K. PERINGATAN BAGI
ANAK DAN KETURUNAN NABI ADAM as, HARUS MEMUSUHI IBLIS/SYAITAN.
Allah SWT telah mengemukakan
tentang peringatan dini kepada setiap abd’ (hamba)-Nya yang sekaligus khalifah-Nya
yang ada di muka bumi, termasuk kepada diri kita dan anak dan keturunan kita,
untuk selalu berhati-hati dan waspada agar jangan sampai pelajaran yang
berharga yang terjadi pada Nabi Adam as, dan Istrinya yang di usir keluar dari
syurga tidak terjadi pada diri kita. Sebagaimana dikemukakan dalam surat Al
A'raaf (7) ayat 27 berikut ini: Hai anak Adam, janganlah sekali-kali kamu dapat ditipu oleh syaitan
sebagaimana ia telah mengeluarkan kedua ibu bapakmu dari surga, ia menanggalkan
dari keduanya pakaiannya untuk memperlihatkan kepada keduanya auratnya.
Sesungguhnya ia dan pengikut-pengikutnya
melihat kamu dari suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka.
Sesungguhnya Kami telah menjadikan syaitan-syaitan itu pemimpin-pemimpin
bagi orang-orang yang tidak beriman.”
Dan juga berdasarkan surat
Al Kahfi (18) ayat 50 yang kami kemukakan berikut ini: “Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: “Sujudlah
kamu kepada Adam”, maka sujudlah mereka kecuali iblis. Dia adalah dari golongan
jin, maka ia mendurhakai perintah Tuhannya. Patutkah kamu mengambil dia dan
turunan-turunannya sebagai pemimpin
selain daripadaKu, sedang mereka adalah musuhmu? Amat buruklah iblis itu
sebagai pengganti (Allah) bagi orang-orang yang zalim.”
Untuk itu Allah SWT memberitahukan kepada anak
dan keturunan Nabi Adam as, bahwa ada musuh besar yaitu jin/iblis/syaitan yang
harus kita hadapi, yang harus kita kalahkan serta yang tidak akan mungkin dapat
kita hadapi seorang diri dikarenakan jumlah mereka lebih banyak serta mereka
tidak kelihatan namun pengaruhnya dapat kita rasakan secara langsung. Dan jika sekarang Allah
SWT sudah memberitahukan kepada anak dan keturunan Nabi Adam as, akan adanya
musuh abadi dan ternyata diri kita
lengah, diri kita terperdaya akibat ulah bujukan dan rayuan yang dilancarkan
oleh Iblis dan sekutunya, jangan pernah salahkan Allah SWT karena sudah
diberitahukan oleh Allah SWT.
Allah SWT berfirman: “Bukankah Aku telah memerintahkan kepadamu hai Bani Adam supaya
kamu tidak menyembah syaitan? Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata
bagi kamu. (surat Yaasin (36) ayat 60).” Peringatan dini disampaikan oleh Allah SWT
dikarenakan Allah SWT tidak hendak mendzalimi hamba-Nya, justru Allah SWT ingin
menunjukkan kasih sayangnya kepada makhluk ciptaannya yaitu Nabi Adam as,
beserta anak dan keturunannya yang dijadikannya Allah SWT sebagai khalifah di
muka bumi atau dijadikan perpanjangan tangan Allah SWT di muka bumi.
Selanjutnya coba kita bayangkan jika sampai Allah SWT tidak
memberikan informasi tentang adanya permusuhan antara iblis dan sekutunya
dengan Nabi Adam as, beserta anak dan keturunannya? Allah SWT sebagai inisiator
dan perencana handal dari rencana besar penciptaan manusia di muka bumi menunjukkan kehebatannya kepada
kita semua serta menunjukkan kasih sayangnya kepada kita agar diri kita tidak
celaka, tidak menderita akibat rayuan dan bujukan syaitan sang laknatullah.
Sekarang maukah peringatan dini dari Allah SWT ini kita jadikan pedoman saat
diri kita melaksanakan tugas di muka bumi?
L. IBLIS/SETAN DIBERI
HAK UNTUK MENCAMPURI
ANAK DAN HARTA DARI SELURUH KETURUNAN NABI ADAM as,.
Allah SWT telah memberikan kesempatan kepada Iblis beserta balatentaranya untuk mengganggu dan untuk mencampuri anak dan keturunan Nabi Adam as, melalui anak, melalui harta mereka. Allah SWT juga mempersilahkan kepada iblis atau syaitan untuk membawa balatentara mereka, mulai dari yang berkuda dan yang berjalan kaki saat mengganggu dan merayu anak dan keturunan Nabi Adam as. Barangsiapa yang tergoda bujuk dan rayuan iblis atau syaitan, Allah SWT mempersilahkan mereka untuk dijadikan sekutu dan kawan untuk menuju neraka Jahannam. Sebagaimana dikemukakan dalam surat Al Israa' (17) ayat 64 yang kami kemukakan berikut ini, “Dan hasunglah siapa yang kamu sanggupi di antara mereka dengan ajakanmu, dan kerahkanlah terhadap mereka pasukan berkuda dan pasukanmu yang berjalan kaki dan berserikatlah dengan mereka pada harta dan anak-anak dan beri janjilah mereka. Dan tidak ada yang dijanjikan oleh syaitan kepada mereka melainkan tipuan belaka.” Timbul pertanyaan, melalui sarana apakah syaitan mempengaruhi diri kita dan juga anak dan keturunan kita?
Iblis/Jin/Syaitan tidak akan mampu mempengaruhi ruh kita dan juga ruh anak dan keturunan kita sebab ruh asalnya dari Allah SWT dan juga karena Iblis/Jin/Syaitan tidak memiliki ilmu tentang ruh. Hal yang dapat dilakukan oleh Jin/Iblis/Syaitan mempengaruhi diri dan anak dan keturunan kita melalui jasmani yang di dalamnya ada ahwa (hawa nafsu) sehingga menjadi pintu masuk bagi syaitan mengganggu dan menggoda manusia yang mengakibatkan kefitrahan ruh menjadi tercoreng. Selain itu, jalan masuk yang dibuat oleh Jin/Iblis/Syaitan masuk ke dalam jasmani melalui makanan dan minuman haram yang dikonsumsi oleh diri kita, termasuk di dalamnya cara memperoleh makanan dan minuman yang akan kita konsumsi.
Dan jika sampai makanan dan minuman yang kita konsumsi masuk dalam
kriteria haram berarti diri kita sudah memberikan tempat dan kedudukan bagi
Jin/Iblis/Syaitan memiliki tempat tinggal di dalam diri anak dan keturunan
kita. Lalu,
apa yang terjadi jika makanan dan minuman haram yang kita konsumsi bersarang di
otak, bersarang di mata, bersarang di lidah? Jika ini yang terjadi maka anak
dan keturunan kita, termasuk diri kita, akan selalu berfikiran negatif, akan
senang melihat yang buruk-buruk, akan senang bergunjing. Hal inilah yang sangat
dinanti oleh syaitan. Sebagai orang tua sadarlah bahwa apa yang kita makan, apa
yang kita minum dapat berdampak kepada perilaku anak? Sekarang lihatlah orang
yang kadar haramnya banyak, apakah mudah orang tersebut diajak berbuat kebaikan
lalu bandingkan dengan orang yang kadar halalnya banyak?
Berikut ini akan kami
kemukakan salah satu bentuk dari tunduk dan patuhnya syaitan di dalam
melaksanakan kesepakatan yang telah disetujui oleh Allah SWT yaitu menserikati
keturunan Nabi Adam as, setelah di usir dari syurga dan kejadian ini merupakan
kejadian pembunuhan yang pertama di muka bumi. Syaitan dengan kemahiran dan
kelihaiannya membujuk dan merayu mulai melaksanakan apa yang telah dimintanya
kepada Allah SWT, yaitu untuk
menserikati keturunan Nabi Adam yang pertama yaitu Qabil dengan menyuruh dan
mempengaruhi Qabil untuk tidak menerima keputusan Allah SWT yaitu untuk
melaksanakan perkawinan dengan saudari kembar dari Habil. Qabil tidak senang
dengan keputusan Allah SWT sebab Qabil melihat saudari kembar dari Habil tidak
cantik dibandingkan dengan saudari kembarnya sendiri. Keputusan Allah SWT adalah
Qabil harus menikahi saudari kembar dari Habil sedangkan Habil harus menikahi
saudari kembar dari Qabil. Allah
SWT berfirman: “Ceritakanlah kepada
mereka kisah kedua putera Adam (Habil dan Qabil) menurut yang sebenarnya,
ketika keduanya mempersembahkan korban, maka diterima sari salah seorang dari
mereka berdua (Habil) dan tidak diterima dari yang lain (Qabil). Ia berkata
(Qabil): “Aku pasti membunuhmu!”. Berkata Habil: “Sesungguhnya Allah hanya
menerima (korban) dari orang-orang yang bertakwa”“ Sungguh kalau kamu
menggerakkan tanganmu kepadaku untuk membunuhku, aku sekali-kali tidak akan
menggerakkan tanganku kepadamu untuk membunuhmu. Sesungguhnya akutakut kepada
Allah, Tuhan seru sekalian alam”. “Sesungguhnya aku ingin agar kamu kembali
dengan (membawa) dosa (membunuh) ku dan dosamu sendiri, maka kamu akan menjadi
penghuni neraka, yang demikian itulah pembalasan bagi orang-orang yang
zalim”.Maka hawa nafsu Qabil menjadikannya menganggap mudah membunuh
saudaranya, sebab itu dibunuhnyalah, maka jadilah ia seorang di antara
orang-orang yang merugi. (surat Al Maidah (5) ayat
27-28-29-30).”
Adanya perasaan tidak suka kepada Habil,
dimanfaatkan oleh syaitan, lalu masukklah syaitan sebagai provokator sejati
untuk mempengaruhi Qabil sehingga terjadilah pembunuhan pertama di muka bumi
yaitu Qabil membunuh Habil, saudaranya sendiri. Jika apa yang dikemukakan oleh Allah
SWT benar adanya berarti ancaman syaitan bukanlah isapan jempol belaka, yang
pada akhirnya diri kita pun akan menjadi sasaran syaitan untuk melaksanakan
aksinya. Sekarang sudah siapkah diri kita dan juga anak keturunan kita
menghadapi syaitan yang serangannya sangatlah masif tanpa mengenal lelah
dimanapun kita berada?
M. HAMBA SYAITAN VS
HAMBA ALLAH SWT.
Allah SWT adalah Maha Adil, Allah SWT adil tidak
saja kepada Nabi Adam as, beserta anak dan keturunannya, Allah SWT juga adil
kepada Iblis beserta sekutunya. Tanpa keadilan yang ditunjukkan oleh Allah SWT
kepada Iblis beserta sekutunya serta adil kepada Nabi Adam as, beserta anak dan
keturunannya, maka bagaimana Allah SWT akan dapat mengisi Syurga dan Neraka
dengan cara yang seadil-adilnya? Untuk itu Allah SWT memberikan batasan
dan kriteria bagi yang ingin masuk syurga harus seperti ini dan jika ingin masuk
neraka lakukanlah hal-hal sebagai berikut: “Tuhan berfirman: “Pergilah, barangsiapa di antara
mereka yang mengikuti kamu, maka sesungguhnya neraka Jahannam adalah balasanmu
semua, sebagai suatu pembalasan yang cukup. (surat Al Israa’
(17) ayat 63).” Dan juga berdasarkan
firman Allah SWT berikut ini:
“Keluarlah kamu dari surga itu sebagai orang terhina lagi terusir. Sesungguhnya
barangsiapa di antara mereka mengikuti kamu, benar-benar Aku akan mengisi
neraka Jahannam dengan kamu semuanya”. (surat Al A’raaf
(7) ayat 18). Dan juga berdasarkan surat Al Israa’ (17) ayat 65 sebagaimana berikut
ini: “Sesungguhnya hamba-hambaKu, kamu tidak dapat berkuasa atas mereka. Dan
cukuplah TuhanMu sebagai Penjaga.” Berdasarkan ketentuan ayat di atas ini jika kita ingin pulang kampung ke
syurga, jadilah umat yang patuh dan taat kepada perintah Allah SWT dan jika
kita ingin pulang kampung ke Neraka Jahannam, jadilah umat yang patuh dan taat
kepada perintah iblis/syaitan.
Adanya informasi syarat-syarat untuk masuk neraka dan masuk syurga secara terbuka berarti terjadilah keadilan informasi setelah itu silahkan memilih, apakah mau masuk ke syurga ataukah mau masuk ke neraka, apakah mau menjadi “Hamba Allah SWT” ataukah mau menjadi “Hamba Syaitan”? Pilihan dan konsekuensi akhir ada pada diri kita sendiri, bukan pada Allah SWT. Untuk itu silahkan memilih dan selamat menikmati pilihan.
Sebagai penutup dari bab ini, mari kita perhatikan dengan seksama surat Ibrahim (14) ayat 22 berikut ini: “Dan berkatalah syaitan tatkala perkara (hisab) telah diselesaikan: “Sesungguhnya Allah telah menjanjikan kepadamu janji yang benar, dan akupun telah menjanjikan kepadamu tetapi aku menyalahinya. Sekali-kali tidak ada kekuasaan bagiku terhadapmu, melainkan (sekedar) aku menyeru kamu lalu kamu mematuhi seruanku, oleh sebab itu janganlah kamu mencerca aku, akan tetapi cercalah dirimu sendiri. Aku sekali-kali tidak dapat menolongmu dan kamupun sekali-kali tidak dapat menolongku. Sesungguhnya aku tidak membenarkan perbuatanmu mempersekutukan aku (dengan Allah) sejak dahulu”. Sesungguhnya orang-orang yang zalim itu mendapat siksaan yang pedih.” Dimana syaitan sang laknatullah berkata jujur padahal ia sendiri raja pembohong, yaitu syaitan lepas tanggung jawab kepada manusia yang telah dibohonginya, syaitan lepas tanggung jawab kepada manusia yang telah ditipunya, syaitan lepas tanggung jawab kepada manusia yang mau dirayu dan dibujuk olehnya. Itulah pengakuan jujur dari salah satu makhluk Allah SWT yang mempunyai profesi sebagai Pembisik dan Perayu atau Sang Penjerumus saat hari perhitungan di mulai oleh Allah SWT.
Sekarang masih maukah kita berkawan dan berteman dengan syaitan? Masih maukah kita mengikuti kemauaan syaitan? Masih sudikah kita dibohongi oleh syaitan? Masih bersediakah kita ditipu mentah-mentah oleh syaitan sehingga memang kita senang menjadi teman dan sahabat syaitan sehingga kita lebih percaya kepada syaitan dibandingkan percaya kepada Allah SWT? Akhir dari ini semua Allah SWT tidak akan pernah rugi jika seluruh manusia memilih menjadi hamba syaitan dibandingkan dengan menjadi hamba Allah SWT sehingga semuanya pulang kampung ke neraka.Selanjutnya jika apa yang terjadi dengan syaitan sudah dikemukakan oleh Allah SWT dengan jelas, lalu diri kita tetap mau menjadikan syaitan sebagai atasan, teman, kerabat, penasehat kita, maka bersiap-siaplah menanggung apa yang telah kita perbuat. Akan tetapi jika kita ingin berada di dalam kehendak Allah SWT maka segeralah bertaubat dengan “Taubatan Nasuha” lalu segera laksanakan Diinul Islam secara kaffah mulai saat ini juga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar