3. Loba,
Tamak Akan Harta. Sifat jasmani berikutnya adalah loba, tamak atau rakus akan harta benda. Jika
jasmani memiliki sifat loba, tamak atau rakus akan harta benda berarti
perbuatan jasmani (ahwa yang ada pada diri kita) adalah selalu merasa dirinya
kekurangan sehingga semua ingin dimilikinya yang pada akhirnya ia berbuat tanpa
memikirkan dari mana harta ataupun benda itu berasal, apakah halal ataupun
haram semuanya dianggap sama rata. Hal ini berdasarkan surat Al Fajr (89) ayat 17-18-19-20 yang kami kemukakan
berikut ini: Sekali-kali tidak (demikian),
sebenarnya kamu tidak memuliakan anak yatim. Dan kamu tidak saling mengajak
memberi makan orang miskin. Dan kamu memakan harta pusaka dengan cara mencampur
baurkan (yang halal dan yang bathil) dan kamu mencintai harta benda dengan
kecintaan yang berlebihan.” Lalu pernahkah anda merasakan sifat ini di
dalam diri kita atau adakah sifat ini di dalam diri kita?
Jika saat ini kita merasa memiliki sifat loba,
tamak apakah akan kita pertahankan atau jika kita merasa tidak memiliki sifat
loba, tamak apakah kita akan tetap memperta-hankannya? Ingat, tangan di atas selalu lebih baik dari
tangan di bawah. Lalu, apa yang terjadi jika sifat loba, tamak, rakus akan
harta sampai mempengaruhi diri manusia atau seperti apakah kondisi ahwa di
dalam mempengaruhi diri kita melalui sifat loba, tamak? Jika sampai perbuatan loba, tamak akan
harta menjadi perbuatan kita maka ahwa dari itu semua membuat diri kita
melakukan segala cara untuk mendapatkan sesuatu, halal dan haram bukanlah
ukuran, melanggar hukum bukanlah masalah, yang penting apa yang diinginkan
dapat tercapai.
Selanjutnya kondisi inilah yang paling dikehendaki oleh syaitan sang
laknatullah dan yang paling tidak disukai/dibenci oleh Allah SWT.
4. Selalu
Berburuk Sangka Dengan Allah SWT. Sifat jasmani adalah selalu buruk sangka tidak
hanya kepada manusia saja tetapi ia juga
berburuk sangka kepada Allah SWT. Hal ini berdasarkan surat Al Fajr (89) ayat 15-16 berikut ini: “Adapun
manusia apabila Tuhannya mengujinya lalu memuliakanNya dan diberiNya
kesenangan, maka dia berkata: “Tuhanku telah memuliakanku”. Adapun bila
TuhanNya mengujinya lalu membatasi rezkinya maka dia berkata: “Tuhanku
menghinakanku”. Jika ini adalah sifat jasmani berarti
perbuatan dari sifat jasmani ini adalah memandang sesuatu hal dari sisi
keburukan semata tanpa pernah mampu melihat dari sisi kebaikan atau isi positif
sesuatu hal. Sehingga menjadikan seseorang menjadi orang yang pesimis. Dan
saking pesimis-nya ia berani untuk berburuk sangka kepada Allah SWT.
Sekarang pejamkan mata dan renungkan adakah
sifat ini di dalam diri kita?
Jika sifat itu ada di dalam diri kita, baikkah jika sifat negatif kita pelihara
dan kita lestarikan? Sekarang apa yang terjadi jika sifat buruk sangka sampai
mempengaruhi perbuatan manusia melalui ahwa? Jika sifat buruk sangka
menyerang diri kita maka diri kita akan selalu berprasangka negatif kepada
siapapun, merasa diri kita benar sehingga orang lain selalu salah, merasa orang
lain ingin mencelakakan diri kita padahal orang tersebut ingin menolong diri
kita. Dan jika sifat ini terus mengendap di dalam diri maka ketenangan
bathin di dalam diri sirna dikarenakan prasangka-prasangka buruk selalu
menghantui diri, padahal apa yang kita sangkakan belum tentu benar adanya.
5. Selalu
Bermaksiat Terus Menerus. Sifat jasmani yang lainnya adalah selalu ingin berbuat maksiat terus menerus. Hal
ini berdasarkan surat Al Qiyamah (75)
ayat 5 berikut ini: “Bahkan manusia itu hendak membuat
maksiat terus menerus.” Jika
ini adalah sifat dari jasmani maka perbuatan dari sifat jasmani (ahwa) ini
adalah tidak pernah mau bersyukur atas apa apa yang telah diberikan oleh Allah
SWT kepada diri kita yang ada hanyalah kurang dan kurang. Selain tidak mau
bersyukur, juga tidak mau mengalah atau selalu mau menang sendiri seperti
halnya hukum alam yang lemah selalu dikalahkan oleh yang kuat. Dan selama di
alam itu ada maka hukum alam akan tetap berlaku dan terus berlaku. Adanya hukum alam maka sifat alam juga akan
ada di dalam jasmani manusia. Jika manusia melakukan tindakan berbuat dzalim
kepada sesama atau selalu menganiaya yang lemah atau selalu berbuat maksiat
dengan tidak mau bersyukur maka hukum alam yang telah berlaku dan juga merupakan sunnatullah telah menjadi perbuatan
diri kita.
Selanjutnya jika hal ini terjadi di dalam diri
kita, bagaimana kita harus menyikapinya? Jika kita ingin selalu berada di dalam
kehendak Allah SWT maka tidak ada jalan lain kecuali kita menolak atau
meniadakan atau tidak menjadikan hukum alam tersebut berlaku bagi diri kita. Sekarang
apa jadinya jika sampai sifat jasmani yang selalu bermaksiat terus menerus
sampai mempengaruhi diri manusia? Jika ini yang terjadi maka kenyamanan,
ketentraman, kerukunan hidup di dalam masyarakat hilang, yang ada perasaan
untuk mengintimidasi orang lain, tingginya rasa permusuhan di antara sesama,
serta hilangnya kepercayaan di tengah masyarakat. Adanya kondisi ini
memudahkan syaitan memecah belah umat dan serta memudahkan syaitan
menghancurkan persatuan dan kesatuan bangsa.
6. Selalu Minta Perlindungan Kepada Makhluk. Sifat
jasmani berikutnya adalah yang kuat selalu menjadi komandan bagi yang lemah
(perhatikan di dalam dunia hewan). Hal ini sebagaimana dikemukakan dalam surat Al Jin (72) ayat 6 berikut ini: Dan bahwasanya ada beberapa orang
laki-laki di antara manusia meminta perlindungan kepada beberapa laki-laki
diantara jin, maka jin-jin itu menambah bagi mereka dosa dan kesalahan.” Adanya kondisi ini menimbulkan yang lemah akan
selalu meminta perlindungan atau akan selalu minta untuk dilindungi oleh yang
kuat sehingga terjadilah adu kuat di antara mereka. Sekarang adakah kondisi
yang terjadi di alam juga terjadi di dalam diri manusia?
Di dalam diri setiap manusia juga terjadi hal
yang sama jika terjadi pertentangan ataupun di dalam keadaan tertentu yang
mengakibatkan manusia terjepit. Untuk itu
manusia biasanya akan selalu meminta perlindungan kepada makhluk tertentu yang
dianggap mampu untuk melindunginya. Di lain sisi Allah SWT sudah menyatakan
dengan tegas bahwa Allah SWT akan menjadi penolong dan pelindung bagi hamba-Nya
yang beriman. Sekarang jika kita mengalami hal tersebut di atas kemanakah kita
mencari perlindungan? Semuanya terpulang kepada diri kita sendiri.
Selanjutnya apa yang terjadi jika sifat jasmani
yang selalu meminta perlindungan kepada makhluk sampai mempengaruhi diri kita
melalui jalan ahwa?Jika ini yang terjadi maka akan ada manusia-manusia yang merasa dirinya
jagoan, akan ada apa yang dinamakan jawara-jawara yang dapat dimintakan tolong
baik untuk kebaikan maupun untuk keburukan. Adanya kondisi ini maka
akan timbul di dalam masyarakat apa yang dinamakan rasa kebencian terhadap
kelompok masyarakat tertentu, rasa mementingkan kelompok tertentu tumbuh di
dalam masyarakat, stigma negatif kepada kelompok tertentu tumbuh subur, yang
pada akhirnya akan menghancurkan sendi-sendi persatuan dan kesatuan bangsa dan
negara.
7. Suka
Membantah, Menantang dan Membangkang. Sifat
jasmani yang lainnya adalah suka membantah, suka menentang serta suka
menjadi pembangkang. Hal ini berdasar-kan surat Al Nahl (16) ayat 4 berikut
ini: Dia
telah menciptakan manusia dari mani, tiba-tiba ia menjadi pembantah yang
nyata.” Dan juga berdasarkan surat Al Kahfi (18) ayat 54
yang kami kemukakan berikut ini: Dan
sesungguhnya Kami telah mengulang-ulangi bagi manusia dalam Al Qur’an ini bermacam-macam perumpamaan. Dan
manusia adalah makhluk yang paling banyak membantah.” Kenapa
timbul sifat ini di dalam diri manusia, padahal sebelumnya manusia itu tidak
mempunyai kemampuan apa-apa pada waktu dilahirkan?
Timbulnya sifat
pembantah, penentang dan pembangkang di dalam diri setiap orang disebabkan di
dalam diri manusia juga terdapat hawa panas yang berasal dari api. Sifat api
atau hawa panas biasanya selalu ingin menang sendiri dan tidak mau tunduk
kepada siapapun. Api atau hawa panas biasanya akan langsung keok atau tidak
dapat berbuat apa-apa jika api bertemu dengan air. Sekarang perhatikan seorang yang pembangkang dan pembantah dia baru akan
terdiam jika sudah tersudutkan atau setelah di “skak-mat” baru tidak dapat
membantah lagi. Lalu, pernahkah kita merasakan hal tersebut di atas. Sekarang
apa jadinya jika sifat jasmani yang suka membantah, membangkang dan juga suka
menantang sampai mempengaruhi diri manusia? Jika ini yang terjadi maka akan
di dalam diri dan juga masyarakat rasa untuk memberontak, rasa tidak puas serta
merasa diri jagoan, merasa diri benar orang lain salah dan seterusnya yang pada
akhirnya akan selalu berada di dalam kehendak syaitan, tetapi tidak sesuai
dengan kehendak Allah SWT.
8. Suka
Ingkar. Sifat jasmani suka ingkar atau tidak mau
mengakui rahmat dan kebaikan yang berasal dari Allah SWT atau kufur terhadap
nikmat Allah SWT. Sebagaimana dikemukakan dalam surat Az Zukhruf (43) ayat 15
berikut ini: Dan
mereka menjadikan sebahagian dari hamba-hambaNya sebagai bahagian dari padaNya.
Sesungguhnya manusia itu benar-benar pengingkar yang nyata (terhadap) rahmat
Allah).” Sekarang pernahkah anda
merasakan atau mengalami hal tersebut di atas? Setiap manusia pasti mengalami apa yang
dinamakan dengan ingkar, merasa kufur atas nikmat yang telah diberikan Allah
SWT. Hal ini terjadi karena kurangnya kesadaran diri
akibat selalu mementingkan jasmani dibandingkan mementingkan ruh (ruh dikebelakangkan
nomornya sedangkan jasmani nomor satu).
Sekarang
apa jadinya jika sifat jasmani yang suka ingkar atau suka kufur nikmat sampai
mempengaruhi diri manusia? Jika ini yang terjadi maka di dalam diri dan juga di
dalam masyarakat, akan timbul rasa tidak
pernah puas dengan apa yang telah diperoleh, susah untuk bersyukur atau susah
untuk mengakui kekalahan walaupun sudah menyatakan siap menang dan siap kalah.
Hal ini sangat bertentangan dengan kehendak Allah SWT namun sesuai dengan
kehendak syaitan. Sebagai abd’ (hamba)-Nya yang juga khalifah-Nya di muka bumi
yang baik, tentu kita tidak diperkenankan berbuat seperti apa yang kami
kemukakan di atas, terkecuali diri kita merasa nyaman dengan kehendak syaitan.
9. Suka
Dzalim dan Tidak Mensyukuri Nikmat. Sifat
jasmani yang lainnya adalah suka bertindak zhalim serta sulit untuk bersyukur.
Hal ini sebagaimana dikemukakan dalam surat Ibrahim (14) ayat 34 berikut ini: Dan Dia
telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dari segala apa yang kamu mohonkan
kepadanya. Dan jika kamu menghitung ni’mat Allah, tidaklah dapat kamu
menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim dan sangat mengingkari
(ni’mat Allah).” Timbul pertanyaan, dari manakah asalnya sifat
ini? Untuk itu lihatlah dan perhatikanlah dunia hewan, seekor hewan buas ditolong oleh manusia apakah hewan
tersebut berterima kasih kepada manusia yang telah menolong-nya? Hewan buas
setelah ditolong bukannya berterima kasih malah menyerang balik manusia yang
telah menolongnya.
Jika sekarang di dalam diri manusia terjadi hal
yang serupa, apakah ini berarti manusia mengambil contoh dari apa yang terjadi
di alam? Jasmani yang berasal dari alam tentunya mempunyai nilai-nilai tertentu
yang diturunkan dari alam (ingat, kita juga senang mengkonsumsi hewan). Timbul pertanyaan
manusiakah yang mengambil contoh atas perilaku hewan ataukah hewan yang
mengikuti perilaku manusia? Sekarang apa jadinya jika
sifat jasmani yang suka berbuat zhalim dan tidak suka bersyukur sampai
mempengaruhi diri manusia? Jika ini yang terjadi maka di dalam diri dan
juga di dalam masyarakat maka akan terjadilah apa yang dinamakan yang kuat
menindas yang lemah, yang berkuasa menindak yang membutuhkan sesuatu, aparatur
yang seharusnya melayani justru ingin dilayani serta rendahnya tingkat kesadaran
di dalam masyarakat untuk berbuat kebaikan. Jika sampai hal ini terjadi
rusaklah tatanan hidup di masyarakat bangsa dan negara dan kondisi ini sangat
dinantikan oleh syaitan namun sangat dibenci oleh Allah SWT.
10. Dalam
Bahaya Ingat Allah SWT, Jika Selamat Lupa Untuk Bersyukur. Sifat jasmani berikutnya akan ingat kepada
Allah SWT saat dalam bahaya atau dalam posisi susah, setelah selesai lupa
kepada Allah SWT. Sifat jasmani yang seperti ini tidak ubahnya dengan sifat
hewan buas, setelah ditolong menyerang balik penolongnya. Hal ini sebagaimana
dikemukakan dalam surat Al israa' (17) ayat 67 berikut ini: Dan
apabila kamu ditimpa bahaya di lautan, niscaya hilanglah siapa yang kamu seru
kecuali Dia. Maka tatkala Dia menyelamatkan kamu ke daratan, kamu berpaling.
Dan manusia adalah selalu tidak berterima kasih.” Sekarang bagaimana dengan manusia dalam hidupan
sehari-hari? Manusia juga sering lupa siapa yang menolongnya. Lalu apa jadinya
jika sifat jasmani yang ingat kepada Allah SWT hanya pada saat ada perlunya
saja sampai mempengaruhi diri manusia? Jika ini yang terjadi maka di dalam diri dan
juga di dalam masyarakat maka akan terjadi budaya pamrih, hilang rasa ikhlas di
dalam bekerja dan berbuat sesuatu, tumbuh subur budaya udang di balik batu,
tingkat produktifitas rendah karena kurang ikhlas di dalam bekerja dan berkarya.
Kondisi sangat disukai oleh syaitan sang laknatullah namun sangat dibenci oleh
Allah SWT dan semoga kita tidak termasuk orang-orang yang melakukan itu semua.
11. Tergesa-gesa Tidak Sabaran dan Ingin Cepat. Adapun sifat lainnya yang ada di dalam diri
manusia atau jasad adalah suka tergesa-gesa, tidak sabaran dan selalu ingin
cepat selesai. Keinginan ini biasanya akan tercermin pada saat kita diharuskan
untuk mengantri atau berbaris satu persatu untuk mengambil sesuatu atau pada
waktu terjadi kemacetan lalu lintas. Allah SWT berfirman: “dan manusia mendoa untuk
kejahatan sebagaimana ia mendoa untuk kebaikan. dan adalah manusia bersifat
tergesa-gesa. (surat Al Isra’ (17) ayat 11).” Selanjutnya apa yang
terjadi pada tubuh kita setelah kita melakukan hal tersebut diatas? Biasanya
kita akan mengumpat, menggerutu dan seterusnya dan sebaliknya kita akan senang
jika orang lain dibuat susah. Lalu adakah sifat tergesa-gesa dan tidak sabaran serta
ingin cepat dalam diri kita? Sekarang bagaimana jika ahwa (hawa nafsu) yang
berasal dari sifat tergesa-gesa atau tidak sabaran atau ingin cepat
mempengaruhi sifat ruh atau mempengaruhi perbuatan manusia? Jika sifat
jasmani yang seperti ini sampai mempengaruhi perbuatan manusia maka manusia
tersebut tidak akan mau disuruh mengantri, selalu meminta perlakuan khusus jika
harus mengantri, tidak mau diatur di dalam kepentingan bersama secara urutan,
sehingga apa yang dilakukan harus ia dahulu yang dilayani, harus ia dahulu yang
memperoleh sesuatu sedangkan secara urutan ia memperoleh belakangan.
Jangan sampai diri kita melakukan hal seperti ini dan jika sampai kita
laksanakan berarti diri telah dipengaruhi atau telah memperturutkan ahwa (hawa
nafsu).
12.Tidak
Mau Mensyukuri Nikmat Allah SWT. Dalam
kehidupan sehari-hari, hukum penjumlahan dan hukum perkalian merupakan hal yang
sangat di-inginkan oleh manusia sedangkan hukum pengurangan dan pembagian merupakan hal
yang sulit dilakukan. Jika ini yang terjadi dalam kehidupan diri
kita berarti sifat jasmani yang dikemukakan di dalam surat Al Hajj (22) ayat 66 ada pada diri kita. “Dan
dialah Allah yang telah menghidupkan kamu, kemudian mematikan kamu,
sesungguhnya manusia itu, benar-benar sangat mengingkari ni’mat.” yaitu tidak mau bersyukur atau tidak mau mensyukuri
apa yang telah diberikan oleh Allah SWT kepada kita atau kepada keluarga kita
merupakan sesuatu yang susah dilakukan oleh manusia. Hukum pembagian dan pengurangan adalah hukum
yang sangat sulit dilakukan oleh manusia karena manusia paling tidak suka untuk
mengurangi haknya kepada orang lain. Manusia lebih senang dan suka untuk
selalu menambah dan mengalikan apa yang dimilikinya, dimana kondisi ini sangat
bertentangan dengan hukum pembagian dan pengurangan. Sekarang
yang manakah yang anda miliki apakah hukum pembagian dan pengurangan yang anda
miliki ataukah hukum perkalian dan penjumlahan yang anda miliki?
13.
Ditimpa Bahaya Berdoa, Senang Kafir. Adapun sifat Jasmani yang lainnya adalah jika ditimpa
bahaya atau mengalami kekurangan atau dalam posisi terjepit, ia akan akan selalu berdoa dan meminta pertolongan
kepada Allah SWT namun setelah doanya dikabulkan, ia lupa, ia lalai, merasa apa
yang telah diperolehnya bukan atas bantuan Allah SWT. Hal ini sebagaimana
dikemukakan dalam surat Asy Syuura (42)
ayat 48 berikut ini: Jika mereka berpaling maka Kami tidak
mengutus kamu sebagai pengawas bagi mereka. Kewajibanmu tidak lain hanyalah
menyampaikan (risalah). Sesungguhnya apabila Kami merasakan kepada manusia sesuatu
rahmat dari Kami dia bergembira ria karena rahmat itu. Dan jika mereka ditimpa
kesusahan disebabkan perbuatan tangan mereka sendiri (niscaya mereka ingkar)
karena sesungguhnya manusia itu amat ingkar (kepada ni’mat).” serta
berdasarkan surat
Yunus (10) ayat 12 yang kami kemukakan berikut ini: Dan apabila manusia ditimpa bahaya
dia berdo’a kepada kami dalam keadaan berbaring, duduk atau berdiri, tetapi
setelah Kami hilangkan bahaya itu daripadanya, dia (kembali) melalui (jalannya
yang sesat), seolah-olah dia tidak pernah berdo’a kepada Kami untuk
(menghilangkan) bahaya yang telah menimpanya. Begitulah orang-orang yang
melampaui batas itu memandang baik apa yang selalu mereka kerjakan.”
Di dalam kehidupan, terutama di dalam kehidupan
binatang, coba anda perhatikan pada waktu kita menolong seekor hewan buas yang
terjepit, pada saat ditolong hewan tersebut menurut dan tidak menunjukkan
gelagat yang tidak baik. Akan tetapi setelah semuanya berakhir maka hewan
tersebut akan menyerang kita yang telah menyelamatkannya. Selanjutnya jika
perbuatan yang kita lakukan seperti di atas ini, berarti apa yang kita lakukan
sama dengan hewan yang telah kita tolong. Sekarang
hewankah yang meniru kita atau kita kah yang meniru tingkah laku hewan?
14.Selalu
Dalam Kerugian. salah
satu sifat jasmani yang lainnya adalah selalu menghambur-hamburkan waktu atau
melalaikan waktu. Jika ini adalah sifat dari jasmani berarti perbuatan dari
jasmani (ahwa) adalah menghabiskan waktu dengan cara cara yang tidak berguna
atau menganggap waktulah yang menunggunya. Sebagaimana dikemukakan dalam surat Al ‘Ashr (103) ayat 1-2 yang
kami kemukakan berikut ini: Demi masa. Sesungguhnya manusia benar-benar
berada dalam kerugian.” Manusia berpikir bahwa waktu adalah sesuatu yang dapat dikendalikannya atau bahkan
dapat dibelinya sehingga pada saat waktu itu telah habis atau akan berakhir
barulah manusia itu sadar dan berharap waktu akan kembali lagi. Di sinilah
letaknya jika manusia dikatakan selalu berada di dalam kerugian. Kerugian yang
terjadi akibat kelalaian di dalam memanfaat-kan waktu atau tidak mampunya kita
memanfaatkan saat bersatunya ruh dengan jasmani sehingga fungsi dari hamba dan kekhalifahan
yang telah ditetapkan oleh Allah SWT kepada diri kita tidak dapat terlaksana
dengan baik dan benar.
Berdasarkan apa-apa yang telah kami kemukakan tentang 14 (empat belas)
sifat-sifat alamiah jasmani, yang di dalam AlQuran disebut dengan insan, tidak
ada satupun sifat-sifat alamiah jasmani (insan) yang sesuai dengan nilai-nilai
kebaikan yang berasal dari nilai-nilai Ilahiah. termasuk juga perbuatan dari
sifat insan itu sendiri yang dinamakan dengan ahwa. Sifat-sifat jasmani dan
juga ahwa kesemuanya mencerminkan nilai-nilai keburukan yang sangat dikehendaki
oleh syaitan sang laknatullah. Lalu
perlukah kita meratapi dan mempertanyakan kembali sifat-sifat jasmani? Sifat jasmani yang
telah kami sebutkan diatas merupakan sunnatullah yang harus berlaku di muka
bumi ini sama seperti sifat garam yaitu asin dan mengasinkan atau
sifat gula yaitu manis dan memaniskan. Kita semua tidak dapat merubah sifat
gula maupun sifat garam, yang dapat kita lakukan adalah meramu atau mencampur
sifat gula dan sifat garam menjadi sesuatu yang bermanfaat bagi hidup dan
kehidupan.
Jika sekarang sifat-sifat jasmani sudah ada di dalam diri setiap manusia dapatkah sifat-sifat itu dirubah atau ditiadakan? Sifat-sifat jasmani tidak dapat dirubah dan ditiadakan, akan tetapi harus kita jadikan rambu-rambu atau larangan-larangan yang tidak boleh dilanggar jika kita ingin selamat dan sukses menjadi khalifah di muka bumi sehingga mampu menghantarkan diri kita pulang kampung ke syurga. Jika saat ini kita masih hidup tentu kondisi ini sedang kita alami, tinggal bagaimana kita menyikapi hal ini yang sunnatullah sudah berlaku di alam semesta ini. Perjalanan masih panjang. Jangan berhenti belajar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar