SURAT TERBUKA UNTUK PEROKOK dan KORUPTOR (2) IKHLAS DAN SYUKUR (1)

Rabu, 08 Mei 2024

KONDISI DAN ATURAN DASAR MANUSIA SEBAGAI ANAK DAN KETURUNAN NABI ADAM AS, SAAT HIDUP DI DUNIA (PART 1 OF 7)

 

Siapakah saya? Apakah saya ada dengan sendirinya? Siapakah  Nabi Adam as, itu? Adakah hubungan saya dengan Nabi Adam as, sebagai manusia pertama di muka bumi? Jika kita tidak mempunyai hubungan apapun dengan Nabi Adam as, sebagai manusia pertama, darimanakah asal-usul kita, apakah berasal dari monyet seperti Teori Darwin? Asal usul diri kita semuanya akan kembali kepada Nabi Adam as, sebagai manusia pertama dan Siti Hawa sebagai istrinya. Tanpa ada keduanya maka tidak akan ada kehidupan manusia saat ini. Adanya kondisi ini berarti keberadaan diri kita saat ini tidak bisa dilepaskan dari keberadaan Nabi Adam as dan Siti Hawa sebagai istrinya sehingga diri kita tidak lain adalah anak cucu dari keturunan-keturunan Nabi Adam as.

 

Jika kita adalah anak cucu dari keturunan-keturunan Nabi Adam as, adakah hubungan antara diri kita saat ini dengan peristiwa-peristiwa yang pernah terjadi pada masa Nabi Adam as, di syurga (maksudnya jannah dalam arti kata kebun) ataupun pada masa Nabi Adam as, setelah turun ke bumi? Untuk menjawab pertanyaan ini, akan kami kemukakan terlebih dahulu beberapa ketentuan yang telah Allah SWT tetapkan pada waktu Nabi Adam as, di syurga dan juga setelah  Nabi Adam as, turun ke bumi, yaitu:

 

1. Allah SWT telah menetapkan Nabi Adam as, beserta anak dan keturunannya akan dijadikan sebagai abd’ (hamba)-Nya yang sekaligus khalifah-Nya di muka bumi untuk menjadi makhluk pilihan;

2.   Allah SWT juga telah menetapkan Nabi Adam as, besera anak dan keturunannya harus bermusuhan sampai dengan batas waktu yang telah ditentukan dengan iblis/syaitan beserta sekutunya;

3.  Allah SWT telah menetapkan tempat kembali manusia yaitu syurga dan juga neraka. Dimana syurga adalah tempat kembali bagi orang yang taat dan patuh kepada perintah Allah SWT. Sedangkan neraka adalah tempat kembali bagi orang yang taat dan patuh kepada perintah syaitan.

 

Sebagai anak cucu dari keturunan Nabi Adam as, maka apa yang terjadi dan apa yang telah ditetapkan oleh Allah SWT kepada Nabi Adam as, baik pada waktu Nabi Adam as, masih di syurga (jannah) dan juga setelah turun ke bumi, berlaku pula kepada diri kita tanpa terkecuali atau dengan kata lain kita mewarisi segala ketentuan yang telah Allah SWT tetapkan kepada Nabi Adam as, seperti yang kami kemukakan di atas. Lalu berdasarkan keterangan di atas ini, tolong jamaah sekalian perhatikan hal hal sebagai berikut:

 

1. Nabi Adam as, akan dijadikan oleh Allah SWT sebagai abd’ (hamba)-Nya yang sekaligus khalifah-Nya di muka bumi maka diri kitapun sebagai anak dan keturunannya juga akan dijadikan oleh Allah SWT sebagai abd’ (hamba)-Nya yang sekaligus khalifah-Nya di muka bumi.

 

2.   Nabi Adam as, dan iblis (syaitan) ditakdirkan untuk saling bermusuhan sampai batas waktu yang ditentukan maka kitapun sebagai anak dan keturunannya ditakdirkan juga oleh  Allah SWT untuk saling bermusuhan dengan iblis (syaitan) sampai batas waktu yang telah ditentukan.

 

3.    Allah SWT telah menentukan dua buah tempat kembali yaitu syurga dan juga neraka, maka ketentuan tempat kembali syurga dan neraka berlaku juga pada diri kita sebagai anak dan keturunan Nabi Adam as,. Dimana syurga diperuntukkan untuk orang yang patuh dan taat kepada Allah SWT, maka ketentuan ini juga berlaku juga untuk diri kita sebagai anak dan keturunan Nabi Adam as. Sedangkan neraka diperuntukkan untuk orang yang patuh dan taat kepada syaitan, maka ketentuan ini juga berlaku juga untuk diri kita sebagai anak dan keturunan Nabi Adam as,  jika kita  patuh dan taat kepada syaitan.

 

Lalu apa yang harus kita lakukan dengan adanya ketentuan Allah SWT tersebut? Kita tidak dapat memprotes warisan yang telah diwarisi oleh Nabi Adam as, akan tetapi kita harus menjalaninya dengan sebaik-baiknya untuk menjadi abd’ (hamba)-Nya yang sekaligus khalifah-Nya untuk menjadi makhluk pilihan di muka bumi sehingga kita dapat pulang ke kampung halaman kita yang bernama syurga sebagai kampung kebahagiaan. Sekarang timbul pertanyaan, dapatkah kita sukses menjadi abd’ (hamba)-Nya yang sekaligus khalifah-Nya untuk menjadi makhluk pilihan di muka bumi? Sepanjang diri kita tidak memiliki ilmu dan pengetahuan tentang penghambaan dan juga tentang kekhalifahan di muka bumi atau sepanjang diri kita tidak tahu diri, tidak tahu aturan main dan tidak tahu tujuan akhir maka akan sangat menyulitkan bagi diri kita untuk melaksanakan tugas di muka bumi. Sekarang semuanya kembali kepada diri kita sendiri. Disinilah letak betapa pentingnya diri kita harus belajar dalam kerangka tahu diri, tahu aturan main dan tahu tujuan akhir.

 

Selanjutnya mari kita pelajari tentang aturan dasar dari manusia sebagai anak dan keturunan Nabi Adam as, saat hidup di muka bumi ini yang ditinjau dari sudut pandang Allah SWT selaku pencipta dan pemilik rencana besar penciptaan manusia yang ada di muka bumi ini dengan sebaik mungkin.

 

A.     ALLAH SWT ADALAH  MAHA PENCIPTA DAN JUGA MAHA MEMILIKI.

 

Hal yang pertama yang harus kita jadikan keimanan adalah bahwa Allah SWT adalah Maha Pencipta dan juga Maha Memiliki dalam satu kesatuan. Lalu apa yang diciptakan oleh Allah SWT dan apa yang dimiliki oleh Allah SWT. Sekarang mari kita pelajari keduanya, sebagaimana berikut ini:

 

1. Allah SWT Adalah Pencipta dan Pemilik dari Alam Semesta.Untuk dapat  menciptakan sesuatu, atau untuk bisa melakukan sesuatu karya nyata maka kita diharuskan memiliki 3(tiga) hal terlebih dahulu yaitu adanya kehendak, adanya kemampuan dan adanya ilmu secara berbarengan dan juga sama-sama tinggi kualitasnya. Apa maksudnya? Hal ini dikarenakan jika kita hanya memiliki ilmu saja tanpa dibarengi dengan kehendak dan kemampuan, yang ada hanyalah konsep semata. Jika yang ada hanyalah kemampuan saja tanpa dibarengi dengan kehendak dan ilmu maka yang ada hanyalah omong kosong. Sedangkan jika yang ada hanyalah kehendak saja tanpa dibarengi dengan ilmu dan kemampuan maka yang ada hanyalah angan-angan belaka. Sedangkan saat ini langit, bumi, matahari, bulan, bintang, udara, air, hewan, tumbuhan, jin, setan, malaikat, ada dihadapan diri kita. Timbul pertanyaan, wajibkah pencipta dari itu semua memiliki ilmu, memiliki kehendak, dan memiliki kemampuan yang sangat hebat? Akal sehat manusia (dalil aqli) akan mengatakan bahwa pencipta langit, bumi, udara, air, hewan, tumbuhanm jin, syaitan, malaikat dan juga manusia pasti memiliki ilmu, pasti memiliki kehendak (iradat) dan pasti memiliki kemampuan (qudrat) dalam satu kesatuan yang hebat. Sehingga mustahil di akal jika ciptaan mendahului penciptanya.

 

Sekarang siapakah pencipta yang memiliki ilmu, kehendak dan kemampuan yang begitu hebat sehingga mampu menciptakan segala sesuatu yang kami kemukakan di atas? Berdasarkan surat Fushshilat (41) ayat 11-12 berikut ini: “kemudian Dia menuju kepada penciptaan langit dan langit itu masih merupakan asap, lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi: "Datanglah kamu keduanya menurut perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa". keduanya menjawab: "Kami datang dengan suka hati". Maka Dia menjadikannya tujuh langit dalam dua masa. Dia mewahyukan pada tiap-tiap langit urusannya. dan Kami hiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang yang cemerlang dan Kami memeliharanya dengan sebaik-baiknya. Demikianlah ketentuan yang Maha Perkasa lagi Maha mengetahui.”  serta berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Ath Thirmidzi yang kami kemukakan berikut ini: Sabda Nabi Muhammad SAW: “Ketika Allah menciptakan bumi terjadilah goncangan dan getaran-getaran, maka Allah ciptakan gunung-gunung hingga bumi menjadi tenang dan tetap. Malaikat kagum atas kehebatan gunung-gunung itu, mereka bertanya: “Tuhan kami, adakah Engkau ciptakan satu ciptaan yang lebih hebat dari gunung-gunung itu?” Firman Allah: “Ada yaitu Besi”. Adakah yang lebih hebat dari Besi? “ Ada Api” Adakah yang lebih hebat dari Api? Ada! Yaitu Air, yang lebih hebat dari semua itu ialah Anak Adam yang bersedekah tangan kanannya lalu sembunyikan dari tangan kirinya. (Hadits Riwayat Aththirmidzi). Dan juga berdasarkan ketentuan surat As Sajdah (32) ayat 4 yang kami kemukakan berikut ini: Allah lah yang menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas 'Arsy[1188]. tidak ada bagi kamu selain dari padanya seorang penolongpun dan tidak (pula) seorang pemberi syafa'at[1189]. Maka Apakah kamu tidak memperhatikan?.”

 

[1188] Bersemayam di atas 'Arsy ialah satu sifat Allah yang wajib kita imani, sesuai dengan kebesaran Allah dsan kesucian-Nya.

[1189] Syafa'at: usaha perantaraan dalam memberikan sesuatu manfaat bagi orang lain atau mengelakkan sesuatu mudharat bagi orang lain. syafa'at yang tidak diterima di sisi Allah adalah syafa'at bagi orang-orang kafir.

 

Berdasarkan ketentuan ayat dan hadits di atas, diketahui bahwa yang memiliki ilmu, yang memiliki kehendak dan yang memiliki kemampuan yang sangat hebat secara berbarengan sehingga mampu menciptakan langit dan bumi beserta isinya hanyalah Allah SWT semata. Sekarang jika Allah SWT adalah pencipta dari langit dan bumi beserta isinya berarti yang  paling ahli, yang paling tahu, yang paling mengerti, yang memiliki konsep tentang langit dan bumi, yang paling paham tentang itu semua adalah pencipta dari itu semua, dalam hal ini adalah Allah SWT.  Lalu dapatkah keberadaan langit dan bumi beserta isinya termasuk di dalamnya jin, iblis, syaitan dan malaikat, dipisahkan begitu saja dengan ilmu, kehendak dan kemampuan dari Allah SWT? Langit, dan bumi beserta isinya, jin, iblis, syaitan dan malaikat sebagai ciptaan Allah SWT maka ia tidak akan mungkin dapat dipisahkan dengan ilmu, kehendak dan kemampuan Allah SWT sampai kapanpun juga. Sehingga keberadaan  langit dan bumi, syaitan, jin, iblis dan juga malaikat bukanlah sesuatu yang bersifat insidentil namun sudah ada di dalam ilmu Allah SWT.

 

Lalu, apakah langit dan bumi yang ada saat ini, hanya sekedar ciptaan Allah SWT belaka, atau adakah hal-hal lainnya selain daripada itu? Di dalam setiap ciptaan yang diciptakan oleh Allah SWT ketahuilah bahwa disana terdapat 2(dua) dimensi lainnya yang terdapat di balik ciptaan yang diciptakan oleh Allah SWT, yaitu:

 

a.     Dimensi yang pertama adalah segala apa-apa yang diciptakan oleh Allah SWT  merupakan Tanda-Tanda dari Kebesaran dan Kemahaan Allah SWT itu sendiri. Apa dasarnya? Adanya ciptaan merupakan bukti dari adanya kehendak, kemampuan dan ilmu Allah SWT yang sangat maha dan dengan kemahaan itulah diciptakanlah langit dan bumi beserta isinya, atau dengan kata lain ciptaan yang diciptakan oleh Allah SWT merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehendak, kemampuan dan ilmu Allah SWT yang sudah dituangkan ke alam semesta, sedangkan yang masih ada pada Allah SWT tidak akan pernah berkurang sedikitpun karena Allah SWT Maha dan akan Maha selamanya. 

 

b.   Dimensi yang kedua adalah dibalik setiap ciptaan yang diciptakan oleh Allah SWT, apakah itu langit dan bumi, apakah itu manusia, apakah itu jin, malaikat, syaitan, tumbuhan, air, udara, disana ada Allah SWT sehingga Allah SWT tersembunyi di balik keberadaan ciptaanNya sehingga dengan adanya kondisi ini maka setiap ciptaan tidak akan bisa melepaskan diri dari kebesaran dan kemahaan Allah SWT, atau dengan kata lain Allah SWT akan selalu menyertai segala apa-apa yang telah diciptakanNya.

 

Adanya 2 (dua) buah ketentuan di atas ini, menunjukkan bahwa Allah SWT selaku pencipta langit dan bumi beserta isianya berarti hanya Allah SWT sajalah yang paling ahli, yang paling paham serta yang paling mengerti tentang apa apa yang telah diciptakanNya sehingga jika kita ingin belajar tentang ciptaanNya maka kita harus belajar langsung kepada penciptaNya.

 

Dan jika saat ini kita sedang melaksanakan tugas sebagai abd’ (hamba)-Nya yang sekaligus juga adalah khalifah-Nya di muka bumi, sudah sejauh manakah kita melihat dan menilai atas apa-apa yang telah diciptakan oleh Allah SWT : 

 

1.    Jika kita hanya mampu melihat dan menilai bahwa apa-apa yang ada di langit dan muka bumi ini sebatas ciptaan Allah SWT tanpa bisa melihat Tanda-Tanda Kebesaran dan Kemahaan Allah SWT dan juga tidak bisa mengimani dan meyakini bahwa  dibalik ciptaan ada  Allah SWT berarti diri kita baru masuk dalam kriteria tahap pertama yaitu baru masuk tahap mengenal atau baru kenal dengan Allah SWT.

 

2.   Jika kita sudah mampu melihat dan menilai bahwa setiap ciptaan yang diciptakan oleh Allah SWT merupakan Tanda-Tanda dari Kebesaran dan Kemahaan Allah SWT yang tidak lain merupakan bukti dari adanya Kehendak, Kemampuan dan Ilmu Allah SWT yang  berarti diri kita telah meningkat ke tahap yang ke dua yaitu tahap mengerti tentang Allah SWT, atau mampu merasakan kebenaran akan Allah SWT adalah pencipta.

 

3.   Jika kita sudah dapat melihat dan menilai bahwa di setiap ciptaan yang diciptakan oleh Allah SWT disana ada Allah SWT yang akan selalu menyertai segala yang diciptakan-Nya dan lalu kita berusaha memperoleh Kebesaran dan Kemahaan Allah SWT berarti diri kita telah meningkat ke tahap yang ke tiga yaitu meyakini bahwa Allah SWT pencipta yang akan selalu bersama ciptaan-Nya sehingga cipataan-Nya tidak bisa melepaskan diri dari keberadaan Allah SWT.  

 

Timbul pertanyaan, sudahkah kita beriman kepada Allah SWT selaku Dzat Yang Maha Menciptakan sehingga Allah SWT tidak bisa dipisahkan dengan apa apa yang diciptakan-Nya, demikian sebaliknya disetiap ciptaan akan selalu diliputi dengan kemahaan dan kebesaran-Nya?  Semoga kita termasuk orang orang yang telah mampu mengimani hanya Allah SWT sajalah yang mampu menciptakan alam semesta ini selama hayat masih di kandung badan.

 

Sekarang siapakah yang memiliki langit dan bumi beserta isinya? Jika kita mengacu kepada keberadaan pencipta, yang harus ada terlebih dahulu sebelum ciptaannya diciptakan, maka pencipta dari ciptaan dapat dipastikan adalah pemilik dari ciptaan itu sendiri, dalam hal ini adalah Allah SWT. Buktinya ada pada surat  An Nuur (24) ayat 64 berikut ini; ketahuilah Sesungguhnya kepunyaan Allahlah apa yang di langit dan di bumi. Sesungguhnya Dia mengetahui Keadaan yang kamu berada di dalamnya (sekarang). dan (mengetahui pula) hati (manusia) dikembalikan kepada-Nya, lalu diterangkan-Nya kepada mereka apa yang telah mereka kerjakan. dan Allah Maha mengehui segala sesuatu.” Dan juga pada surat Ibrahim (14) ayat 2 yang kami kemukakan  berikut ini: Allah-lah yang memiliki segala apa yang di langit dan di bumi. dan kecelakaanlah bagi orang-orang kafir karena siksaan yang sangat pedih.” Serta dikemukakan pula dalam surat Al Hadiid (57) ayat 2 yang kami kemukakan berikut ini: kepunyaan-Nyalah kerajaan langit dan bumi, Dia menghidupkan dan mematikan, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu.”  Berdasarkan ketentuan 3 (tiga) buah ayat di atas ini menunjukkan bahwa Allah SWT adalah pemilik dari langit dan bumi beserta isinya dan yang berarti Allah SWT adalah penguasa atau penentu dari apa apa yang dimilikinya.

 

Dan jika sekarang Allah SWT adalah pencipta dan juga pemilik dari langit dan bumi beserta segala isinya, timbul pertanyaan, undang-undang siapakah, hukum siapakah, peraturan siapakah, ketentuan siapakah, yang wajib berlaku di langit dan di bumi ini? Akal sehat manusia akan menyatakan bahwa untuk menunjukkan bahwa Allah SWT adalah penguasa maka segala bentuk undang-undang, segala bentuk hukum, segala bentuk peraturan, dan juga segala bentu ketentuan yang wajib berlaku di langit dan di bumi adalah undang-undang Allah SWT, hukum  Allah SWT, peraturan Allah SWT serta ketentuan Allah SWT selaku pencipta dan pemilik langit dan bumi ditambah Allah SWT juga paling mengetahui segala apa yang diciptakan dan yang dimilikinya.

 

Lalu dimanakah undang undang, hukum, peraturan, ketentuan Allah SWT saat ini? Undang undang, hukum, peraturan, ketentuan Allah SWT saat ini telah menjadi AlQuran sehingga AlQuran itulah yang sekarang menjadi kumpulan dari undang undang, hukum, peraturan dan ketentuan yang berlaku di langit dan di muka bumi ini. Sekarang, sudahkah hal ini kita sadari! Sudahkah hal ini kita pahami dengan sebaik mungkin sesuai dengan kehendak Allah SWT dan selanjutnya sebagai abd’ (hamba)-Nya yang sekaligus khalifah-Nya yang sedang menumpang di langit dan di bumi Allah SWT sudahkah kita mengimaninya, mempelajarinya, memahaminya, menghayatinya dan juga  melaksana-kannya serta mengajarkan segala ketentuan Allah SWT sebaik mungkin kepada sesama manusia.

 

Sebagai abd’ (hamba)-Nya yang juga sekaligus khalifah-Nya di muka bumi, kita tidak bisa membuat aturan main untuk diri kita sendiri karena langit dan bumi tempat kita tinggal bukan kita yang menciptakan dan bukan pula kita yang memilikinya. Adanya kondisi ini menunjukkan kepada diri kita bahwa tamu atau orang yang menumpang di langit dan di bumi Allah SWT, tidak bisa merangkap sebagai pembuat undang-undang, pembuat aturan, pembuat hukum, dan juga sebagai penilai atau sebagai wasit bagi dirinya sendiri ataupun penilai bagi sesama tamu atau sesama yang menumpang karena yang berhak menentukan itu semua adalah Allah SWT selaku pencipta dan pemilik dari alam semesta ini. Untuk itu kita tidak bisa berbuat sekehendak hati kita di muka bumi ini karena antara diri kita dengan sesama manusia dan juga langit dan bumi sama-sama diciptakan oleh Allah SWT. 

 

2.  Allah SWT adalah Pencipta dan Pemilik dari Keberadaan Manusia di muka bumi. Sekarang bagaimana dengan keberadaan manusia yang ada di muka bumi, atau bagaimana dengan keberadaan diri kita yang saat ini ada di muka bumi, apakah ada dengan sendirinya, ataukah ada karena ada yang mengadakan? Jika kita berpedoman bahwa sesuatu ada karena ada yang mengadakan (ada yang menciptakan) berarti seluruh manusia yang ada di muka bumi, ada pasti ada yang mengadakan dan juga berarti yang mengadakan, atau yang menciptakan manusia di muka bumi wajib memiliki ilmu, wajib memiliki kehendak dan wajib pula memiliki kemampuan yang sangat hebat dalam satu kesatuan. Lalu untuk apakah Allah SWT menciptakan manusia di muka bumi? Allah SWT berkehendak kepada setiap manusia, termasuk kepada diri kita, yang ada di muka bumi ini untuk menjadi makhluk yang memiliki peran “dwifungsi”, yaitu mampu menjadi abd’ (hamba)-Nya dan juga mampu menjadi khalifah-Nya di muka bumi.

 

Selanjutnya untuk lebih memperjelas kedudukan manusia sebagai abd’ (hamba)-Nya yang juga khalifah-Nya di muka bumi, perkenankan kami memberikan sebuah ilustrasi berikut ini: Menjadi seorang abd’ (hamba)-Nya yang juga adalah seorang khalifah-Nya di muka bumi dapat kami ibaratkan diri kita adalah seorang duta besar dari negeri ini untuk negara sahabat tertentu. Sebagai seorang duta besar maka kita wajib memiliki ilmu serta mampu memahami kondisi dari negara yang mengutus diri kita untuk menjadi duta besar di negara tertentu, seperti budayanya, ekonominya, sejarahnya, bahasanya, keberagaman suku dari penduduknya serta mampu pula menampilkan budaya negeri ini di negara yang ia menjadi duta besarnya. Sehingga dengan adanya keduataan besar  negara ini maka negara lain mampu mengetahui dan memahami tentang negeri ini dari duta besarnya sendiri. 

 

Sebagai seorang duta besar dari negeri ini ketahuilah bahwa dalam diri duta besar akan melekat dua hal, yaitu yang pertama, sebagai abdi negara yang harus menunjukkan sebagai patriot bangsa sehingga kedaulatan bangsa ini bisa dihargai oleh negara-negara lain dan siap melaporkan segala sesuatu yang terjadi sehingga negara siap membantu duta besarnya jika mengalami hambatan dan gangguan dalam hubungan diplomatik. Dan yang kedua, pada setiap diri duta besar secara otomatis adalah utusan bagi negara ini untuk memperjuangkan kepentingan negara di negara lain yaitu di tempat tugasnya sehingga negara ini tidak dilecehkan dalam kancah international serta terciptalah perdamaian dunia oleh sebab keberadaan kedutaan besar dan juga mampu menunjukkan nilai nilai kebangsaan dari negara ini kepada bangsa bangsa lainnya melalui budaya.

 

Sekarang bisakah kondisi manusia yang telah dijadikan sebagai abd’ (hamba)-Nya dan yang juga sebagai khalifah-Nya di muka bumi dianalogikan dengan mempergunakan konsep di atas? Konsep di atas juga bisa diaplikasikan kepada diri kita sehingga setiap manusia, laki laki ataupun perempuan, tidak lain adalah duta besar duta besar Allah SWT di muka bumi yang mengemban tugas sebagai abd’ (hamba)-Nya dan juga bertugas sebagai khalifah-Nya di muka bumi ini. Sebagai abd’ (hamba)-Nya maka kita wajib mengabdikan diri kepada Allah SWT selaku Tuhan bagi seluruh alam. Adanya pengabdian kepada Allah SWT akan menjadikan diri kita pasif, tunduk dan patuh kepada apa apa yang dikehendaki Allah SWT. Sedangkan sebagai khalifah-Nya di muka bumi berarti kita adalah perpanjangan tangan Allah SWT di muka bumi dengan catatan kita tetap menjadi abd’ (hamba)-Nya yang taat dan patuh kepada Allah SWT walaupun bertugas sebagai khalifah-Nya di muka bumi.

 

Dan melalui tugas kekhalifahan di muka bumi ini maka terpeliharalah, terjagalah segala apa apa yang diciptakan oleh Allah SWT dari kerusakan, kepunahan, pencemaran dan lain sebagainya. Selain daripada  itu melalui konsep kekhalifahan di muka bumi ini maka setiap manusia wajib aktif di dalam menampilkan penampilan penampilan Allah SWT (menampilkan perilaku yang sesuai dengan konsep asmaul husna) saat diri kita hidup di dunia ini dan untuk menjalankan segala apa apa yang dihekendaki Allah SWT serta wajib mempelajari, memahami, mengajarkan, menyebarluaskan ilmu tentang Allah SWT sehingga melalui aktivitas mengajar banyak orang yang memiliki ilmu mengenal Allah SWT (ma’rifatullah) secara berkesinambungan.

 

Adanya konsep dwifungsi manusia yaitu sebagai abd’ (hamba)-Nya dan juga sebagai khalifah-Nya di muka bumi maka derajat laki-laki dan perempuan bukan terletak pada diri mereka sendiri, tidak didasarkan jenis kelamin, melainkan dilihat dari segi kepasrahan dan kepatuhan serta derajat pengabdiannya kepada Allah SWT serta peran aktifnya di dalam melaksanakan fungsi kekhalifahan yang ada di muka bumi. Selanjutnya untuk menunjukkan, untuk memperlihatkan perilaku diri kita yang mencerminkan perilaku dan perbuatan Allah SWT yang kita wakilkan sehingga tindak tanduk diri kita sesuai dengan perbuatan Allah SWT yang termaktub dalam konsep asmaul husna saat diri kita menjadi abd’ (hamba)-Nya dan yang juga menjadi khalifah-Nya  di muka bumi. Apa maksudnya? Sekarang jika yang mengutus diri kita adalah Allah SWT yang memiliki perbuatan Yang Maha Pengasih dan Yang Maha Penyayang, berarti saat diri kita menjadi abd’ (hamba)-Nya dan yang juga khalifah-Nya di muka bumi maka kita harus bisa memperlihatkan, harus bisa menunjukkan, dan harus bisa membuktikan dalam perilaku diri kita yang sesuai dengan perbuatan Allah SWT Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang.

 

Jika sampai apa yang kami kemukakan di atas belum bisa kita laksanakan berarti diri kita belum sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh Allah SWT, yaitu sebagai seorang abd’ (hamba)-Nya dan seorang khalifah-Nya yang sesuai dengan konsep awal penciptaan manusia. Hal yang samapun berlaku jika kita menjadi wakil (perpanjangan tangan) Allah SWT yang memiliki perbuatan Maha Permberi Petunjuk, maka kitapun harus pula memberikan petunjuk kepada yang membutuhkan petunjuk dari diri kita sehingga dengan adanya petunjuk dari diri kita maka terbantulah masyarakat luas. Demikian seterusnya, sesuai dengan nama-nama Allah SWT yang indah lagi baik. Selanjutnya jika Allah SWT adalah pencipta dari seluruh manusia yang telah dijadikannya sebagai hamba-Nya dan juga sebagai khalifah-Nya di muka bumi maka hanya Allah SWT sajalah yang paling ahli, hanya Allah SWT yang paling mengetahui, hanya Allah SWT sajalah yang paling paham tentang segala urusan manusia yang ada di muka bumi, termasuk di dalamnya yang paling tahu, yang paling mengerti tentang diri kita dan anak keturunan kita, tentang musuh kita apakah itu ahwa (hawa nafsu) dan juga syaitan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar