Sekarang, mari kita pelajari diri kita
sendiri atau mengenal diri kita sendiri atau menemukan kembali jati diri kita
sendiri, yang mungkin telah hilang di tengah arus reformasi yang tengah terjadi
saat ini, atau di tengah hiruk pikuk sosial media ditambah dalam suasana
pandemi covid 19 yang melanda dunia. Untuk dapat mempelajari dan mengetahui
tentang diri kita sendiri, maka hal ini tidak bisa dipisahkan dengan rencana
besar penciptaan manusia yang akan dijadikan abd’ (hamba)-Nya yang juga
khalifah-Nya di muka bumi.
Sebagai tindak lanjut dari rencana Allah SWT
tentang rencana besar pembambaan kepadaNya dan yang juga rencana besar
kekhalifahan di muka bumi, maka Allah SWT menciptakan makhluk baru yang bernama
manusia, dimana manusia pertama yang diciptakan oleh Allah SWT adalah Nabi Adam
a.s.. Dan dengan
menjadikan Nabi Adam as, beserta anak dan keturunannya menjadi abd’ (hamba)-Nya
yang sekaligus khalifah-Nya di muka bumi merupakan bagian dari rencana besar
Allah SWT, di mana ilmu tentang hal itu hanya diketahui oleh Allah SWT semata,
sehingga tidak ada satupun makhluk yang mengetahuinya. Apa buktinya? Hal
ini dikarenakan malaikat baik yang diciptakan dari cahaya (nur) dan juga dari
api (naar) sebagai makhluk yang diciptakan oleh Allah SWT ribuan tahun sebelum
rencana besar tersebut dikemukakan para malaikat tidak pernah tahu rencana
tersebut dan malaikat
baru tahu setelah diberi tahu oleh Allah SWT tentang akan adanya kekhalifahan
di muka bumi. Adanya kondisi
ini dapat dikatakan
bahwa rencana besar tentang
kekhalifahan di muka
bumi hanya Allah SWT sajalah yang
tahu. (lihat kembali surat Al Baqarah (2) ayat 30).
Timbul pertanyaan, apakah malaikat tahu tentang arti dan maksud dan
tujuan dari penghambaan dan kekhalifahan di muka bumi yang ada dalam rencana
besar Allah SWT? Apakah malaikat punya kemampuan untuk mempelajari tentang
penghambaan dan juga kekhalifahan di muka bumi? Selanjutnya jika malaikat tahu
arti penghambaan dan kekhalifahan apa
yang akan malaikat lakukan? Kemungkinan besar malaikatlah yang pertama-tama
mengajukan diri menjadi abd’(hamba)Nya yang juga khalifahNya di muka bumi sebab
malaikat telah diciptakan oleh Allah SWT lebih dahulu dibandingkan dengan Nabi
Adam as, (malaikat lebih senior
daripada Nabi Adam as,). Akan tetapi justru malaikat menyatakan kepada
Allah SWT, dalam surat Al Baqarah (2) ayat 30 berikut ini“apakah tasbih, pemujaan dan
pensucianku kepada Engkau tidak cukup bagi-Mu, sehingga Engkau mau menciptakan
khalifah yang akan membuat kerusakan dan pertumpahan darah di muka bumi?”
Malaikat
menyatakan seperti itu dikarenakan hanya itulah yang dia ketahui dan yang dia
mengerti dan juga karena keterbatasan ilmu yang dimilikinya.
Setelah Nabi Adam as, dihidupkan oleh Allah
SWT, timbullah gejolak yang menimbulkan ketidaksesuaian pendapat atau terjadi
perselisihan atau perang argumentasi antara Allah SWT dengan para malaikat yang
telah diciptakan jauh sebelum manusia diciptakan. Hasil akhir dari perdebatan
ditutup dengan pernyataan Allah SWT yang menyatakan “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” Adanya kondisi seperti ini menandakan
bahwa Allah SWT telah memiliki konsep yang matang tentang konsep penghambaan
dan konsep kekhalifahan di muka bumi yang tidak diketahui oleh malaikat baik
yang diciptakan dari nur (cahaya) dan dari naar (api). Lalu apa yang
terjadi setelah Nabi Adam as, diciptakan dan dihidupkan oleh Allah SWT, marilah
kita mempelajari keberadaan Nabi Adam as, ditinjau dari sudut “Manusia Pertama” yang diciptakan oleh
Allah SWT serta apa-apa saja yang masih terus berlaku sampai dengan saat ini.
A. NABI ADAM as,
DICIPTAKAN SEBAGAI MANUSIA PERTAMA DAN YANG DICIPTAKAN DARI TANAH.
Nabi
Adam as, diciptakan oleh Allah SWT sebagai manusia pertama. Nabi Adam as,
diciptakan oleh Allah SWT dalam sebuah skenario rencana besar untuk dijadikan
sebagai abd’ (hamba)Nya yang juga khalifahNya di muka bumi. Rencana besar Allah
SWT menjadikan Nabi Adam as, sebagai abd’ (hamba)Nya yang juga khalifahNya di
muka bumi tidak pernah diketahui oleh Malaikat, walaupun Malaikat telah
diciptakan oleh Allah SWT jauh sebelum Nabi Adam as, diciptakan. Adanya kondisi
ini berarti hanya Allah SWT sajalah yang memiliki ilmu tentang manusia yang
akan menempati muka bumi sehingga hanya Allah SWT sajalah yang mampu
melaksanakannya. Lalu seperti apakah kondisi dasar dari Nabi Adam, as? Jawaban
dari pertanyaan ini ada pada hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari sebagaimana
berikut ini: “Abu Hurairah ra, meriwayatkan bahwa Nabi SAW bersabda: Allah SWT
menciptakan Adam setinggi enam puluh hasta. Setelah selesai penciptaan Adam.
Allah SWT berkata, ‘Pergilah. Ucapkan salam kepada para malaikat yang sedang
duduk di sana, lalu dengarkan apa jawaban mereka atas salammu karena
sesungguhnya mereka member salam kepadamu dan anak cucumu. Nabi Adam as, berkata,
Assalamu ‘alaikum.’ Para Malaikat menjawab, “Assalamu alaika wa rahmatullah.”
(mereka menambah kalimat Wa rahmatullah) Maka seluruh manusia yang masuk syurga
seperti penampilan Adam, dan semakin abad penciptaan (tinggi) manusia semakin
berkurang hingga saat ini.” (Hadits Riwayat Bukhari)
Dalam rangka mewujudkan rencana besar Allah SWT untuk menjadikan manusia sebagai abd’ (hamba)-Nya yang juga khalifah-Nya di muka bumi, lalu diciptakanlah Nabi Adam as, sebagai manusia pertama dimana Nabi Adam as, diciptakan oleh Allah SWT dari tanah. Timbul pertanyaan apakah yang diciptakan oleh Allah SWT dari tanah itu, apakah jasmaninya ataukah ruhnya? Yang diciptakan oleh Allah SWT dari tanah adalah jasadnya atau phisiknya atau jasmaninya Nabi Adam as, sedangkan ruhnya Nabi Adam as, bukan diciptakan dari tanah, melainkan dari Nur Allah SWT. Sebagaimana dikemukakan dalam surat Ali Imran (3) ayat 59 berikut ini: “Sesungguhnya misal (penciptaan) Isa disisi Allah, adalah seperti (penciptaan) Adam. Allah menciptakan Adam dari tanah, kemudian Allah berfirman kepadanya: “Jadilah” (seorang manusia) maka jadilah dia.”
Dan setelah jasad atau phisik Nabi Adam as, diciptakan oleh Allah SWT dari tanah, maka jasad dari Nabi Adam as, tersebut diperlihatkan kepada seluruh malaikat dalam kurun waktu tertentu dalam hal ini selama 40 (empat puluh) tahun sebagaimana hadits berikut ini: “Dari Abu Hurairah ra, katanya" Nabi SAW bercerita bahwa Adam dan Musa pernah berbantahan. Kata Musa, "Hai, Adam! Engkau adalah bapak kami. Tetapi engkau telah mengecewakan kami karena menyebabkan kami keluar dari syurga". Jawab Adam, "Engkau, hai Musa! Engkau telah dipilih dan diistimewakan Allah ta'ala. Dengan kehendak-Nya dapat bercakap-cakap dengan-Nya. Apakah kamu menyesaliku karena urusan yang telah ditaqdirkan Allah atasku sejak 40 (empat puluh) tahun sebelum aku diciptakan-Nya?" Sabda Nabi SAW., " Demikianlah Adam dan Musa saling berbantah. (Hadits Riwayat Muslim No.2276).
Setelah dipertontonkan, setelah dipertunjukkan, serta setelah diperlihatkan keberadaan jasad atau phisik Nabi Adam as, beberapa waktu lamanya, barulah Allah SWT meniupkan ruh ke dalam jasad Nabi Adam as, tanpa bantuan atau tanpa perantaraan siapapun juga sehingga hiduplah Nabi Adam as, menjadi manusia pertama yang berkedudukan di syurga (maksudnya syurga dalam arti kebun (jannah). Sebagaimana dikemukakan dalam surat Shaad (38) ayat 72 berikut ini: “Maka apabila telah Kusempurnakan kejadiannya dan kutiupkan kepadanya roh (ciptaan) Ku; maka hendaklah kamu tersungkur dengan bersujud kepadanya.”
Ruh yang ada dalam diri Nabi Adam as, berasal dan diciptakan oleh Allah SWT secara langsung melalui proses peniupan, tanpa melalui perantaraan siapapun juga. Disinilah letak perbedaan yang paling mendasar antara jasmani Nabi Adam as, dengan ruh Nabi Adam as, dimana jasmani diciptakan sedangkan ruh ditiupkan. Sesuatu yang diciptakan, baru ada jika ia telah diciptakan, sedangkan sesuatu yang ditiupkan sudah ada terlebih dahulu pada yang meniupkannya, dalam hal ini Allah SWT. Ini berarti keberadaan ruh tidak bisa dilepaskan dari keberadaan peniup ruh itu sendiri, dalam hal ini adalah Allah SWT.
Sekarang adakah makhluk lain selain manusia yang memiliki ruh yang ditiupkan langsung oleh Allah SWT? Sampai dengan saat ini dan bahkan sampai dengan hari kiamat kelak, tidak ada satu makhlukpun yang memiliki ruh seperti ruh manusia. Adanya kondisi ini berarti manusia sudah sejak awal dipersiapkan oleh Allah SWT sebagai makhluk yang terrhomat, hal ini disebabkan hanya manusialah satu-satu makhluk yang memiliki sesuatu yang berasal dari Allah SWT melalui proses peniupan, yaitu ruh yang diciptakan dari nur-Nya. Selanjutnya dalam rangka memperbanyak dan menambah jumlah anggota keluarga Nabi Adam as, maka Allah SWT menciptakan Siti Hawa sebagai pasangan hidup yang sekaligus istri dari Nabi Adam as, lalu ke duanya hidup dan berkedudukan di syurga.
B.
NABI ADAM as,
DIAJARKAN LANGSUNG OLEH ALLAH SWT.
Nabi Adam as, sebagai calon abd’ (hamba)-Nya yang sekaligus khalifah-Nya yang pertama di muka bumi dan sebagai bukti Allah SWT adalah inisiator dan perencana handal, maka Nabi Adam as, diajar oleh Allah SWT secara langsung. Sebagaiman firman-Nya berikut ini: “Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman: “Sebutkanlah kepadaKu nama-nama benda itu jika kamu memang orang-orang yang benar!”. (surat Al Baqarah (2) ayat 31). Nabi Adam as, diajarkan langsung oleh Allah SWT dalam rangka diberikan pembekalan, dalam hal ini diberi Ilmu dan Pengetahuan, sehingga jika Nabi Adam as, menjadi abd’ (hamba)-Nya yang sekaligus khalifah-Nya di muka bumi maka Nabi Adam as, mampu melaksanakan tugasnya dengan baik dan benar atau akan dapat memudahkan Nabi Adam as. Melaksana-kan tugasnya di muka bumi.
Allah SWT tahu dan sangat mengetahui bahwa tanpa adanya ilmu dan pengetahuan maka Nabi Adam as, atau anak dan keturunannya tidak akan mampu menjadi abd’ (hamba)-Nya yang sekaligus khalifah-Nya yang baik dan benar di muka bumi. Adanya ilmu dan pengetahuan yang dimiliki oleh Nabi Adam as, atau manusia diharapkan akan sangat membantu serta memudahkan tugas penghambaan dan juga tugas kekhalifahan Nabi Adam as, atau manusia di muka bumi kelak. Sekarang coba anda bayangkan jika kita sampai tidak memiliki ilmu dan pengetahuan sama sekali, apa yang dapat kita lakukan di muka bumi ini serta dapat sukseskah kita melaksanakan tugas sebagai perpanjangan tangan Allah SWT di muka bumi? Jawaban dari pertanyaan ini adalah ilmu dan pengetahuan sangat kita butuhkan saat menjadi khalifah di muka bumi.
C. ILMU NABI ADAM as, LEBIH TINGGI DARI ILMU MALAIKAT
Allah
SWT memberikan ilmu kepada Nabi Adam as, beserta anak dan keturunannya lebih
tinggi dari Ilmu yang dimiliki oleh malaikat termasuk juga lebih tinggi dari
syaitan. Sebagaimana firman-Nya berikut ini: “Mereka menjawab: “Maha Suci Engkau, tidak ada
yang kami ketahui selain dari apa yang
telah Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui
lagi Maha Bijaksana. (surat Al Baqarah (2) ayat
32). “Adanya
ilmu yang lebih baik dan lebih tinggi dari malaikat, akan makin memudahkan dan
memuluskan Nabi Adam as, beserta anak dan keturunannya untuk menjalankan
tugasnya sebagai abd’ (hamba) yang juga khalifah di muka bumi yang sekaligus
makhluk pilihan.
Sekarang coba kita bayangkan, jika sampai Allah SWT tidak
mengajarkan, tidak memberikan bekal berupa ilmu dan pengetahuan yang cukup
kepada Nabi Adam as, beserta anak dan keturunannya, apa yang dapat diperbuat
oleh Nabi Adam as, beserta anak dan keturunannya dalam rangka menjadi abd’
(hamba) yang juga khalifah di muka bumi? Jika kita membutuhkan ilmu, kemana kita
harus mencari ilmu serta meminta tambahan ilmu? Ilmu adalah salah satu sifat
Allah SWT, dimana ilmu yang dimiliki oleh Allah SWT sangatlah maha, berdiri
sendiri dan tidak akan mungkin habis sehingga hanya kepada Allah SWT sajalah
kita mencari dan meminta ilmu karena Allah SWT gudangnya perbendaharaan ilmu.
Di lain sisi, Allah
SWT adalah pencipta dan pemilik dari langit dan bumi beserta isinya berarti
hanya Allah SWT sajalah yang paling tahu dan yang paling mengerti tentang
apa-apa yang telah diciptakannya. Sekarang sudahkah kita meletakkan dan
menempatkan bahwa hanya Allah SWT sajalah yang memiliki ilmu apapun juga
dikarenakan alam semesta beserta isinya ada karena adanya Kehendak dan
Kemampuan serta Ilmu Allah SWT? Sebagai abd’ (hamba)-Nya yang juga khalifah-Nya
yang sedang menumpang di langit dan di muka bumi ini maka sudah sepantasnya dan sepatutnya kita hanya berguru kepada Allah SWT semata,
agar diri kita selalu sesuai dengan kehendak Allah SWT. Untuk itu kita harus
memiliki ilmu tentang Allah SWT terlebih dahulu sebelum diri kita mempelajari
ilmu-ilmu lainnya yang tidak lain adalah ciptaan Allah SWT juga. Hal
ini harus kita lakukan karena dengan mendahulukan mempelajari dan memiliki ilmu
tentang Allah SWT berarti kita telah mengetahui siapa pemilik dari ilmu ilmu
yang ada lalu akan memudahkan kita untuk
belajar tentang ciptaan-Nya karena kita sudah bersama pemilik-Nya. Ajak
pemilik ilmu saat mempelajari ilmu-ilmu yang ada maka pemilik dari ilmu akan
mengajarkan ilmunya kepada diri kita.
D. PERINTAH SUJUD
KEPADA NABI ADAM as, KECUALI IBLIS.
Setelah
Allah SWT meniupkan ruh ke dalam jasmani Nabi Adam as, lalu hiduplah Nabi Adam
as, sebagai manusia pertama yang akan menjadi cikal bakal abd’ (hamba)-Nya yang
juga khalifah-Nya pertama di muka bumi. Selanjutnya apa yang terjadi? Lalu
turun perintah sujud kepada Nabi Adam as kepada seluruh malaikat, baik malaikat
yang diciptakan dari Nur (cahaya) dan
malaikat yang diciptakan dari Naar (api). Sebagaimana firmanNya berikut ini: “Dan (ingatlah)
ketika Kami berfirman kepada para Malaikat: “Sujudlah kamu kepada Adam” maka
sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur dan adalah ia termasuk
golongan orang-orang yang kafir. (surat Al Baqarah
(2) ayat 34).
Timbul pertanyaan,
pada waktu perintah sujud turun kepada malaikat seperti apakah kondisi Nabi
Adam as? Kondisi Nabi Adam as, saat perintah sujud kepada malaikat sudah
terdiri dari ruh dan jasmani, sebagaimana firman-Nya berikut ini: “Maka apabila
telah Kusempurnakan kejadiannya dan kutiupkan kepadanya roh (ciptaan) Ku; maka
hendaklah kamu tersungkur dengan bersujud kepadanya. (surat Shaad (38) ayat 72).” Timbul pertanyaan lagi, turunnya perintah sujud kepada Nabi Adam as,
kepada malaikat, apakah sujud kepada jasmani Nabi Adam as, yang sudah sekian
lama diperlihatkan ataukah sujud kepada ruh Nabi Adam as, yang berasal dari
Allah SWT melalui proses peniupan? Jika kita melihat keberadaan jasmani Nabi
Adam as, yang sudah sekian lama diperlihatkan kepada malaikat, berarti perintah
sujud yang diberlakukan oleh Allah SWT adalah perintah sujud kepada ruh Nabi
Adam as, dikarenakan ruh inilah yang memiliki kedudukan yang sangat tinggi dibandingkan
dengan jasmani.
Lalu apa yang terjadi
setelah perintah sujud ini? Ternyata tidak seluruh malaikat yang ada pada waktu itu mau tunduk
patuh kepada perintah Allah SWT untuk sujud kepada Nabi Adam as, (maksudnya
sujud kepada ruh Nabi Adam as, yang berasal dari Allah SWT), lalu siapakah yang
tidak mau tunduk patuh kepada perintah Allah SWT itu? Malaikat yang
dijuluki Iblislah yang tidak mau sujud
kepada Nabi Adam as, sebagaimana dikemukakan dalam surat Al Baqarah (2) ayat 34
di atas. Sekarang kenapa iblis dikatakan juga malaikat? Sebelum Nabi Adam as,
diciptakan yang ada pada waktu itu hanyalah malaikat baik yang berasal dari Nur
(cahaya) dan Naar (api). Dan setelah terjadinya peristiwa pembangkangan Iblis
kepada perintah Allah SWT maka malaikat yang berasal dari Naar (api) tidak
diperkenankan kembali menyandang status malaikat. Timbul pertanyaan baru,
siapakah Iblis yang berani menentang perintah Allah SWT untuk sujud kepada Nabi
Adam as? Iblis
sebenarnya dan pada awalnya adalah malaikat-Nya Allah SWT yang selalu memuji,
bertasbih dan bertahmid serta selalu mensucikan Allah SWT, seperti halnya
malaikat yang diciptakan dari Nur (cahaya). Akan tetapi setelah diperintahkan
oleh Allah SWT untuk sujud kepada Nabi
Adam as, dia tidak mau melaksanakan perintah Allah SWT dan sejak saat itulah
Allah SWT menamakannya si pembangkang yang nekat atau disebut juga iblis dan
selanjutnya titel malaikat yang ada pada diri iblis sudah tidak berlaku lagi
karena telah dicabut oleh Allah SWT, walaupun iblis telah mengabdi
kepada Allah SWT ribuan tahun sebelum Nabi Adam as, as, diciptakan.
Adanya kondisi yang
kami kemukakan di atas ini, maka berlakulah hal-hal sebagai berikut: (1) Setelah
adanya peristiwa pembangkangan atas perintah Allah SWT untuk sujud kepada Nabi
Adam as, maka malaikat dapat dibedakan menjadi 2(dua) golongan yaitu malaikat
yang taat dan patuh kepada perintah Allah SWT dan malaikat yang membangkang
perintah. Selanjutnya malaikat yang
tidak taat dan
tidak patuh kepada perintah Allah SWT tidak diperkenankan lagi menyandang
status malaikat; (2) Malaikat yang mematuhi segala perintah dari
Allah SWT tetap dinamakan malaikat sedangkan malaikat yang membangkang perintah
Allah SWT disebut iblis atau si pembangkang yang nekat. Lalu apa yang melatarbelakangi iblis menjadi pembangkang yang
nekat? Iblis melakukan hal tersebut pasti ada sesuatu yang
melatar-belakanginya, apakah itu? Jawaban dari pertanyaan ini ada pada
pembahasan berikut ini.
E. PENYEBAB IBLIS TIDAK
MAU SUJUD KEPADA NABI ADAM as,.
Iblis
berani membangkang perintah Allah SWT untuk sujud kepada Nabi Adam as,
disebabkan iblis merasa lebih baik, iblis merasa lebih terhormat dari pada Nabi
Adam as, dikarenakan Nabi Adam as,
diciptakan dari tanah sedangkan iblis diciptakan dari api. Menurut kacamata
Iblis, menurut Ilmu Iblis yang terbatas “Api Lebih Baik dan Lebih
Terhormat dari pada Tanah” sebab api berada 3(tiga) tingkat di atas
tanah, sebagaimana surat Al A'raaf (7) ayat 12 berikut ini: “Allah berfirman;
“Apakah yang menghalangimu untuk bersujud (kepada Adam) di waktu Aku
menyuruhmu?” Menjawab iblis: “Saya lebih baik daripadanya: Engkau ciptakan saya
dari api sedang dia Engkau ciptakan dari tanah.” Dan juga berdasarkan ketentuan hadits
berikut ini: “Sabda Nabi
Muhammad SAW: “Ketika Allah menciptakan bumi terjadilah goncangan dan
getaran-getaran, maka Allah ciptakan gunung-gunung hingga bumi menjadi tenang
dan tetap. Malaikat kagum atas kehebatan gunung-gunung itu, mereka bertanya:
“Tuhan kami, adakah Engkau ciptakan satu ciptaan yang lebih hebat dari
gunung-gunung itu?” Firman Allah: “Ada yaitu Besi”. Adakah yang lebih hebat
dari Besi? “ Ada Api” Adakah yang lebih hebat dari Api? Ada! Yaitu Air, yang
lebih hebat dari semua itu ialah Anak Adam yang bersedekah tangan kanannya lalu
sembunyikan dari tangan kirinya. (Hadits Riwayat
Ath Thirmidzi).
Hal ini memang benar
jika kita memandang dari asal usul jasmani yang berasal dari tanah atau jika
jati diri manusia yang sesungguhnya adalah jasmani. Iblis berani melawan Allah
SWT dan berani sombong kepada Allah SWT hal ini disebabkan oleh latar belakang
dari dzat awal pembentuk dirinya yaitu api. Dimana sifat dasar api adalah ingin menang
sendiri; Tidak mau kalah apalagi mengalah; apapun akan dibabat dan dilawannya
tanpa pandang bulu; Semuanya dibakar dan dihajar sampai habis sampai luluh
lantah; selalu merasa jagoan dan seterusnya.
Iblis dengan kemampuan yang terbatas hanya
mampu melihat unsur tanah sebagai dzat pembentuk tubuh manusia. Iblis hanya
mampu menilai unsur jasmani atau phisik Nabi Adam as, semata. Iblis tidak
memiliki pengetahuan bahwa di dalam tubuh atau di dalam jasmani Nabi Adam as,
terdapat ruhyang berasal langsung dari Allah SWT melalui proses peniupan. Selanjutnya Iblis
yang tidak mempunyai ilmu tentang ruh yang berasal dari Allah SWT ditambah
dengan sifat dasar api yang dimilikinya, maka terjadilah apa yang disebut
dengan pembangkangan iblis melawan perintah Allah SWT untuk sujud kepada Nabi
Adam as. Adanya kondisi ini, berlakulah ketentuan sebagai berikut :
1. Unsur api dan unsur
cahaya adalah dzat pembentuk dari malaikat-malaikat Allah SWT, yang diciptakan
jauh sebelum Nabi Adam as, diciptakan. Malaikat yang berasal dari unsur api
dalam hal ini diwakili oleh iblis disebut juga dengan malaikat pembangkang yang
nekat sedangkan malaikat yang berasal dari unsur cahaya (unsur nur) disebut
juga dengan malaikat yang patuh dan taat kepada Allah SWT. Allah SWT berfirman: “Dia menciptakan manusia dari tanah kering
seperti tembikar, dan Dia menciptakan jin dari nyala api. (surat Ar Rahman (55)
ayat 14-15). Dan Rasulullah
bersabda: “Malaikat diciptakan dari
cahaya, Jin diciptakan dari nyalanya api dan Adam diciptakan dari sesuatu yang
disifatkan kepada kalian”. (Hadits Riwayat Muslim)
2. Unsur api melambangkan
kenekatan dan pembangkangan untuk melawan, membandel dari perintah Allah SWT, sedangkan unsur cahaya (nur)
melambangkan taat dan patuh
terhadap perintah Allah SWT dan Ingat Allah SWT adalah Maha Bercahaya. Untuk
itu lihatlah cahaya, adakah kebengkokan di dalam sinarnya?.
3. Unsur api dan unsur
cahaya (nur) dapatkah disatukan? Jika dapat disatukan bagaimanakah caranya
menggabungkan unsur api sebagai bahan dasar pembuat iblis dan jin dan unsur Nur
sebagai bahan dasar pembuat malaikat? Apakah pembangkang akan disamaratakan dengan yang
patuh dan taat, dan jika disatukan dimanakah letak keadilannya? Allah SWT berfirman: “Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat:
“Sujudlah kamu kepada Adam”, maka sujudlah mereka kecuali iblis. Dia adalah
dari golongan jin, maka ia mendurhakai perintah Tuhannya. Patutkah kamu
mengambil dia dan turunan-turunannya
sebagai pemimpin selain daripadaKu, sedang mereka adalah musuhmu? Amat
buruklah iblis itu sebagai pengganti (Allah) bagi orang-orang yang zalim. (surat Al Kahfi (18) ayat 50). Allah SWT sebagai perencana yang
handal sudah memikirkan dengan matang dimana keduanya akan ditempatkan. Untuk
itu kelak dikemudian hari Allah SWT akan membedakan tempat bernaung unsur api
dan tempat bernaung unsur nur secara terpisah. Apakah nama tempat bernaung yang
dikemudian hari diciptakan oleh Allah SWT? Jawabannya adalah syurga dan
neraka.
4. Iblis digolongkan termasuk orang-orang kafir, sebagaimana Allah
SWT berfirman berikut ini: “Kecuali Iblis, dia menyombongkan diri dan adalah dia termasuk
orang-orang yang kafir. (surat Shaad (38) ayat 74). Sekarang jin/iblis/syaitan serta malaikat sudah ada bersama diri kita dan
sudah pula melaksanakan tugasnya masing-masing sesuai dengan apa-apa yang telah
ditetapkan Allah SWT kepada mereka semua. Sebagai abd’
(hamba)-Nya yang sekaligus khalifah-Nya di muka bumi sudahkah kita memiliki
ilmu dan juga pengetahuan tentang mereka semua sehingga kita mampu menempatkan
dan meletakkan mereka sebagaimana mestinya? Malaikat sebagai
makhluk yang taat dan patuh kepada Allah SWT maka ia akan melaksanakan tugasnya
tanpa harus disuruh suruh lagi. Akan tetapi khusus untuk syaitan, ia menunggu
kesempatan yang diberikan oleh manusia barulah ia melaksanakan aksinya.
Contohnya, saat diri kita memperturut-kan malas, maka syaitan mulai melancarkan
aksinya kepada diri kita. Demikian pula saat diri kita pelit, maka syaitanpun
mulai melaksanakan aksinya kepada diri. Jadi syaitan baru akan melaksanakan
aksinya jika diberi kesempatan oleh manusia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar