Label

MEMANUSIAKAN MANUSIA: INILAH JATIDIRI MANUSIA YANG SESUNGGUHNYA (79) SETAN HARUS JADI PECUNDANG: DIRI PEMENANG (68) SEBUAH PENGALAMAN PRIBADI MENGAJAR KETAUHIDAN DI LAPAS CIPINANG (65) INILAH ALQURAN YANG SESUNGGUHNYA (60) ROUTE TO 1.6.799 JALAN MENUJU MAKRIFATULLAH (59) MUTIARA-MUTIARA KEHIDUPAN: JALAN MENUJU KERIDHAAN ALLAH SWT (54) PUASA SEBAGAI KEBUTUHAN ORANG BERIMAN (50) ENERGI UNTUK MEMOTIVASI DIRI & MENJAGA KEFITRAHAN JIWA (44) RUMUS KEHIDUPAN: TAHU DIRI TAHU ATURAN MAIN DAN TAHU TUJUAN AKHIR (38) TAUHID ILMU YANG WAJIB KITA MILIKI (36) THE ART OF DYING: DATANG FITRAH KEMBALI FITRAH (33) JIWA YANG TENANG LAGI BAHAGIA (27) BUKU PANDUAN UMROH (26) SHALAT ADALAH KEBUTUHAN DIRI (25) HAJI DAN UMROH : JADIKAN DIRI TAMU YANG SUDAH DINANTIKAN KEDATANGANNYA OLEH TUAN RUMAH (24) IKHSAN: INILAH CERMINAN DIRI KITA (24) RUKUN IMAN ADALAH PONDASI DASAR DIINUL ISLAM (23) ZAKAT ADALAH HAK ALLAH SWT YANG HARUS DITUNAIKAN (20) KUMPULAN NASEHAT UNTUK KEHIDUPAN YANG LEBIH BAIK (19) MUTIARA HIKMAH DARI GENERASI TABI'IN DAN TABI'UT TABIIN (18) INSPRIRASI KESEHATAN DIRI (15) SYAHADAT SEBAGAI SEBUAH PERNYATAAN SIKAP (14) DIINUL ISLAM ADALAH AGAMA FITRAH (13) KUMPULAN DOA-DOA (10) BEBERAPA MUKJIZAT RASULULLAH SAW (5) DOSA DAN JUGA KEJAHATAN (5) DZIKIR UNTUK KEBAIKAN DIRI (4) INSPIRASI DARI PARA SAHABAT NABI (4) INILAH IBADAH YANG DISUKAI NABI MUHAMMAD SAW (3) PEMIMPIN DA KEPEMIMPINAN (3) TAHU NABI MUHAMMAD SAW (3) DIALOQ TOKOH ISLAM (2) SABAR ILMU TINGKAT TINGGI (2) SURAT TERBUKA UNTUK PEROKOK dan KORUPTOR (2) IKHLAS DAN SYUKUR (1)

Senin, 06 Mei 2024

NABI ADAM as, MANUSIA PERTAMA DALAM KERANGKA MENJADI ABD (HAMBA)-NYA YANG JUGA KHALIFAH-NYA DI MUKA BUMI (PART 1 of 3)

 

Sekarang, mari kita pelajari diri kita sendiri atau mengenal diri kita sendiri atau menemukan kembali jati diri kita sendiri, yang mungkin telah hilang di tengah arus reformasi yang tengah terjadi saat ini, atau di tengah hiruk pikuk sosial media ditambah dalam suasana pandemi covid 19 yang melanda dunia. Untuk dapat mempelajari dan mengetahui tentang diri kita sendiri, maka hal ini tidak bisa dipisahkan dengan rencana besar penciptaan manusia yang akan dijadikan abd’ (hamba)-Nya yang juga khalifah-Nya di muka bumi.

 

Sebagai tindak lanjut dari rencana Allah SWT tentang rencana besar pembambaan kepadaNya dan yang juga rencana besar kekhalifahan di muka bumi, maka Allah SWT menciptakan makhluk baru yang bernama manusia, dimana manusia pertama yang diciptakan oleh Allah SWT adalah Nabi Adam a.s.. Dan dengan menjadikan Nabi Adam as, beserta anak dan keturunannya menjadi abd’ (hamba)-Nya yang sekaligus khalifah-Nya di muka bumi merupakan bagian dari rencana besar Allah SWT, di mana ilmu tentang hal itu hanya diketahui oleh Allah SWT semata, sehingga tidak ada satupun makhluk yang mengetahuinya. Apa buktinya? Hal ini dikarenakan malaikat baik yang diciptakan dari cahaya (nur) dan juga dari api (naar) sebagai makhluk yang diciptakan oleh Allah SWT ribuan tahun sebelum rencana besar tersebut dikemukakan para malaikat tidak pernah tahu rencana tersebut dan malaikat baru tahu setelah diberi tahu oleh Allah SWT tentang akan adanya kekhalifahan di muka  bumi. Adanya kondisi ini  dapat  dikatakan  bahwa rencana besar tentang  kekhalifahan  di  muka  bumi  hanya Allah SWT sajalah yang tahu. (lihat kembali surat Al Baqarah (2) ayat 30).

 

Timbul pertanyaan, apakah malaikat tahu tentang arti dan maksud dan tujuan dari penghambaan dan kekhalifahan di muka bumi yang ada dalam rencana besar Allah SWT? Apakah malaikat punya kemampuan untuk mempelajari tentang penghambaan dan juga kekhalifahan di muka bumi? Selanjutnya jika malaikat tahu arti penghambaan dan kekhalifahan  apa yang akan malaikat lakukan? Kemungkinan besar malaikatlah yang pertama-tama mengajukan diri menjadi abd’(hamba)Nya yang juga khalifahNya di muka bumi sebab malaikat telah diciptakan oleh Allah SWT lebih dahulu dibandingkan dengan Nabi Adam as, (malaikat lebih senior daripada Nabi Adam as,). Akan tetapi justru malaikat menyatakan kepada Allah SWT, dalam surat Al Baqarah (2) ayat 30 berikut ini“apakah tasbih, pemujaan dan pensucianku kepada Engkau tidak cukup bagi-Mu, sehingga Engkau mau menciptakan khalifah yang akan membuat kerusakan dan pertumpahan darah di muka bumi?Malaikat menyatakan seperti itu dikarenakan hanya itulah yang dia ketahui dan yang dia mengerti dan juga karena keterbatasan ilmu yang dimilikinya.

 

Setelah Nabi Adam as, dihidupkan oleh Allah SWT, timbullah gejolak yang menimbulkan ketidaksesuaian pendapat atau terjadi perselisihan atau perang argumentasi antara Allah SWT dengan para malaikat yang telah diciptakan jauh sebelum manusia diciptakan. Hasil akhir dari perdebatan ditutup dengan pernyataan Allah SWT yang menyatakan “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” Adanya kondisi seperti ini menandakan bahwa Allah SWT telah memiliki konsep yang matang tentang konsep penghambaan dan konsep kekhalifahan di muka bumi yang tidak diketahui oleh malaikat baik yang diciptakan dari nur (cahaya) dan dari naar (api). Lalu apa yang terjadi setelah Nabi Adam as, diciptakan dan dihidupkan oleh Allah SWT, marilah kita mempelajari keberadaan Nabi Adam as, ditinjau dari sudut “Manusia Pertama” yang diciptakan oleh Allah SWT serta apa-apa saja yang masih terus berlaku sampai dengan saat ini.

 

A.  NABI ADAM as, DICIPTAKAN SEBAGAI MANUSIA PERTAMA DAN YANG DICIPTAKAN DARI TANAH.

 

Nabi Adam as, diciptakan oleh Allah SWT sebagai manusia pertama. Nabi Adam as, diciptakan oleh Allah SWT dalam sebuah skenario rencana besar untuk dijadikan sebagai abd’ (hamba)Nya yang juga khalifahNya di muka bumi. Rencana besar Allah SWT menjadikan Nabi Adam as, sebagai abd’ (hamba)Nya yang juga khalifahNya di muka bumi tidak pernah diketahui oleh Malaikat, walaupun Malaikat telah diciptakan oleh Allah SWT jauh sebelum Nabi Adam as, diciptakan. Adanya kondisi ini berarti hanya Allah SWT sajalah yang memiliki ilmu tentang manusia yang akan menempati muka bumi sehingga hanya Allah SWT sajalah yang mampu melaksanakannya. Lalu seperti apakah kondisi dasar dari Nabi Adam, as? Jawaban dari pertanyaan ini ada pada hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari sebagaimana berikut ini: Abu Hurairah ra, meriwayatkan bahwa Nabi SAW bersabda: Allah SWT menciptakan Adam setinggi enam puluh hasta. Setelah selesai penciptaan Adam. Allah SWT berkata, ‘Pergilah. Ucapkan salam kepada para malaikat yang sedang duduk di sana, lalu dengarkan apa jawaban mereka atas salammu karena sesungguhnya mereka member salam kepadamu dan anak cucumu. Nabi Adam as, berkata, Assalamu ‘alaikum.’ Para Malaikat menjawab, “Assalamu alaika wa rahmatullah.” (mereka menambah kalimat Wa rahmatullah) Maka seluruh manusia yang masuk syurga seperti penampilan Adam, dan semakin abad penciptaan (tinggi) manusia semakin berkurang hingga saat ini.” (Hadits Riwayat Bukhari) 


Dalam rangka mewujudkan rencana besar Allah SWT untuk menjadikan manusia sebagai abd’ (hamba)-Nya yang juga khalifah-Nya di muka bumi, lalu diciptakanlah Nabi Adam as, sebagai manusia pertama dimana Nabi Adam as, diciptakan oleh Allah SWT dari tanah. Timbul pertanyaan apakah yang diciptakan oleh Allah SWT dari tanah itu, apakah jasmaninya ataukah ruhnya? Yang diciptakan oleh Allah SWT dari tanah adalah jasadnya atau phisiknya atau jasmaninya Nabi Adam as, sedangkan ruhnya Nabi Adam as, bukan diciptakan dari tanah, melainkan dari Nur Allah SWT. Sebagaimana dikemukakan dalam surat Ali Imran (3) ayat 59 berikut ini: “Sesungguhnya misal (penciptaan) Isa disisi Allah, adalah seperti (penciptaan) Adam. Allah menciptakan Adam dari tanah, kemudian Allah berfirman kepadanya: “Jadilah” (seorang manusia) maka jadilah dia.” 


Dan setelah jasad atau phisik Nabi Adam as, diciptakan oleh Allah SWT dari tanah, maka jasad dari Nabi Adam as, tersebut diperlihatkan kepada seluruh malaikat dalam kurun waktu tertentu dalam hal ini selama 40 (empat puluh) tahun sebagaimana hadits berikut ini: “Dari Abu Hurairah ra, katanya" Nabi SAW bercerita bahwa Adam dan Musa pernah berbantahan. Kata Musa, "Hai, Adam! Engkau adalah bapak kami. Tetapi engkau telah mengecewakan kami karena menyebabkan kami keluar dari syurga". Jawab Adam, "Engkau, hai Musa! Engkau telah dipilih dan diistimewakan Allah ta'ala. Dengan kehendak-Nya dapat bercakap-cakap dengan-Nya. Apakah kamu menyesaliku karena urusan yang telah ditaqdirkan Allah atasku sejak 40 (empat puluh) tahun sebelum aku diciptakan-Nya?" Sabda Nabi SAW., " Demikianlah Adam dan Musa saling berbantah. (Hadits Riwayat Muslim No.2276). 

Setelah dipertontonkan, setelah dipertunjukkan, serta setelah diperlihatkan keberadaan jasad atau phisik Nabi Adam as, beberapa waktu lamanya, barulah Allah SWT meniupkan ruh ke dalam jasad Nabi Adam as, tanpa bantuan atau tanpa perantaraan siapapun juga sehingga hiduplah Nabi Adam as, menjadi manusia pertama yang berkedudukan di syurga (maksudnya syurga dalam arti kebun (jannah). Sebagaimana dikemukakan dalam  surat Shaad (38) ayat 72 berikut ini: “Maka apabila telah Kusempurnakan kejadiannya dan kutiupkan kepadanya roh (ciptaan) Ku; maka hendaklah kamu tersungkur dengan bersujud kepadanya.” 


Ruh yang ada dalam diri Nabi Adam as, berasal dan diciptakan oleh Allah SWT secara langsung melalui proses peniupan, tanpa melalui perantaraan siapapun juga. Disinilah letak perbedaan yang paling mendasar antara jasmani Nabi Adam as, dengan ruh Nabi Adam as, dimana jasmani diciptakan sedangkan ruh ditiupkan. Sesuatu yang diciptakan, baru ada jika ia telah diciptakan, sedangkan sesuatu yang ditiupkan sudah ada terlebih dahulu pada yang meniupkannya, dalam hal ini Allah SWT. Ini berarti keberadaan ruh tidak bisa dilepaskan dari keberadaan peniup ruh itu sendiri, dalam hal ini adalah Allah SWT. 


Sekarang adakah makhluk lain selain manusia yang memiliki ruh yang ditiupkan langsung oleh Allah SWT? Sampai dengan saat ini dan bahkan sampai dengan hari kiamat kelak, tidak ada satu makhlukpun yang memiliki ruh seperti ruh manusia. Adanya kondisi ini berarti manusia sudah sejak awal dipersiapkan oleh Allah SWT sebagai makhluk yang terrhomat, hal ini disebabkan hanya manusialah satu-satu makhluk yang memiliki sesuatu yang berasal dari Allah SWT melalui proses peniupan, yaitu ruh yang diciptakan dari nur-Nya. Selanjutnya dalam rangka memperbanyak dan menambah jumlah anggota keluarga Nabi Adam as, maka Allah SWT menciptakan Siti Hawa sebagai pasangan hidup yang sekaligus istri dari Nabi Adam as, lalu ke duanya hidup dan berkedudukan di syurga. 

 

B.      NABI ADAM as, DIAJARKAN LANGSUNG OLEH ALLAH SWT.

 

Nabi Adam as, sebagai calon abd’ (hamba)-Nya yang sekaligus khalifah-Nya yang pertama di muka bumi dan sebagai bukti Allah SWT adalah inisiator dan perencana handal, maka Nabi Adam as, diajar oleh Allah SWT secara langsung. Sebagaiman firman-Nya berikut ini: “Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman: “Sebutkanlah kepadaKu nama-nama benda itu jika kamu memang  orang-orang yang benar!”. (surat Al Baqarah (2) ayat 31). Nabi Adam as, diajarkan langsung oleh Allah SWT dalam rangka diberikan pembekalan, dalam hal ini diberi Ilmu dan Pengetahuan,  sehingga jika Nabi Adam as, menjadi abd’ (hamba)-Nya yang sekaligus khalifah-Nya di muka bumi maka Nabi Adam as, mampu melaksanakan tugasnya dengan baik dan benar atau akan dapat memudahkan Nabi Adam as. Melaksana-kan tugasnya di muka bumi.


Allah SWT tahu dan sangat mengetahui bahwa tanpa adanya ilmu dan pengetahuan maka Nabi Adam as, atau anak dan  keturunannya tidak akan mampu menjadi abd’ (hamba)-Nya yang sekaligus khalifah-Nya yang baik dan benar di muka bumi. Adanya ilmu dan pengetahuan yang dimiliki oleh Nabi Adam as, atau manusia diharapkan akan sangat membantu serta memudahkan tugas penghambaan dan juga tugas kekhalifahan Nabi Adam as, atau manusia di muka bumi kelak. Sekarang coba anda bayangkan jika kita sampai tidak memiliki ilmu dan pengetahuan sama sekali, apa yang dapat kita lakukan di muka bumi ini serta dapat sukseskah kita melaksanakan tugas sebagai perpanjangan tangan Allah SWT di muka bumi? Jawaban dari pertanyaan ini adalah ilmu dan pengetahuan sangat kita butuhkan saat menjadi khalifah di muka bumi.

 

C.     ILMU  NABI ADAM as, LEBIH TINGGI DARI ILMU MALAIKAT

 

Allah SWT memberikan ilmu kepada Nabi Adam as, beserta anak dan keturunannya lebih tinggi dari Ilmu yang dimiliki oleh malaikat termasuk juga lebih tinggi dari syaitan. Sebagaimana firman-Nya berikut ini: “Mereka menjawab: “Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari  apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. (surat Al Baqarah (2) ayat 32). “Adanya ilmu yang lebih baik dan lebih tinggi dari malaikat, akan makin memudahkan dan memuluskan Nabi Adam as, beserta anak dan keturunannya untuk menjalankan tugasnya sebagai abd’ (hamba) yang juga khalifah di muka bumi yang sekaligus makhluk pilihan.

 

Sekarang coba kita bayangkan, jika sampai Allah SWT tidak mengajarkan, tidak memberikan bekal berupa ilmu dan pengetahuan yang cukup kepada Nabi Adam as, beserta anak dan keturunannya, apa yang dapat diperbuat oleh Nabi Adam as, beserta anak dan keturunannya dalam rangka menjadi abd’ (hamba) yang juga khalifah di muka bumi? Jika kita membutuhkan ilmu, kemana kita harus mencari ilmu serta meminta tambahan ilmu? Ilmu adalah salah satu sifat Allah SWT, dimana ilmu yang dimiliki oleh Allah SWT sangatlah maha, berdiri sendiri dan tidak akan mungkin habis sehingga hanya kepada Allah SWT sajalah kita mencari dan meminta ilmu karena Allah SWT gudangnya perbendaharaan ilmu.

 

Di lain sisi, Allah SWT adalah pencipta dan pemilik dari langit dan bumi beserta isinya berarti hanya Allah SWT sajalah yang paling tahu dan yang paling mengerti tentang apa-apa yang telah diciptakannya. Sekarang sudahkah kita meletakkan dan menempatkan bahwa hanya Allah SWT sajalah yang memiliki ilmu apapun juga dikarenakan alam semesta beserta isinya ada karena adanya Kehendak dan Kemampuan serta Ilmu Allah SWT? Sebagai abd’ (hamba)-Nya yang juga khalifah-Nya yang sedang menumpang di langit dan di muka bumi ini  maka sudah sepantasnya dan sepatutnya  kita hanya berguru kepada Allah SWT semata, agar diri kita selalu sesuai dengan kehendak Allah SWT. Untuk itu kita harus memiliki ilmu tentang Allah SWT terlebih dahulu sebelum diri kita mempelajari ilmu-ilmu lainnya yang tidak lain adalah ciptaan Allah SWT juga. Hal ini harus kita lakukan karena dengan mendahulukan mempelajari dan memiliki ilmu tentang Allah SWT berarti kita telah mengetahui siapa pemilik dari ilmu ilmu yang ada lalu akan memudahkan  kita untuk belajar tentang ciptaan-Nya karena kita sudah bersama pemilik-Nya. Ajak pemilik ilmu saat mempelajari ilmu-ilmu yang ada maka pemilik dari ilmu akan mengajarkan ilmunya kepada diri kita.

 

D.   PERINTAH SUJUD KEPADA NABI ADAM as, KECUALI IBLIS.

 

Setelah Allah SWT meniupkan ruh ke dalam jasmani Nabi Adam as, lalu hiduplah Nabi Adam as, sebagai manusia pertama yang akan menjadi cikal bakal abd’ (hamba)-Nya yang juga khalifah-Nya pertama di muka bumi. Selanjutnya apa yang terjadi? Lalu turun perintah sujud kepada Nabi Adam as kepada seluruh malaikat, baik malaikat yang diciptakan dari Nur (cahaya)  dan malaikat yang diciptakan dari Naar (api). Sebagaimana firmanNya berikut ini: “Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para Malaikat: “Sujudlah kamu kepada Adam” maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur dan adalah ia termasuk golongan orang-orang yang kafir. (surat Al Baqarah (2) ayat 34). 

 

Timbul pertanyaan, pada waktu perintah sujud turun kepada malaikat seperti apakah kondisi Nabi Adam as? Kondisi Nabi Adam as, saat perintah sujud kepada malaikat sudah terdiri dari ruh dan jasmani, sebagaimana firman-Nya berikut ini: “Maka apabila telah Kusempurnakan kejadiannya dan kutiupkan kepadanya roh (ciptaan) Ku; maka hendaklah kamu tersungkur dengan bersujud kepadanya. (surat Shaad (38) ayat 72).” Timbul pertanyaan lagi, turunnya perintah sujud kepada Nabi Adam as, kepada malaikat, apakah sujud kepada jasmani Nabi Adam as, yang sudah sekian lama diperlihatkan ataukah sujud kepada ruh Nabi Adam as, yang berasal dari Allah SWT melalui proses peniupan? Jika kita melihat keberadaan jasmani Nabi Adam as, yang sudah sekian lama diperlihatkan kepada malaikat, berarti perintah sujud yang diberlakukan oleh Allah SWT adalah perintah sujud kepada ruh Nabi Adam as, dikarenakan ruh inilah yang memiliki kedudukan yang sangat tinggi dibandingkan dengan jasmani.

 

Lalu apa yang terjadi setelah perintah sujud ini? Ternyata tidak seluruh malaikat yang ada pada waktu itu mau tunduk patuh kepada perintah Allah SWT untuk sujud kepada Nabi Adam as, (maksudnya sujud kepada ruh Nabi Adam as, yang berasal dari Allah SWT), lalu siapakah yang tidak mau tunduk patuh kepada perintah Allah SWT itu? Malaikat yang dijuluki  Iblislah yang tidak mau sujud kepada Nabi Adam as, sebagaimana dikemukakan dalam surat Al Baqarah (2) ayat 34 di atas. Sekarang kenapa iblis dikatakan juga malaikat? Sebelum Nabi Adam as, diciptakan yang ada pada waktu itu hanyalah malaikat baik yang berasal dari Nur (cahaya) dan Naar (api). Dan setelah terjadinya peristiwa pembangkangan Iblis kepada perintah Allah SWT maka malaikat yang berasal dari Naar (api) tidak diperkenankan kembali menyandang status malaikat. Timbul pertanyaan baru, siapakah Iblis yang berani menentang perintah Allah SWT untuk sujud kepada Nabi Adam as? Iblis sebenarnya dan pada awalnya adalah malaikat-Nya Allah SWT yang selalu memuji, bertasbih dan bertahmid serta selalu mensucikan Allah SWT, seperti halnya malaikat yang diciptakan dari Nur (cahaya). Akan tetapi setelah diperintahkan oleh  Allah SWT untuk sujud kepada Nabi Adam as, dia tidak mau melaksanakan perintah Allah SWT dan sejak saat itulah Allah SWT menamakannya si pembangkang yang nekat atau disebut juga iblis dan selanjutnya titel malaikat yang ada pada diri iblis sudah tidak berlaku lagi karena telah dicabut oleh Allah SWT, walaupun iblis telah mengabdi kepada Allah SWT ribuan tahun sebelum Nabi Adam as, as, diciptakan.

 

Adanya kondisi yang kami kemukakan di atas ini, maka berlakulah hal-hal sebagai berikut: (1) Setelah adanya peristiwa pembangkangan atas perintah Allah SWT untuk sujud kepada Nabi Adam as, maka malaikat dapat dibedakan menjadi 2(dua) golongan yaitu malaikat yang taat dan patuh kepada perintah Allah SWT dan malaikat yang membangkang perintah. Selanjutnya malaikat yang  tidak  taat  dan  tidak  patuh  kepada perintah  Allah SWT tidak diperkenankan lagi menyandang status malaikat; (2) Malaikat yang mematuhi segala perintah dari Allah SWT tetap dinamakan malaikat sedangkan malaikat yang membangkang perintah Allah SWT disebut iblis atau si pembangkang yang nekat. Lalu apa yang melatarbelakangi iblis menjadi pembangkang yang nekat? Iblis melakukan hal tersebut pasti ada sesuatu yang melatar-belakanginya, apakah itu? Jawaban dari pertanyaan ini ada pada pembahasan berikut ini.

 

E.      PENYEBAB IBLIS TIDAK MAU SUJUD KEPADA NABI ADAM as,.

 

Iblis berani membangkang perintah Allah SWT untuk sujud kepada Nabi Adam as, disebabkan iblis merasa lebih baik, iblis merasa lebih terhormat dari pada Nabi Adam as, dikarenakan Nabi Adam  as, diciptakan dari tanah sedangkan iblis diciptakan dari api. Menurut kacamata Iblis, menurut Ilmu Iblis yang terbatas “Api Lebih Baik dan Lebih Terhormat dari pada Tanah” sebab api berada 3(tiga) tingkat di atas tanah, sebagaimana surat Al A'raaf (7) ayat 12 berikut ini: “Allah berfirman; “Apakah yang menghalangimu untuk bersujud (kepada Adam) di waktu Aku menyuruhmu?” Menjawab iblis: “Saya lebih baik daripadanya: Engkau ciptakan saya dari api sedang dia Engkau ciptakan dari tanah.” Dan juga berdasarkan ketentuan hadits berikut ini: Sabda Nabi Muhammad SAW: “Ketika Allah menciptakan bumi terjadilah goncangan dan getaran-getaran, maka Allah ciptakan gunung-gunung hingga bumi menjadi tenang dan tetap. Malaikat kagum atas kehebatan gunung-gunung itu, mereka bertanya: “Tuhan kami, adakah Engkau ciptakan satu ciptaan yang lebih hebat dari gunung-gunung itu?” Firman Allah: “Ada yaitu Besi”. Adakah yang lebih hebat dari Besi? “ Ada Api” Adakah yang lebih hebat dari Api? Ada! Yaitu Air, yang lebih hebat dari semua itu ialah Anak Adam yang bersedekah tangan kanannya lalu sembunyikan dari tangan kirinya. (Hadits Riwayat Ath Thirmidzi).

 

Hal ini memang benar jika kita memandang dari asal usul jasmani yang berasal dari tanah atau jika jati diri manusia yang sesungguhnya adalah jasmani. Iblis berani melawan Allah SWT dan berani sombong kepada Allah SWT hal ini disebabkan oleh latar belakang dari dzat awal pembentuk dirinya yaitu api. Dimana sifat dasar api adalah ingin menang sendiri; Tidak mau kalah apalagi mengalah; apapun akan dibabat dan dilawannya tanpa pandang bulu; Semuanya dibakar dan dihajar sampai habis sampai luluh lantah; selalu merasa jagoan dan seterusnya.

 

Iblis dengan kemampuan yang terbatas hanya mampu melihat unsur tanah sebagai dzat pembentuk tubuh manusia. Iblis hanya mampu menilai unsur jasmani atau phisik Nabi Adam as, semata. Iblis tidak memiliki pengetahuan bahwa di dalam tubuh atau di dalam jasmani Nabi Adam as, terdapat ruhyang berasal langsung dari Allah SWT melalui proses peniupan. Selanjutnya Iblis yang tidak mempunyai ilmu tentang ruh yang berasal dari Allah SWT ditambah dengan sifat dasar api yang dimilikinya, maka terjadilah apa yang disebut dengan pembangkangan iblis melawan perintah Allah SWT untuk sujud kepada Nabi Adam as. Adanya kondisi ini, berlakulah ketentuan sebagai berikut :

 

1.     Unsur api dan unsur cahaya adalah dzat pembentuk dari malaikat-malaikat Allah SWT, yang diciptakan jauh sebelum Nabi Adam as, diciptakan. Malaikat yang berasal dari unsur api dalam hal ini diwakili oleh iblis disebut juga dengan malaikat pembangkang yang nekat sedangkan malaikat yang berasal dari unsur cahaya (unsur nur) disebut juga dengan malaikat yang patuh dan taat kepada Allah SWT. Allah SWT berfirman: “Dia menciptakan manusia dari tanah kering seperti tembikar, dan Dia menciptakan jin dari nyala api. (surat Ar Rahman (55) ayat 14-15). Dan Rasulullah bersabda: “Malaikat diciptakan dari cahaya, Jin diciptakan dari nyalanya api dan Adam diciptakan dari sesuatu yang disifatkan kepada kalian”. (Hadits Riwayat Muslim)

 

2.   Unsur api melambangkan kenekatan dan pembangkangan untuk melawan, membandel dari perintah Allah SWT, sedangkan unsur cahaya (nur) melambangkan  taat dan  patuh  terhadap perintah Allah SWT  dan  Ingat Allah SWT adalah Maha Bercahaya. Untuk itu lihatlah cahaya, adakah kebengkokan di dalam sinarnya?.

 

3.     Unsur api dan unsur cahaya (nur) dapatkah disatukan? Jika dapat disatukan bagaimanakah caranya menggabungkan unsur api sebagai bahan dasar pembuat iblis dan jin dan unsur Nur sebagai bahan dasar pembuat malaikat? Apakah pembangkang akan disamaratakan dengan yang patuh dan taat, dan jika disatukan dimanakah letak keadilannya? Allah SWT berfirman: “Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: “Sujudlah kamu kepada Adam”, maka sujudlah mereka kecuali iblis. Dia adalah dari golongan jin, maka ia mendurhakai perintah Tuhannya. Patutkah kamu mengambil dia dan turunan-turunannya  sebagai pemimpin selain daripadaKu, sedang mereka adalah musuhmu? Amat buruklah iblis itu sebagai pengganti (Allah) bagi orang-orang yang zalim. (surat Al Kahfi (18) ayat 50). Allah SWT sebagai perencana yang handal sudah memikirkan dengan matang dimana keduanya akan ditempatkan. Untuk itu kelak dikemudian hari Allah SWT akan membedakan tempat bernaung unsur api dan tempat bernaung unsur nur secara terpisah. Apakah nama tempat bernaung yang dikemudian hari diciptakan oleh Allah SWT? Jawabannya adalah syurga dan neraka. 

 

4.  Iblis digolongkan termasuk orang-orang kafir, sebagaimana Allah SWT berfirman berikut ini: “Kecuali Iblis, dia menyombongkan diri dan adalah dia termasuk orang-orang yang kafir. (surat Shaad (38) ayat 74). Sekarang jin/iblis/syaitan serta malaikat sudah ada bersama diri kita dan sudah pula melaksanakan tugasnya masing-masing sesuai dengan apa-apa yang telah ditetapkan Allah SWT kepada mereka semua. Sebagai abd’ (hamba)-Nya yang sekaligus khalifah-Nya di muka bumi sudahkah kita memiliki ilmu dan juga pengetahuan tentang mereka semua sehingga kita mampu menempatkan dan meletakkan mereka sebagaimana mestinya? Malaikat sebagai makhluk yang taat dan patuh kepada Allah SWT maka ia akan melaksanakan tugasnya tanpa harus disuruh suruh lagi. Akan tetapi khusus untuk syaitan, ia menunggu kesempatan yang diberikan oleh manusia barulah ia melaksanakan aksinya. Contohnya, saat diri kita memperturut-kan malas, maka syaitan mulai melancarkan aksinya kepada diri kita. Demikian pula saat diri kita pelit, maka syaitanpun mulai melaksanakan aksinya kepada diri. Jadi syaitan baru akan melaksanakan aksinya jika diberi kesempatan oleh manusia.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar