Label

MEMANUSIAKAN MANUSIA: INILAH JATIDIRI MANUSIA YANG SESUNGGUHNYA (79) SETAN HARUS JADI PECUNDANG: DIRI PEMENANG (68) SEBUAH PENGALAMAN PRIBADI MENGAJAR KETAUHIDAN DI LAPAS CIPINANG (65) INILAH ALQURAN YANG SESUNGGUHNYA (60) ROUTE TO 1.6.799 JALAN MENUJU MAKRIFATULLAH (59) MUTIARA-MUTIARA KEHIDUPAN: JALAN MENUJU KERIDHAAN ALLAH SWT (54) PUASA SEBAGAI KEBUTUHAN ORANG BERIMAN (50) ENERGI UNTUK MEMOTIVASI DIRI & MENJAGA KEFITRAHAN JIWA (44) RUMUS KEHIDUPAN: TAHU DIRI TAHU ATURAN MAIN DAN TAHU TUJUAN AKHIR (38) TAUHID ILMU YANG WAJIB KITA MILIKI (36) THE ART OF DYING: DATANG FITRAH KEMBALI FITRAH (33) JIWA YANG TENANG LAGI BAHAGIA (27) BUKU PANDUAN UMROH (26) SHALAT ADALAH KEBUTUHAN DIRI (25) HAJI DAN UMROH : JADIKAN DIRI TAMU YANG SUDAH DINANTIKAN KEDATANGANNYA OLEH TUAN RUMAH (24) IKHSAN: INILAH CERMINAN DIRI KITA (24) RUKUN IMAN ADALAH PONDASI DASAR DIINUL ISLAM (23) ZAKAT ADALAH HAK ALLAH SWT YANG HARUS DITUNAIKAN (20) KUMPULAN NASEHAT UNTUK KEHIDUPAN YANG LEBIH BAIK (19) MUTIARA HIKMAH DARI GENERASI TABI'IN DAN TABI'UT TABIIN (18) INSPRIRASI KESEHATAN DIRI (15) SYAHADAT SEBAGAI SEBUAH PERNYATAAN SIKAP (14) DIINUL ISLAM ADALAH AGAMA FITRAH (13) KUMPULAN DOA-DOA (10) BEBERAPA MUKJIZAT RASULULLAH SAW (5) DOSA DAN JUGA KEJAHATAN (5) DZIKIR UNTUK KEBAIKAN DIRI (4) INSPIRASI DARI PARA SAHABAT NABI (4) INILAH IBADAH YANG DISUKAI NABI MUHAMMAD SAW (3) PEMIMPIN DA KEPEMIMPINAN (3) TAHU NABI MUHAMMAD SAW (3) DIALOQ TOKOH ISLAM (2) SABAR ILMU TINGKAT TINGGI (2) SURAT TERBUKA UNTUK PEROKOK dan KORUPTOR (2) IKHLAS DAN SYUKUR (1)

Rabu, 08 Mei 2024

KONDISI DAN ATURAN DASAR MANUSIA SEBAGAI ANAK DAN KETURUNAN NABI ADAM as, SAAT HIDUP DI DUNIA (PART 2 of 7)


B.      KONDISI DASAR UMAT MANUSIA.  

 

Untuk menciptakan sesuatu, tidak bisa dilepaskan dengan adanya kehendak yang didukung oleh kemampuan dan juga ilmu. Dan jika sekarang diri kita ada di muka bumi ini maka keberadaan diri kita tidak bisa dilepaskan dengan kehendak, kemampuan serta ilmu dari yang menciptakan diri kita, dalam hal ini adalah Allah SWT. Adanya kondisi ini menunjukkan kepada diri kita bahwa keberadaan diri kita di muka bumi ini bukanlah sesuatu yang datang tiba-tiba atau sesuatu yang bersifat insidentil, atau sesuatu yang adanya tanpa direncanakan.

 

Keberadaan diri kita  melainkan sudah di dalam Kehendak, Kemampuan dan Ilmu dari Allah SWT yang sangat Maha. Dan jika ini adalah kondisi dasar dari keberadaan diri kita di muka bumi, lalu apakah mungkin sebagai abd’(hamba)-Nya yang juga adalah perpanjangan tangan Allah SWT di muka bumi (maksudnya adalah khalifah di muka bumi) diri kita diciptakan secara apa adanya oleh Allah SWT tanpa ada kelebihan-kelebihan yang diberikan oleh Allah SWT kepada diri kita untuk melaksanakan tugas sebagai abd’ (hamba)-Nya yang juga khalifah-Nya di muka bumi?

 

Berikut ini akan kami kemukakan beberapa kondisi dasar dari diri kita atau kondisi dasar manusia yang sesuai dengan rencana awal Allah SWT saat menciptakan manusia yang kesemuanya menunjukkan bahwa manusia bukan diciptakan secara asal-asalan oleh Allah SWT,  yaitu :

 

1.   Manusia Telah  Diberi  Ruh  Yang  Suci  dan Fitrah Oleh Allah SWT. Setiap manusia tanpa terkecuali, termasuk diri kita, pasti terdiri dari jasmani dan juga ruh. Lalu apakah keduanya ada begitu saja tanpa ada yang mengadakannya? Jasmani dan ruh tidak datang begitu saja, dia ada karena ada yang mengadakannya. Jasmani asalnya dari alam atau sari pati tanah, jasmani ada melalui proses penciptaan. Sekarang dari manakah asalnya ruh? Berdasarkan surat Al Israa' (17) ayat 85 berikut ini: dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah: "Roh itu Termasuk urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit.” dan juga berdasarkan surat Al Hijr (15) ayat 29 yang kami kemukakan berikut ini: “Maka apabila aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah meniup kan kedalamnya ruh (ciptaan)-Ku, Maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud.” Setiap ruh asalnya dari Allah SWT yang kemudian dipersatukan dengan jasmani melalui proses peniupan saat masih di dalam rahim seorang ibu. Jika ruh asalnya dari  Allah SWT berarti hanya Allah SWT sajalah yang tahu, hanya Allah SWT sajalah yang mengerti, hanya Allah SWT sajalah yang ahli tentang ruh manusia dan ingat untuk masalah ruh ini tidak ada campur tangan makhluk lain kecuali Allah SWT semata, sebagaimana dikemukakan dalam surat Al Isra’ (17) ayat 85 di atas.

 

Jika saat ini kita masih hidup berarti Allah SWT telah memberikan kepada diri kita sesuatu yang berasal dari Allah SWT secara langsung tanpa melalui perantaraan siapapun, dimana ruh yang ditiupkan Allah SWT tersebut tidak pernah diketahui sedikitpun keberadaannya oleh iblis/jin/syaitan dan juga oleh malaikat. Sehingga menurut pendapat dan pengetahuan iblis/jin/syaitan bahwa manusia hanya terdiri dari jasmani semata yang diciptakan dari tanah dan sedangkan ruh keberadaannya tidak pernah diketahui oleh iblis/jin/syaitan. Apa buktinya? Untuk itu lihatlah surat Saba' (34) ayat 14 berikut ini: Allah SWT berfirman: “Maka tatkala Kami telah menetapkan kematian Sulaiman, tidak ada yang menunjukkan kepada mereka kematiannya itu kecuali rayap yang memakan tongkatnya. Maka tatkala ia telah tersungkur, tahulah jin itu bahwa kalau Sekiranya mereka mengetahui yang ghaib tentulah mereka tidak akan tetap dalam siksa yang menghinakan.”

 

Di dalam surat Saba' (34) ayat 14, diterangkan bahwa jin tidak mengetahui sama sekali bahwa Nabi Sulaiman as, telah meninggal dunia. Ini berarti bahwa jin hanya mengetahui bahwa  Nabi Sulaiman as, hanya terdiri dari satu unsur saja yaitu jasmani saja sedangkan unsur ruh tidak pernah diketahui sedikitpun oleh jin. Selanjutnya jika sampai jin tahu bahwa Nabi Sulaiman as, mempunyai ruh yang berasal dari Allah SWT maka ia pasti akan menyesali perbuatannya dahulu yaitu membangkang perintah Allah SWT untuk sujud kepada Nabi Adam as,. (Ingat jin, iblis, syaitan adalah satu keturunan).

 

Allah SWT sudah memberikan sesuatu yang terbaik yang tidak dimiliki oleh makhluk lainnya, sampai-sampai iblis/jin/syaitan pun tidak mempunyai pengetahuan tentang Ruh, sekarang bagaimana kita menyikapinya? Jika kita termasuk orang yang “Tahu Diri dan Tahu Aturan Main dan Tahu Tujuan Akhir” maka kita harus menyikapi hal ini dengan menempatkan Allah SWT pada posisi yang sebenarnya yaitu sebagai Pemilik yang sekaligus Pencipta, Pemelihara, Penjaga, Pengawas dan Pengayom dari langit dan bumi beserta isinya serta menempatkan diri kita sebagai makhluk ciptaan-Nya juga.

 

Untuk itu jika kita telah diberikan sesuatu yang sangat baik dan sangat berharga dari Allah SWT (dalam hal ini adalah ruh) maka peliharalah dan jagalah ruh tersebut jangan sampai rusak; peliharalah dan jagalah ruh jangan sampai cacat (tidak fitrah lagi); peliharalah dan jagalah jangan sampai ruh dikalahkan oleh jasmani atau jangan sampai ruh dijajah oleh jasmani; peliharalah dan jagalah ruh untuk selalu menjadi diri kita yang sesungguhnya selama hayat masih di kandung badan sehingga konsep datang fitrah kembali fitrah dapat kita laksanakan. Timbul pertanyaan, siapakah yang sanggup memelihara, yang sanggup merawat, yang mampu menjadikan ruh unggul terhadap jasmani? Hanya Allah SWT sajalah yang sanggup memelihara, merawat jika ruh mengalami gangguan, jika ruh cacat menjadi tidak fitrah lagi, jika ruh kotor, jika ruh dijajah oleh jasmani. Hal ini dikarenakan Allah SWT adalah pencipta dan pemilik dari ruh seluruh umat manusia.

 

Sekarang jika hanya Allah SWT saja yang sanggup menciptakan, merawat dan memelihara ruh manusia. Selanjutnya: (1) sudahkah kita semua mengetahuinya secara baik dan benar dan menjadikan ini sebagai sebuah keimanan; (2) sudahkah kita semua mencoba menghubungi Allah SWT untuk meminta perawatan; (3) sudahkah kita semua melaksanakan apa-apa yang yang telah diperintahkan oleh pencipta ruh; (4) sudahkah kita berhubungan baik dengan pencipta ruh; (5) sudahkah kita menyelaraskan, menserasikan dan menyeimbangkan ruh yang ada pada diri kita dengan kehendak dari pemilik dan pemelihara ruh? Hasil akhir dari semua ini, sangat tergantung kepada diri kita sendiri, yang pasti Allah SWT tidak membutuhkan apapun dari diri kita karena Allah SWT sudah Maha dan akan Maha selamanya. Akan tetapi diri kitalah yang sangat membutuhkan Allah SWT guna merawat, guna memelihara, guna menjaga kefitrahan ruh serta untuk memperbaiki kondisi ruh diri kita akibat pengaruh ahwa dan syaitan. Apalagi ruh terikat dengan ketentuan datang fitrah kembali harus fitrah. Dan hal yang harus jadikan pedoman adalah yang akan menerima dan merasakan azab ataupun nikmat dari apa-apa yang telah kita lakukan saat hidup di muka bumi ini adalah ruh serta yang akan pulang ke syurga dan neraka juga ruh, bukan jasmani.

 

2.  Manusia Telah Beraqidah  Sejak  Di Dalam  Rahim  Ibu. Setiap manusia (maksudnya setiap ruh manusia) termasuk ruh diri kita telah beraqidah sejak di dalam rahim ibu. Adanya pengakuan ruh bahwa Allah SWT adalah Tuhan bagi diri kita, ini membuktikan bahwa ruh itu berasal dari Allah SWT atau ruh sudah tahu dan mengenal siapa penciptanya maka setiap ruh yang telah ditiupkan oleh Allah SWT ke dalam jasmani saat masih di rahim ibu akan dimintakan kesaksiannya secara individual oleh Allah SWT. Hal ini sebagaimana termaktub dalam surat Al Haadid (57) ayat 8 berikut ini: “dan mengapa kamu tidak beriman kepada Allah Padahal Rasul menyeru kamu supaya kamu beriman kepada Tuhanmu. dan Sesungguhnya Dia telah mengambil perjanjianmu jika kamu adalah orang-orang yang beriman.” Dan juga berdasarkan ketentuan surat Al A'raaf (7) ayat 172 yang kami kemukakan berikut ini: “dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah aku ini Tuhanmu?" mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuhan kami), Kami menjadi saksi".(kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya Kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan).”

 

Lalu apakah hanya itu saja kesaksian yang dilakukan oleh ruh? Kesaksian ruh di dalam rahim seorang ibu terdiri dari 3 (tiga) kondisi yaitu: (1) Ruh sudah mengakui dan mengetahui bahwa Allah SWT adalah Tuhannya; (2) Ruh sudah memiliki Aqidah berupa pernyataan yang bersifat  permanen bahwa Allah SWT adalah Tuhan baginya baik hari ini sampai dengan hari kiamat; (3) Ruh pun sudah tahu tentang hari kiamat.  Jika ini adalah kondisi dasar dari setiap ruh yang ada di dalam diri setiap manusia, timbul pertanyaan masih berlakukah pernyataan “kontrak permanen” dengan Allah SWT tersebut saat ini? Sepanjang ruh hanya ditiupkan oleh Allah SWT semata maka “kontrak permanen” tentang ketuhanan kepada Allah SWT akan terus dan tetap berlaku sampai kapanpun juga. Yang menjadi persoalan saat ini adalah masih utuhkah pernyataan diri kita kepada Allah SWT tersebut; masih terjagakah keaslian dari pernyataan sikap diri kita kepada Allah SWT; masih permanenkah atau masih berkualitaskah pernyataan kita kepada Allah SWT.

 

Sekarang bagaimana dengan Allah SWT yang menerima pernyataan sikap dari ruh setiap manusia? Allah SWT berdasarkan surat Al A'raaf (7) ayat 172 dengan tegas menyatakan bahwa Allah SWT adalah Tuhan bagi semesta alam termsuk Tuhan bagi seluruh umat manusia. Jika Allah SWT telah menyatakan bahwa Allah SWT adalah Tuhan bagi seluruh umat manusia ini berarti bahwa Allah SWT sudah menyatakan kesanggupan-Nya secara totalitas kepada setiap ruh yang diciptakannya untuk dijaga, untuk dipelihara, untuk diayomi, untuk dirawat atau diberikan apapun juga sepanjang kita memenuhi dan masih memelihara atau tidak melanggar isi dari “kontrak permanen” yang telah kita dibuat.

 

Selanjutnya mari kita perhatikan hadits yang kami kemukakan berikut ini: “Ibnu Abbas ra, berkata: Nabi SAW bersabda: Allah ta’ala berfirman: Wahai anak Adam! Jika engkau ingat kepada-Ku Aku ingat kepadamu dan bila engkau lupa kepada-Ku Akupun ingat kepadamu. Dan jika engkau taat kepada-Ku pergilah kemana saja engkau suka pada tempat dimana Aku berkawan dengan engkau dan engkau berkawan dengan-Ku. Engkau berpaling daripada-Ku padahal Aku menghadap kepadamu. Siapakah yang memberimu makan kala engkau masih dalam janin didalam perut ibumu. Aku selalu mengurusmu dan memeliharamu sampai terlaksanalah kehendak-Ku bagimu, maka setelah Aku keluarkan engkau ke alam dunia engkau berbuat banyak maksiat. Apakah demikian seharusnya pembalasan kepada yang telah berbuat kebaikan kepadamu. (Hadits Qudsi Riwayat Abu Nasher Rabiah bin Ali Al-ajli dan Arrafii, 272:182).” Berdasarkan hadits ini terlihat dengan jelas bahwa Allah SWT tetap bertanggung jawab kepada manusia walaupun manusia atau diri kita lupa kepada  Allah SWT dan untuk itu tidak sepantas-nya dan tidak pula sepatutnya jika menerapkan pepatah air susu dibalas dengan air tuba kepada Allah SWT. 

 

Adanya “kontrak permanen” antara setiap ruh manusia dengan Allah SWT maka timbullah hubungan timbal balik antara Allah SWT selaku Tuhan dengan manusia yang menyatakan Allah SWT adalah Tuhannya. Sebuah hubungan timbal balik baru akan mendapatkan hasil jika para pihak dapat menjaga dan memelihara “kontrak permanen” yang telah dibuat. Dalam kontrak permanen ini, yang pasti Allah SWT tidak akan pernah ingkar janji dengan kesanggupan-Nya untuk menjadi Tuhan bagi semesta alam, lalu bagaimana dengan kita? Apabila kita ingin tetap memperoleh apa-apa yang telah dinyatakan Allah SWT dengan pernyataan-Nya sebagai Tuhan bagi alam semesta, maka peliharalah dan jagalah terus “kontrak permanen” tersebut agar tetap suci dan murni atau jangan sampai kita ingkar janji dengan “kontrak permanen” yang telah kita buat.

 

Selain daripada itu, jika kita berpedoman kepada hadits yang kami kemukakan berikut ini: Iyadh bin Himar Al Mujasyi’i meriwayatkan bahwa pada suatu hari Rasulullah saw bersabda (dalam sebuah khotbahnya) ”Sesungguhnya Tuhanku memerintahkan kepadaku untuk mengajarkan kepada kalian apa yang belum kalian ketahui dari apa yang diwahyukan Allah kepadaku pada hari ini. Allah berkata, “Setiap harta yang Aku berikan kepada seorang hamba adalah halal. Dan Aku menciptakan semua hamba-Ku seluruhnya dalam keadaan muslim, lalu mereka digoda setan yang mengajak mereka untuk meninggalkan agama mereka, mengharamkan apa yang telah Aku halalkan bagi mereka, dan menyuruh mereka agar menyekutukan-Ku dengan kedudukan yang belum pernah Aku berikan.’ Sesungguhnya Allah memerhatikan keberadaan penduduk bumi. Setelah itu, Allah amat murka kepada mereka, baik orang-orang Arab maupun orang-orang non Arab, kecuali sebagian Ahlul Kitab (yang tetap berpegang teguh kepada agama). Kemudian Allah berkata (kepadaku), “Sesungguhnya Aku mengutusmu untuk mengujimu dan menguji orang lain melalui kamu, Aku menurunkan kepadamu kitab yang tidak akan luntur oleh tetesan air (terjaga selamanya) dan bisa kamu baca ketika tidur atau ketika kamu bangun (bisa dibaca dengan mudah).’Sesungguhnya Allah memerintahkan kepadaku untuk menghancurkan suku Quraisy. Aku berkata, Wahai Tuhanku, nanti mereka akan memenggal kepalaku dan meninggalkannya seperti potongan roti. Allah berkata, “Usirlah mereka seperti mereka mengusirmu. Seranglah mereka, Kami akan membantumu untuk menyerang. Hancurkan mereka, Kamu akan membantumu untuk menghancurkan mereka. Kirimlah sekelompok pasukan tentara, Kamu juga akan mengirim pasukan tentara, lima kali lipat lebih banyak dari pasukanmu, untuk membantumu. Dan hendaknya kamu bersama orang-orang yang taat kepadamu membunuh mereka. Allah berfirman: ‘Penghuni surga itu ada tiga macam, (1) penguasa yang adil, jujur dan bijaksana, (2) orang yang pengasih, bersahaja terhadap seluruh kerabat dan kamu muslimin, dan (3) orang yang menjaga kehormatan dirinya dan melundungi keluarganya. Penghuni neraka ada lima macam, (1) orang lemah yang tidak mau mempergunakan otaknya, yaitu orang-orang yang suka mengekor, tidak mau berkeluarga dan enggan mencari nafkah, (2) orang yang suka berkhianat dalam hal apapun, (3) orang yang tidak bekerja pada pagi hari dan sore hari, ia hanya memperdayaimu akan keluargamu dan hartamu, (4) orang yang kikir (atau pembohong) dan (5) orang yang bermulut kotor (suka berghibah dan mengadu domba).” (Hadits Riwayat Muslim, Shahih).

 

Berdasarkan hadits ini, sesungguhnya setiap manusia yang diciptakan oleh Allah SWT seluruhnya dalam keadaan muslim, dimana kondisi ini sejalan dengan pernyataan ruh kepada Allah SWT setelah ruh dipersatukan dengan jasmani. Jika hal ini adalah kondisi dasar setiap manusia yang ada di muka bumi ini berarti jika ada orang yang tidak muslim lagi berarti orang tersebut sudah tidak fitrah lagi.

 

3. Manusia Telah Diberi Akal oleh Allah SWT. Apa itu akal? Akal adalah alat ruhaniyah yang diletakkan oleh Allah SWT dalam hati ruhani setiap manusia yang berguna bagi manusia untuk bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk, mana yang benar dan mana yang salah sehingga manusia tidak salah jalan, tidak salah memilih yang pada akhirnya bisa merugikan manusia itu sendiri jika sampai akal tidak digunakan sesuai dengan fungsinya dengan baik dan benar. Berdasarkan hadits yang kami kemukakan berikut ini:Abu Hurairah ra. berkata: Nabi SAW bersabda: Allah ta'ala berfirman: Tatkala Allah SWT menciptakan akal, berfirmanlah Allah kepadanya: "Datanglah hai akal"; maka datanglah ia, kemudian diperintahkannya: Pergilah dan pergilah ia. Allah berfirman: Aku tidak menciptakan sesuatu makhluk yang lebih Aku cintai dari padamu. Dengan engkau Aku mengambil dan dengan engkau pula Aku memberi. (Hadits Qudsi Riwayat Abdullah bin Ahmad dari Al Hassan dam Ath Thabarani dari Abi Umamah; 272:269).” Ada satu hal yang harus kita ketahui dengan penghormatan yang setinggi-tingginya dimana Allah SWT telah memberikan cinta-Nya kepada manusia melalui akal atau kepada hati ruhani manusia (sebab akal diletakkan di dalam hati ruhani manusia).

 

Sekarang coba jamaah sekalian bayangkan Allah SWT sebagai pemilik yang sekaligus pencipta, pemelihara, pengawas, pengayom dari langit dan bumi beserta isinya menyatakan cintanya kepada akal atau kepada hati ruhani manusia. Hal ini menunjuk-kan bahwa Allah SWT memberikan penghargaan dan penghormatan kepada akal atau kepada hati ruhani manusia yang begitu luar biasa. Timbul pertanyaan ada apa sebenarnya di balik ini semua? Hubungan cinta adalah hubungan yang terjadi diantara dua pihak yaitu antara pihak yang mencintai dengan pihak yang dicintai. Jika seseorang menyatakan cintanya kepada orang yang dicintainya maka orang tersebut sudah siap baik mental maupun materiil untuk berkorban kepada orang yang dicintainya.

 

Apakah Allah SWT juga melakukan hal yang sama kepada akal atau kepada hati ruhani manusia? Allah SWT juga melakukan hal yang sama kepada akal atau kepada hati ruhani manusia, ini dibuktikan dengan pernyataan Allah SWT yang berbunyi "Dengan engkau Aku mengambil dan dengan engkau pula Aku memberi". Sekarang sudahkah kita merasakan buah dari cinta Allah SWT kepada diri kita melalui akal atau malah kita yang telah melakukan perselingkuhan dengan selain Allah SWT?  Jika kita belum pernah merasakan cinta Allah SWT tentu ada yang salah di dalam hubungan percintaan ini. Yang pasti Allah SWT tidak akan pernah ingkar janji atau berselingkuh, selanjutnya bagaimana dengan diri kita? Semoga diri kita tidak termasuk orang-orang yang mencampakkan cinta Allah SWT kepada akal dengan berselingkuh mencintai tahta, harta dan juga wanita.

 

Hal yang harus kita jadikan pedoman adalah Allah SWT lebih dahulu menyatakan cintanya kepada diri kita, namun kita tidak bisa menilai besaran cinta Allah SWT kepada diri kita. Akan tetapi Allah SWT lah yang akan melakukan penilaian kepada diri kita dengan memberikan ujian atau cobaan melalui anak, melalui harta, melalui pangkat, melalui  jabatan, melalui istri/suami dibandingkan dengan cinta kita kepada Allah SWT. Adanya kondisi ini akan diketahuilah seberapa berkualitasnya cinta seseorang kepada Allah SWT dibandingkan dengan selain-Nya. Selain telah diberikan akal, setiap manusia juga diberikan Af’idah atau perasaan oleh Allah SWT yang juga diletakkan di dalam hati ruhani manusia. Allah SWT berfirman:“kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalamnya roh (ciptaan)-Nya dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur. (surat As Sajdah (32) ayat 9).” Adanya akal dan juga af’idah (perasaan) akan memudahkan manusia melaksanakan tugas sebagai khalifah di muka bumi ini dan ingat keduanya bukan barang gratisan yang bisa seenaknya dipergunakan karena keduanya akan dimintakan pertanggungjawabannya oleh Allah SWT kelak. Untuk itu mulai saat ini pergunakan keduanya sesuai dengan kehendak pemberi akal dan perasaan, agar diri kita terbebas dari pertanggungjawaban. 

 

4.  Manusia (Nass) Diciptakan Sesuai Dengan Fitrah Allah SWT. Allah SWT telah mengemukakan tentang 3(tiga) konsep kefitrahan, yaitu : (1) Adanya Diinul Islam yang berasal dari fitrah Allah SWT; (2) Adanya manusia (nass atau ruh) yang juga berasal dari fitrah Allah SWT, dan; (3) Adanya fitrah Allah SWT itu sendiri, sebagaiman termaktub dalam surat Ar Ruum (30) ayat 30 berikut ini: “Maka hadapkanlah wajahmu dengan Lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” Lalu Allah SWT memerintahkan kita (nass) untuk dihadapkan selalu kepada Diinul Islam yang mana Diinul Islam itu sendiri adalah fitrah Allah SWT sedangkan kita juga adalah fitrah Allah SWT. Sehingga dengan kita melakukan hal ini maka kita dikehendaki oleh Allah SWT agar selalu berada di dalam  konsep kefitrahan ini. Apabila kita mampu selalu berada di dalam konsep ini maka datang fitrah kembali fitrah dapat kita raih. 

 

Selain daripada itu, masih melalui surat Ar Ruum (30) ayat 30 di atas, Allah SWT sudah menunjukkan kepada diri kita bahwa kondisi dasar diri kita sejak awal diciptakan oleh Allah SWT sudah di dalam konsep fitrah yang sesuai dengan Allah SWT itu sendiri Dzat Yang Maha Fitrah sepanjang kita mampu melaksanakan suatu konsep Ilahiah yang berasal dari fitrah Allah SWT yaitu Diinul Islam yang dilaksanakan secara kaffah. Timbul pertanyaan fitrah siapakah yang lebih baik dan lebih besar, apakah fitrah diri kita ataukah fitrah Allah SWT? Fitrah manusia tidak mungkin lebih baik dan lebih besar dari fitrah Allah SWT sebab fitrah manusia berasal dan diciptakan oleh Allah SWT.

 

Selanjutnya adakah campur tangan selain Allah SWT di dalam fitrah manusia? Sampai dengan saat ini tidak ada dan tidak akan mungkin ruh dapat diperoleh dari selain Allah SWT. Sebagai bukti bahwa fitrah Allah SWT itu mencerminkan kebesaran dan kehebatan dari Allah SWT, sampai saat ini belum pernah dan tidak akan mungkin ruh dapat diteliti, dapat diperiksa, dapat ditelaah, dapat diproduksi oleh selain Allah SWT. Dan jika sampai ruh dapat diteliti, diperiksa, ditelaah, di produksi oleh selain Allah SWT maka posisi dan kebesaran yang dimiliki oleh Allah SWT telah tergantikan oleh orang ataupun makhluk lainnya. Disinilah Allah SWT menempatkan kebesaran dan keheba-tannya kepada semua makhluknya bahwa Allah SWT adalah segala-galanya.

 

5. Manusia Diciptakan Dalam Bentuk Yang Sebaik Baiknya. Setiap manusia diciptakan oleh Allah SWT di dalam kerangka rencana besar kekhalifahan di muka bumi. Manusia diciptakan belakangan oleh Allah SWT setelah yang lainnya diciptakan  seperti jin, malaikat, bumi dan langit dan manusia diciptakan dengan harapan akan menjadi perpanjangan tangan Allah SWT  (ingat bukan perpanjangan tangan syaitan) di muka bumi serta akan dijadikan sebagai makhluk pilihan yang mengabdi kepada Allah SWT. Jika hal ini yang melatarbelakangi penciptaan manusia, patutkah Allah SWT menciptakan manusia dengan cara asal-asalan atau datang begitu saja tanpa ada suatu perencanaan yang matang? Allah SWT berfirman: “Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. (surat At Tiin (95) ayat 4)

 

Allah SWT selaku Dzat Yang Maha Sempurna, pasti sudah mempersiapkan segala sesuatu dengan sesempurna mungkin sesuai dengan kesempurnaan yang dimiliki Allah SWT. Allah SWT menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya dan menyusun tubuh manusia dalam keseimbangan yang sempurna pula. Jika hal itu tidak dilakukan oleh Allah SWT, dimana letak Allah SWT itu Maha Pencipta dan yang Maha Sempurna? Allah SWT berfirman: “Yang telah menciptakan kamu lalu menyempurnakan kejadianmu dan menjadikan (susunan  tubuh) mu seimbang.(surat Al Infithaar (82) ayat 7)

 

Untuk itu lihatlah, perhatikanlah, renungkanlah, pelajarilah dengan seksama tubuh kita sendiri melalui organ-organ yang ada pada tubuh diri kita, maka jika kita mau berfikir jernih akan terlihat oleh kita suatu keadaan yang sangat-sangat hebat di dalam diri kita sebab Allah SWT telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya atau manusia bukan diciptakan dalam kondisi asal-asalan oleh Allah SWT.Selanjutnya kami ingin mengajak para hamba-hamba Allah SWT untuk merenungi kembali apa-apa yang akan kami kemukakan di bawah ini dengan suatu perenungan yang jujur, yaitu:

 

a.   Lihatlah serta persaksikanlah jaringan sel-sel syaraf dan jaringan sel-sel darah manusia yang begitu rapih;

b.   Lihatlah serta persaksikanlah organ tubuh manusia seperti jantung, paru, limpa, hati dan ginjal yang selalu bekerja tiada henti;

c.   Lihatlah serta persaksikanlah ukuran dan panjang tangan kita yang proporsional dengan tinggi rendahnya tubuh;

d.   Lihatlah serta persaksikanlah ukuran dan panjang kaki kita yang proporsional dengan tinggi rendahnya tubuh;

e.    Lihatlah dan persaksikanlah  alis mata kita yang tidak bertambah panjang dari waktu ke waktu dibandingkan dengan rambut kepala kita;

f.   Lihatlah dan persaksikanlah kuku tangan dan kuku kaki yang selalu tumbuh dari waktu ke waktu dibandingkan dengan bulu mata kita yang pertumbuhannya terbatas;

g.   Lihatlah dan persaksikanlah  wajah dan rupa manusia, tidak ada yang sama baik bentuk wajah dan rupanya atau lihat pula sidik jarinya tidak ada yang sama.

 

Sekarang adakah Tuhan selain Allah SWT yang mampu menciptakan hal-hal yang kami kemukakan di atas ini? Jika tidak ada, masihkah kita tidak mempercayai bahwa hanya Allah SWT sajalah yang mampu menciptakan manusia yang ada di jagad raya ini? Jika ini kondisinya berarti kita yang diciptakan oleh Allah SWT harus bisa menempatkan dan meletakkan pencipta diri kita sesuai dengan kehendak dan kebesaran yang dimiliki oleh pencipta, dalam hal ini Allah SWT.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar